Menuju konten utama
Ramadhan 2021

Memaknai Lebaran Idul Fitri dan Cara Merayakannya di Tengah Pandemi

Berikut ini adalah cara bagaimana kita memaknai Lebaran Idul Fitri dan merayakannya di tengah pandemi.

Memaknai Lebaran Idul Fitri dan Cara Merayakannya di Tengah Pandemi
Ilustrasi Lebaran. foto/istockphoto

tirto.id - Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah masih dirayakan di tengah situasi pandemi COVID-19, sama seperti tahun lalu, di mana saat silaturahmi dilakukan tidak ada sentuhan atau pelukan antar-manusia.

Tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya yang dipenuhi energi baik silaturahmi tatap muka, tahun ini masyarakat masih harus menggantikan permintaan maaf melalui pesan teks atau video.

Selain itu, takbir keliling atau pun spanduk-spanduk perayaan Idul Fitri tampaknya juga ditiadakan dan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Lantas, bagaimana kita memaknai Lebaran Idul Fitri dan cara merayakannya di tengah pandemi?

Memaknai Lebaran di Tengah Pandemi

Lebaran Idul Fitri sesungguhnya adalah momen kemenangan batin setelah berpuasa sebulan penuh. Kemenangan sejatinya bertempat di hati, bukan di permukaan ekspresi sosial.

Takbir keliling adalah bagian dari ekspresi kegembiraan. Namun, tidak serta merta itu cerminan dari kesyukuran.

Karena banyak orang hanya ingin gebyar yang melibatkan emosi keagamaan. Dengan tiadanya takbir massal melalui festival budaya dan emosi keagamaan, mungkin Tuhan hanya ingin disapa dalam sunyi.

Ungkapan takbir, tahlil, dan tahmid yang biasanya menggelegar di ruang-ruang publik, saat ini seakan tidak dibutuhkan. Memuji Allah mungkin hanya bisa dilakukan melalui bilik-bilik kecil atau sudut-sudut kamar di dalam rumah.

Menjalankan ibadah dan doa dengan harapan anugerah-Nya diturunkan. Rahmat Allah SWT ditunggu agar mara bahaya diangkat secepat mungkin. Pada titik inilah manusia seharusnya sadar, ia tidak memiliki apa-apa.

Semua atas kuasa Tuhan yang Maha Perkasa. Manusia hanya makhluk kecil yang penuh kelemahan.

Selain itu, dalam tradisi Islam, silaturahmi lebaran merupakan hal penting. Aktivitas budaya ini menekankan saling terbukanya hati dan pikiran atas khilaf dan salah orang lain.

Artinya, masing-masing individu dituntut memberikan maaf seluas-luasnya kepada sanak saudara, teman-teman dan semua orang yang pernah berinteraksi langsung atau tidak.

Memang, perayaan lebaran dengan bertemu langsung kawan lama dan saudara yang jauh merantau memiliki makna besar secara sosial.

Di sinilah bobot lebaran menjadi sangat tinggi. Apalagi dibumbui dengan rangkaian tradisi yang sangat kental, seperti karnaval, ceremony lebaran seperti Halal Bihalal, reuni sekolah dan perguruan tinggi, serta lainnya dengan segala keunikan tradisi.

Semua itu seakan mengurangi nilai sosialnya saat "personal touch" ditiadakan. Namun demikian, bukan berarti ketiadaan personal touch serta merta menghilangkan spirit budaya lebaran.

Konsep dasar dari perayaan lebaran adalah ketika kita mampu memberi maaf kepada sesama.

Firman Allah SWT:

“Jadilah pemaaf dan ajaklah amalan baik, serta berpalinglah dari orang-orang bodoh.” (QS: Al-A'raf: 199)

Dalam situasi ini, meminta maaf dan memberi maaf jelas dapat dilakukan melalui sarana apa pun, termasuk teknologi.

Memaafkan itu tempatnya di hati paling dalam. Apalah artinya jika kita memaafkan di bibir dan sentuhan tubuh tapi terhalang hingga ke hati.

Sarana teknologi hanyalah media komunikasi, namun pintu pemaafan tetap ada di lubuk hati.

Kemudian, pasca-COVID-19, banyak orang memperkirakan ini akan menjadi titik balik kehidupan baru manusia. Kita sering menyebutnya sebagai "New Normal".

Wabah Covid-19 menyadarkan manusia bahwa makhluk apa pun di muka bumi ini sedang menuju pelapukan. Tiada makhluk yang semakin hari semakin kuat, tetapi justru semakin menuju kehancuran.

Corona bisa jadi penanda untuk membalikkan arus perubahan manusia hingga 180 derajat. Mungkin kerusakan kehidupan di muka bumi akan lebih cepat dari perkiraan.

Cara Merayakan Lebaran di Tengah Pandemi

Berikut ini adalah beberapa panduan merayakan Hari Raya Idul Fitri di tengah pandemi:

Silaturahmi Online

Lebaran terasa kurang tanpa saling memaafkan. Meski berjauhan, silaturahmi harus tetap berjalan.

Gunakan fitur video conference untuk menyapa keluarga dan kerabat di hari raya. Beberapa aplikasi yang bisa dipakai untuk ‘sungkem online’ di antaranya WhatsApp, Instagram, Skype, Zoom, dan Google Hangout.

Namun dalam menggunakan aplikasi tersebut kamu perlu menjaga kerahasiaan data pribadi agar tidak bocor. Pastikan terlebih dahulu keperluan data yang diminta dan keamanannya benar-benar dapat dipercaya.

Salat Idul Fitri di Rumah

Di hari Lebaran, seluruh umat muslim kerap melakukan salat Idul Fitri sebanyak 2 rakaat. Meski merupakan salat sunah, salat di hari raya ini sangat dianjurkan untuk dilakukan secara berjamaah di tanah lapang, masjid, atau mushala.

Akan tetapi, di tengah pandemi COVID-19 seperti saat ini, salat Idul Fitri justru lebih baik dilaksanakan di rumah, baik sendirian maupun bersama anggota keluarga.

Hal tersebut juga diungkapkan oleh Kementerian Agama (Menag) yang mengimbau masyarakat untuk melaksanakan salat Idul Fitri di rumah masing-masing.

Jika melakukan salat Idul Fitri secara sendirian, kamu cukup melaksanakan salat ini seperti biasanya dengan membaca surat-surat yang pendek dan tidak perlu ada khotbah.

Bila dilakukan bersama anggota keluarga di rumah harus terdiri dari sedikitnya 4 orang, yaitu 1 orang imam dan 3 orang makmum. Tata cara solatnya sama seperti salat Id biasa.

Seusai salat, khotbah dilakukan sesuai ketentuan khotbah Idul Fitri.

Namun, bila jumlah jamaah kurang dari 4 orang atau bila dalam pelaksanaan salat jamaah di rumah tidak ada yang bisa memberikan khotbah, salat Idul Fitri boleh dilakukan berjamaah tanpa khotbah.

Tetap Terapkan Protokol Kesehatan

Pemerintah melalui kementerian agama telah mengimbau agar masyarakat menunaikan salat Idul Fitri 2021 di rumah. Imbauan tersebut disampaikan tak lain guna mencegah penyebaran virus Corona.

Dengan salat Idul Fitri di rumah, kita bisa mencegah kontak fisik dengan orang lain. Namun bagaimana jika kedatangan tamu di hari Idul Fitri?

Menolak kunjungan tamu mungkin akan terkesan tidak sopan, tapi kamu berhak memberlakukan protokol kesehatan berikut:

  • Memakai masker ketika menerima tamu.
  • Tidak berjabat tangan.
  • Meminta tamu untuk cuci tangan dengan air mengalir dan sabun.
  • Menerima tamu hanya di teras atau tidak di dalam rumah.
  • Menjaga jarak saat berbincang, minimal 1,8 meter physical distancing.
  • Tidak berlama-lama.

Baca juga artikel terkait LEBARAN 2021 atau tulisan lainnya dari Maria Ulfa

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Maria Ulfa
Editor: Dhita Koesno