Menuju konten utama

Mari Mengenang Lagu Jangan Mudik dari Para Pejabat Negara

Dua tahun lalu pemerintah menganjurkan tidak mudik lewat lagu berkualitas buruk. Kali ini kita tak perlu mendengar itu karena mudik sudah diperbolehkan.

Mari Mengenang Lagu Jangan Mudik dari Para Pejabat Negara
Foto udara suasana Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (27/4/2022). ANTARA FOTO/Budi Candra Setya/YU

tirto.id - Kasus Covid-19 di Indonesia cenderung menurun sejak Februari lalu. Berdasarkan data pemerintah, sejak 14 April lalu kasus harian hanya bertambah ratusan (setelah pernah menyentuh angka puluhan ribu). Pada 27 April, misalnya, penambahannya sebanyak 617, bahkan pada 25 April hanya 317.

Tren ini membuat mudik atau pulang kampung tahun ini tidak dilarang sama sekali.

“Bagi masyarakat yang ingin melakukan mudik Lebaran juga dipersilakan, juga diperbolehkan, dengan syarat sudah mendapatkan dua kali vaksin dan satu kali booster serta tetap menetapkan protokol kesehatan yang ketat,” kata Presiden Joko Widodo pada 23 Maret lalu.

Tentu pada 2021 tetap ada yang mudik dengan berbagai cara. Dari mulai berangkat pada waktu belum dilarang sampai melewati jalur tikus. Mereka yang tak beruntung akan dipaksa balik kanan. Tahun ini, berkat lampu hijau dari pemerintah, orang-orang kota akhirnya bisa mudik dengan lega.

Jumlah kendaraan pribadi yang akan keluar rumah mencapai 40 juta, terdiri dari 23 juta mobil dan 17 juta motor, demikian prediksi Kementerian Perhubungan.

Sebetulnya pada awal tahun lalu belum ada indikasi yang jelas bahwa pandemi akan mereda--dan karenanya ada yang memperkirakan mudik dilarang lagi. Penyebabnya tak lain adalah masifnya penularan Omicron. Varian Covid-19 yang awalnya melandai pada Desember 2021--dengan jumlah penularan per hari hanya ratusan--tiba-tiba kembali meningkat. Jumlah penularannya mencapai ribuan lagi pada Januari 2022. Pada Februari 2022, penambahan kasus per hari bahkan menyentuh angka 64.718.

Dilihat dari grafik penambahan kasus per hari, bisa dibilang Februari lalu adalah momen puncak gelombang kedua Covid-19 di Indonesia. Puncak gelombang pertama adalah pada Juli 2021--ketika varian Delta mengganas.

Tapi Omicron ternyata juga menurun dengan cepat. Pada 6 Maret, sebelum pemerintah mengumumkan antigen dan PCR tidak lagi jadi syarat perjalanan jika seseorang telah menerima vaksin dua kali dan booster, peningkatan kasus per hari sudah turun di angka 24.867. Mulai 18 Maret, kasus per hari hanya bertambah di angka ribuan dan terus mengalami tren penurunan sampai sekarang.

Mengingat Imbauan Jangan Mudik

Tahun lalu, pemerintah resmi melarang mudik Lebaran mulai 6 sampai 17 Mei. Saat itu Covid-19 masih sangat masif dan belum banyak terlihat tanda-tanda penurunan. Kebijakan ini tidak hanya berlaku bagi aparatur sipil negara (ASN), tapi juga semua orang bahkan perusahaan diminta melarang karyawannya untuk mudik. Polisi bertugas di 381 titik penyekatan dari Sumatra sampai Bali.

Keputusan ini berbeda dengan tahun awal pandemi. Saat itu pemerintah tampak gamang menetapkan larangan meskipun kasus terus meningkat. Mereka hanya mengimbau untuk tidak mudik dan hanya menetapkan bahwa siapa yang berstatus orang dalam pengawasan (ODP) harus karantina di kota tujuan selama 14 hari.

Pada tahun itu Covid-19 baru terdeteksi pada awal Maret, sedangkan Lebaran berlangsung pada akhir Mei. Namun pada akhirnya, pemerintah resmi melarang mudik dan memaksa pemudik putar balik jika ketahuan.

Meski dianggap kurang tegas oleh berbagai kalangan, namun kampanye pemerintah dua tahun lalu sebetulnya cukup menarik perhatian. Mereka membuat iklan layanan masyarakat berupa lagu berjudulNggak Mudik Asyik! (2020).

Penyanyi lagu tersebut tidak lain adalah pejabat setingkat menteri di kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin. Dalam video itu ada Menkominfo Johnny G. Plate, Menpora Zainuddin Amali, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Tenaga Kerja Ida Fauziyah, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, serta Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko.

Versi lain dari lagu itu juga menampilkan menteri, tapi bersama banyak kepala daerah seperti Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Wali Kota Bogor Bima Arya.

Lagu itu dipublikasikan di berbagai platform. Dari mulai stasiun televisi seperti Indosiar & SCTV sampai akun resmi kementerian.

Kampanye memakai musik dan lagu memang sudah lama menjadi sarana yang populer. Hampir setiap iklan sekarang memakai lagu. Untuk konteks politik, kejadian yang cukup terbilang berkesan adalah ketika konser Salam Dua Jari yang digagas para relawan Jokowi-Jusuf Kalla pada Pilpres 2014. Itu dianggap sebagai salah satu kampanye besar yang menyukseskan kemenangan Jokowi-JK.

Entah bisa dibilang tanda kesuksesan atau tidak, tapi yang jelas iklan anjuran tidak mudik ramai dibicarakan di media sosial, tapi dengan nada negatif. Jakarta Post melaporkan warganet mengolok kualitas lagu tersebut--menyebutnya jelek sampai-sampai membuat masyarakat betulan tidak mudik karena suasana hati yang jadi buruk--sampai menyamakan tidak harmonisnya para penyanyi dengan miskoordinasi antarlembaga dalam penanganan pandemi.

Sementara Ikhwan Hastanto dari Vice Indonesia dengan bercanda menilai kualitas musik lagu ini dengan pernyataan berikut: “Erwin Gutawa sepertinya bakal takluk mendengar aransemen ini.”

Baik Zainuddin Amali atau Budi Karya, juga Moeldoko yang berasal dari militer, memang tidak bisa tampil luwes di depan kamera dan menyanyi dengan seirama.

Jika pejabat negara berkolaborasi, mantan elite kabinet Jokowi-JK, Wiranto, memilih solo karier. Bersama JK Records milik Judhi Kristianto, pengusaha percetakan sekaligus manajer klub bola Gautama, Wiranto, merilis lagu Ga' Mudik Ga' Papa (2020) yang dikarang oleh Harry Yamba.

Di Youtube, video lagu Ga’ Mudik Ga’ Papa sudah ditonton lebih dari 17.800 kali, lebih dari setengah penonton video lagu Nggak Mudik Asyik! yang diunggah Indosiar--ditonton 32.516 kali.

Jika lagu Nggak Mudik Asyik! dibawakan dengan musik macam dangdut remix, lagu Ga’ Mudik Ga’ Papa diiringi musik-musik tradisional Jawa. Suaranya terdengar sangat jelas dan merdu seperti rekaman-rekamannya terdahulu. Liriknya pun lebih kompleks dari Nggak Mudik Asyik! yang hanya “jangan mudik, jangan mudik dulu / Enggak mudik, tetap asyik” dengan variasi berbagai bahasa daerah.

Infografik Mengenang Lagu Larangan Mudik Pejabat

Infografik Mengenang Lagu Larangan Mudik Pejabat. tirto.id/Tino

Keunggulan kualitas lagu Wiranto tampaknya disebabkan karena memang dia menekuni betul dunia tarik suara. Sebelum jadi menteri Jokowi, mantan Menkopolhukam ini pernah merilis satu album berjudul Untukmu Indonesiaku yang berisi 17 lagu bernas.

Karena ketertarikan terhadap dunia menyanyi pula ketika pejabat-pejabat setingkat menteri belum lagi merilis lagu (atau iklan kampanye masyarakat dalam bentuk lagu), Wiranto telah kembali menelurkan video single kedua pada Februari lalu. Saat terakhir diakses, video tersebut sudah ditonton lebih dari 38 ribu kali.

Kali ini ia mengadaptasi lagu Maluku Tanah Pusaka karangan Eddie Latuharhary yang diberi judul Nusantara (Indonesia Pusaka). Di video ini Pak Wir terlihat lebih profesional. Rekaman dilakukan di studio dengan mic condenser yang memang lebih baik dari sekadar merekam dengan gawai.

Sebaiknya para pejabat memang menjadikan suara emas Wiranto sebagai patokan atau standar minimal jika membuat kampanye serupa.

Baca juga artikel terkait MUDIK 2022 atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Rio Apinino