tirto.id - Sehari setelah masing-masing pasangan calon presiden dan wakil presiden mendaftar ke KPU, naskah visi-misi mereka langsung beredar ke publik. Banyak analisis yang membahas visi-misi setiap pasang kandidat terkait berbagai masalah publik, namun kali kami menganalisis visi misi tersebut berdasarkan jumlah kata yang paling banyak digunakan dalam dokumen visi misi tersebut.
Hasilnya, visi-misi pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) lebih banyak menekankan pada pesan keadilan dan kemakmuran bersama, utamanya di aspek ekonomi. Sementara, visi-misi Ganjar Pranowo-Mahfud MD banyak penekanan terhadap aspek digital dan digitalisasi di masyarakat. Terakhir, pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming tampak lebih fokus pada usaha membangun bangsa dan masyarakat yang kuat.
Kesimpulan tersebut diperoleh setelah membersihkan data dan menghitung jumlah kemunculan kata dalam visi dan misi masing-masing pasangan. Kata yang paling sering muncul (top words) dapat membantu kita memahami prioritas masing-masing pasangan dan mendapatkan gambaran rencana kerja mereka. Analisis kata-kunci ini membantu kita memahami apa yang paling diutamakan oleh para politisi dengan menggunakan metode kuantitatif.
Kata Kunci Setiap Kandidat Capres-Cawapres
Jika kita melihat pasangan calon Ganjar-Mahfud, mereka berbicara tentang membangun Indonesia Unggul. Saat dihitung kata-kata yang paling banyak mereka gunakan, tampaknya pasangan Ganjar-Mahfud sangat memfokuskan pada keunggulan digital, ekonomi, dan bahkan mengedepankan kata 'cepat.'
Ini mengisyaratkan bahwa fokus mereka terutama pada pembangunan infrastruktur digital seperti akses internet, pengembangan aplikasi digital, dan digitalisasi birokrasi dan hubungannya ke ekonomi.
Berbeda dengan Ganjar-Mahfud, pasangan Anies-Muhaimin justru menekankan pada aspek kualitas dan nilai-nilai seperti keadilan dan kemakmuran. Jadi bukan saja ekonomi yang mesti tumbuh lebih baik, tapi ekonomi yang berkeadilan dan dapat memakmurkan semua orang.
Ini seperti framework kebijakan yang sepertinya akan digunakan oleh pasangan AMIN sebagai guideline. Pasangan ini konsisten mengusung Indonesia Adil Makmur sebagai slogan dan penjabaran di dalam visi misinya.
Adapun pasangan Prabowo-Gibran yang paling terakhir mendaftarkan diri ke KPU terlihat lebih fokus memperkuat apa yang sudah dibangun oleh Presiden Jokowi. Visi-misi pasangan ini banyak bertumpu pada klaim keberhasilan pemerintah sekarang dan fokus penguatan dalam membangun bangsa.
Slogan mereka adalah Bersama Indonesia Maju, tetapi terkadang kesan yang kita dapat adalah pemantapan yang sudah ada, bukan gebrakan ide baru untuk kemajuan Indonesia. Mungkin ini akan membuat pemilih kesulitan melihat ide-ide segar dari pasangan Prabowo-Gibran.
Hasil analisis yang dilakukan team Data & Democracy Research Hub Monash University Indonesia merupakan penghitungan kata kunci dari dokumen visi-misi setiap pasangan calon. Visi misi pasangan Ganjar-Mahfud tertuang dalam dokumen sebanyak 33 halaman, visi misi pasangan Anies-Muhaimin sebanyak 143 halaman, dan visi misi pasangan Prabowo-Gibran sebanyak 88 halaman.
Dari jumlah halamannya visi misi tersebut, tampak pasangan Anies-Muhaimin terbilang paling siap dan mereka yang paling pertama daftar ke KPU.
Setelah melakukan pembersihan data dengan menghilangkan karakter non-alfabet, mengubah setiap kata menjadi kata baku, dan menghapuskan kata sambung, jumlah keseluruhan kata yang ada di dalam visi misi pasangan Ganjar-Mahfud adalah 4.302 kata, pasangan Anies-Muhaimin sebanyak 13.853, dan Prabowo-Gibran sebanyak 7.570 kata.
Fokus pada Perubahan Iklim dan Lingkungan Sangat Kecil
Meski ketiganya menunjukkan fokus yang berbeda, namun semua pasangan sama-sama menaruh perhatian yang sangat kecil terhadap isu perubahan iklim dan pelestarian lingkungan. Dengan menggunakan empat kata kunci yakni lingkungan, iklim, ekologi, dan energi, dokumen visi-misi ketiga pasang capres hanya memuat sekitar 1% kata-kata yang terafiliasi dengan kebijakan perubahan iklim dan lingkungan.
Pasangan Ganjar-Mahfud paling banyak mencantumkan keempat kata tersebut yakni sebanyak 47 kata atau sekitar 1,09%. Selanjutnya pasangan Anies-Muhaimin memuat kata sebanyak 44 kata (0,6%) dan pasangan Prabowo-Gibran sebanyak 44 kata (0,58%).
Menanggapi hal tersebut, Chair Monash Climate Change Communication Research Hub - Indonesia Node Ika Idris menyebutkan bahwa lagi-lagi isu perubahan iklim dan lingkungan bukan menjadi prioritas. Meskipun ancaman dan dampak perubahan iklim sangat nyata kita rasakan, namun agenda ini belum banyak dibicarakan oleh politisi.
Mengurangi pemanasan global dan mengatasi aspek perubahan iklim sebenarnya agenda global yang dampaknya dirasakan semua orang, dari desa ke kota. Di kota kita terdampak oleh polusi udara, sementara di pelosok kita merasakan dampak kekeringan dan gagal panen. Menurut Ika, pemilu inilah saatnya kita menilai mana kandidat yang memang komitmen terhadap isu perubahan iklim yang berdampak pada kita semua.
*) Isi artikel ini menjadi tanggung jawab penulis sepenuhnya.