tirto.id - Manuver PDIP memenangi palagan pilkada serentak di Jawa Barat bakal semakin mulus jika berhasil memunculkan sosok kuat antitesa kandidat yang endorse pemerintah. Nama Susi Pudjiastuti yang masuk radar PDIP untuk diusung di Pilgub Jabar, merupakan salah satu sosok yang dinilai tepat. Terobosan dan popularitas mantan menteri kelautan dan perikanan itu disebut selaras dengan karakter PDIP yang saat ini berhadap-hadapan dengan Presiden Joko Widodo.
Analis politik dari Populi Center, Usep S. Ahyar, memandang, sosok Susi Pudjiastuti cocok diusung PDIP di Pilkada Jabar untuk menambal kader partai yang kurang populer di Tanah Pasundan. Saat ini, kata dia, PDIP belum memiliki sosok kuat dari internal partai untuk diusung di Pilkada Jabar.
“Dulu ada TB Hasanuddin, ada Rieke Diah Pitaloka, tapi kan populer karena di Jakarta dan tidak ada aktivitas di Jawa Barat. Bu Susi di Priangan Timur itu terkenal dan banyak berbuat bagi Indonesia secara umum, bahkan [populer] di Pantura,” kata Usep kepada reporter Tirto, Kamis (20/6/2024).
Menurut Usep, Susi Pudjiastuti akan menguntungkan PDIP karena menjadi sosok antitesa kuat melawan bakal calon gubernur Jabar yang disokong parpol koalisi pendukung pemerintah. Koalisi ini diisi deretan parpol yang disebut dekat dengan Jokowi. Adapun perceraian jalan antara Jokowi dengan PDIP sudah terjadi sejak Pilpres 2024.
Jokowi dianggap mendukung pasangan yang kini resmi menyandang presiden dan wakil presiden terpilih periode 2024-2029, yakni Prabowo Subianto dan putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka. Tak mengherankan jika sejumlah pengamat menilai dukungan Jokowi terhadap Koalisi Indonesia Maju (KIM) – gerbong parpol pengusung Prabowo-Gibran – akan tetap berlanjut di arena pilkada.
“PDIP mencari antitesa yang didukung oleh koalisi pemerintahan hari ini dan itu cocok jika Bu Susi. Bu Susi kan relatif kritis terhadap pemerintah Jokowi belakangan ini dan kritiknya konstruktif di sektor yang dia kuasai,” ujar Usep.
Susi Pudjiastuti dianggap juga berkali-kali menjadi menteri favorit saat masih bergabung di kabinet pemerintahan Presiden Jokowi periode pertama. Terobosannya ketika masih memimpin Kementerian Kelautan dan Perikanan dinilai banyak mewakili masyarakat.
“Banyak yang bisa dikapitalisasi dari Bu Susi walaupun sekarang radarnya belum kencang dan belum dimunculkan dengan baik,” terang Usep.
Sejumlah nama memang sudah banyak muncul digadang-gadang bakal meramaikan bursa Pilkada Jabar. Di kubu parpol pendukung pemerintah, ada sosok Dedi Mulyadi yang disebut akan diusung Partai Gerindra dan nama Bima Arya hingga Desy Ratnasari yang ditawarkan oleh PAN.
Adapun Golkar, pemenang Pileg Jabar 2024, bersikeras menyodorkan sosok mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil atau Kang Emil, yang popularitasnya masih mentereng meski sudah lengser. Kendati demikian, Gerindra sendiri mendorong RK untuk berkontestasi di Pilkada Jakarta. Hingga kini belum ada keputusan resmi di mana Emil bakal berlaga.
Di sisi lain, Nasdem resmi mengusung Ilham Habibie untuk meramaikan palagan di Jabar. Putra dari presiden Indonesia ke-3 BJ Habibie itu mendapatkan tiket dari Partai Nasdem maju di Pilkada Jabar. Adapun PPP yang juga rekan koalisi PDIP di Pilpres 2024, tampaknya mengusung mantan wakil gubernur Jabar, Uu Ruzhanul Ulum, di pilkada kali ini. Sementara itu, PKB dan PKS masih mengodok sejumlah nama untuk maju di Jawa Barat.
Menurut Usep, PDIP perlu mencari sosok pendamping Susi untuk memaksimalkan peluang di Pilkada Jabar. Pasalnya di Jawa Barat, PDIP cuma mendapatkan 17 kursi di Pileg 2024 sehingga perlu mencari parpol untuk berkoalisi dalam Pilkada Jabar. Usep memandang, PDIP perlu mencari sosok santri atau religius untuk melengkapi keunggulan Susi di Jawa Barat.
“Sosok yang dari sisi keagamaan mungkin lebih bisa mengakomodasi kepentingan santri. Di wilayah Jawa Barat kan pemilih cukup kuat ya yang bercorak Islam,” ujar Usep.
Mengacu pada hasil survei SMRC selama 27 Mei sampai 2 Juni 2024 terhadap 810 responden (margin of error 3,5 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen), dalam status top of mind masyarakat Jawa Barat masih diungguli Ridwan Kamil (Golkar) dengan 25,2 persen. Baru diikuti dengan sosok Dedi Mulyadi (Gerindra) 16,3 persen, Bima Arya (PAN) 1,3 persen dan Deddy Mizwar (Gelora) 0,9 persen. Di luar itu, nama-nama yang masuk memiliki elektabilitas di bawah 1 persen.
Sementara itu, dalam simulasi semi terbuka, nama Ridwan Kamil justru memperoleh suara melejit hingga 52,2 persen. Kemudian disusul Dedi Mulyadi (28,9 persen), Deddy Mizwar 3,8 persen, Dede Yusuf (1,9 persen) dan nama lain di bawah 1,9 persen dengan total 11,9 persen.
Kendati demikian, tak disebutkan dalam survei tersebut apakah nama Susi Pudjiastuti masuk sebagai salah satu kandidat di Pilkada Jabar. Pasalnya menurut Usep, nama Susi memang baru dimunculkan baru-baru ini, karena dalam pilkada sebelumnya belum ada parpol yang memberikan tiket untuk Susi maju di Jawa Barat.
Perlu Kerja Keras
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, memandang, PDIP mesti kerja keras jika Ridwan Kamil benar-benar maju dalam kontestasi Pilkada Jabar. Adi mengamini bahwa Susi merupakan sosok yang populer dan digandrungi di Jabar, tapi Emil memiliki modal yang jauh lebih besar.
“Karena apa pun judulnya, Ridwan Kamil (RK) popularitasnya paling mentereng dan nyaris tidak ada lawan sepadannya hingga hari ini. Mengingat RK dianggap sebagai mantan Gubernur Jawa Barat yang punya kinerja baik dan popularitasnya bagus,” kata Adi kepada reporter Tirto, Kamis (20/6/2024).
Jika PDIP serius mengusung Susi, kata dia, maka dalam waktu 6 bulan ke depan perlu ada kerja-kerja politik yang nyata. Upaya ini akan menentukan apakah elektabilitas Susi bakal melejit atau justru terkubur jauh.
“RK jika maju di Jabar siapa pun lawannya termasuk Susi, saya kira harus kerja keras,” lanjut Adi.
Di sisi lain, Adi menilai parpol pendukung pemerintah di KIM tidak akan mengambil langkah untuk saling berhadap-hadapan di Pilkada Jabar. Maka dari itu, mau tak mau harus ada yang mengalah antara Gerindra dan Golkar dalam mengusung jagoan di Jawa Barat.
“Gerindra akan memajukan Dedi Mulyadi misalnya, tentu ini yang akan dikompromikan dengan Golkar. Karena kalau Dedi dan RK maju di Jabar, maka tentu Gerindra dan Golkar akan berhadap-hadapan dan ini kan yang dihindari,” jelas Adi.
Adi menilai Golkar saat ini punya kencenderungan untuk terus mengajukan Ridwan Kamil di Jawa Barat karena survei elektabilitas yang tinggi. Dia memandang akan terjadi negosiasi politik di deretan parpol pendukung pemerintah merespons dinamika Pilkada Jabar.
“Dedi enggak mungkin dimajukan kalau RK di Jawa Barat. Di sisi lain akan menarik kalau parpol non-KIM berkoalisi di Jabar,” jela Adi.
Nama Susi Pudjiastuti memang masuk radar PDIP dalam Pilkada Jabar. Hal ini diungkap oleh Ketua DPD PDIP Jawa Barat, Ono Surono. Dia mengklaim, sinyal dukungan itu juga muncul setelah mendengar pernyataan Susi yang bakal maju bila memang ada dorongan dari masyarakat.
“Ada statement Bu Susi beliau apabila diminta masyarakat, beliau akan siap. PDIP akan dalami itu, apakah Bu Susi siap untuk kita usung. Kita bisa dorong partai lain eksplor lebih jauh kesiapan Bu Susi. Menurut saya Bu Susi figurnya menarik,” kata Ono di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (19/6/2024).
Kendati demikian, PDIP sendiri belum membangun komunikasi dengan Susi soal pilkada. Ono mengaku akan mengunjungi Susi secara langsung dalam waktu dekat.
“Insyaallah saya akan berkunjung langsung bertemu Bu Susi sekalian liburan ke Pangandaran,” ucap Ono.
Respons Gerindra dan Golkar
Ketua DPP Partai Golkar, Dave Laksono, menyatakan, partainya bakal memprioritaskan RK maju di Pilkada Jabar 2024. Saat ini, kata dia, RK memang sudah mengantongi dua surat tugas dari partainya untuk maju di Jakarta dan Jabar. Pernyataan Dave itu menjawab pertanyaan Tirto perihal langkah PDIP yang melirik Susi Pudjiastuti untuk didorong maju di Pilkada Jabar 2024.
“Tertinggi survei, kan, Pak RK (untuk) Pilkada Jabar. Jauh di atas siapa pun itu. Jadi, bodohlah kalau kita enggak mempertimbangkan beliau,” kata Dave saat dihubungi Tirto, Kamis (20/6/2024).
Golkar, kata dia, tak gentar bila PDIP mendorong Susi di Pilkada Jabar. Dave optimistis RK masih menang, apalagi mantan Gubernur Jabar dan elektabilitasnya itu di atas 50 persen.
“Iya, Kang RK pernah jadi gubernur, survei di atas 50 persen,” tutur Dave.
Kendati demikian, Dave enggan menjawab soal rencana Gerindra merekomendasikan RK maju di Pilkada Jakarta. Meskipun dia memastikan bahwa RK memang ditugaskan Golkar untuk maju di Pilkada Jakarta dan Jabar.
“Akan tetapi, hasil survei di Jabar (lebih tinggi),” ucap Dave.
Ditemui terpisah, Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Habiburokhman, mengatakan, Gerindra yang sedari awal kukuh mendorong Ridwan Kamil maju di Pilkada Jakarta mengaku tak bisa memaksa Golkar. Gerindra, kata dia, ingin Koalisi Indonesia Maju, koalisi pengusung dan pendukung Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, memenangi kontestasi Pilkada di Jabar.
Oleh karena itu, kata dia, Gerindra ingin memastikan sosok yang diusung memiliki kans kemenangan.
“Kami ingin sebaiknya di Jawa Barat kita menang, di Jakarta kita menang. Pasti, kan, cari sosok-sosok yang kalau untuk memenangi pertarungan itu elektabilitasnya saat ini sudah cukup terukur,” ucap Habiburokhman di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (20/6/2024).
Habiburokhman juga optimistis figur yang KIM dorong di Pilkada Jakarta dan Jabar akan menang. Sebab, mereka ingin menyelaraskan antara pimpinan pusat dan kepala daerah dalam sebuah program.
“Kalau bisa dua-duanya kita bisa menang, ya. Kenapa? Karena pentingnya keselarasan antara pemimpin pusat Pak Prabowo ya dengan kepala daerah di daerah-daerah tersebut,” tutur Habiburokhman.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Abdul Aziz