Menuju konten utama

Kans Marzuki-Risma Jadi Lawan Kuat Khofifah-Emil di Pilgub Jatim

Pilkada Jawa Timur 2024 akan jadi ajang balas dendam Pilpres 2024 bila benar poros PKB-PDIP bersatu mengusung Marzuki-Risma.

Kans Marzuki-Risma Jadi Lawan Kuat Khofifah-Emil di Pilgub Jatim
Bakal Calon Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (kiri) dan Bakal Calon Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak (kanan) menerima surat dukungan dari Partai Perindo untuk maju sebagai Bakal Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur 2024 di DPP Partai Perindo, Jakarta, Rabu (22/5/2024). Partai Perindo secara resmi memberikan surat dukungan kepada Bakal Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak untuk Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur 2024. ANTARA FOTO/Erlangga Bregas Prakoso/wpa.

tirto.id - Konfigurasi untuk mencari lawan pasangan Khofifah Indar Parawansa-Emil Dardak di Pilkada Jawa Timur 2024 terus bergulir.

Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), sebagai pemilik kursi dan suara terbesar di Jawa Timur terus menggaungkan nama eks Ketua PWNU Jawa Timur, Marzuki Mustamar, sebagai lawan Khofifah-Emil.

Terkini, Wasekjen PKB Syaiful Huda mengungkapkan keinginan untuk mengusung Kyai Marzuki dengan eks Wali Kota Surabaya yang kini menjadi Menteri Sosial Tri Rismaharini di Pilkada Jatim 2024.

"Kiai Marzuki berpasangan dengan Bu Risma saya kira menarik," kata Huda di Jakarta, Kamis (13/6/2024).

Huda mengaku, DPW PKB Jawa Timur sudah berkomunikasi tentang rencana pengusungan tersebut. Ia mengatakan bahwa PDIP, partai asal Risma, kemungkinan mendukung rencananya ini.

Akan tetapi, rencana pengusungan Marzuki masih menunggu kesediaan mantan petinggi PWNU Jatim itu. Ia berharap Marzuki mau karena para pengurus mulai dari simpatisan, kader, pengurus, sangat berharap maju.

Huda menilai, Marzuki layak maju karena ia adalah mantan birokrat. Marzuki merupakan ASN di Kementerian Agama sehingga memiliki pengalaman birokrasi. Ia pun mengomparasikan Marzuki mirip dengan alm. KH Hasyim Muzadi.

Kemudian, pemilihan Risma dilakukan karena perlu tokoh perempuan untuk menghadapi Khofifah, dan Risma adalah tokoh yang tepat. Ia pun mengusulkan sendiri Marzuki-Risma.

Marzuki-Risma Lawan Berat Khofifah-Emil?

Analis sosial-politik Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Musfi Romdoni, mengakui kekuatan PDIP dan PKB di Jawa Timur sangat besar.

Akan tetapi, ia mengingatkan bahwa pileg dengan Pilkada bisa jadi berbeda akibat fenomena split ticket voting di mana pemilih bisa memilih partai tetapi tidak dengan kandidat yang diusung.

Selain itu, poin yang perlu menjadi catatan serius dalam kacamata Musfi adalah elektabilitas Marzuki dan Risma. Di survei terbaru, elektabilitas Marzuki dan Khofifah masih terpaut 20% lebih. Pada kasus Risma, meskipun sangat populer, elektabilitasnya justru tidak tinggi.

"Singkat kata, dengan situasi saat ini, khususnya soal elektabilitas, rasanya masih berat untuk Marzuki-Risma mengalahkan Khofifah-Emil," kata Musfi kepada Tirto, Jumat (14/6/2024).

Musfi mengakui ada kelebihan Marzuki maupun Risma. Marzuki dipecat dari kursi PWNU Jawa Timur pada 2023. Pergantian itu bisa menjadi sinyal kalau PBNU tidak mendukung Marzuki.

Sementara itu, Risma memang populer kala ia memimpin Surabaya. Akan tetapi hal itu mulai menurun, apalagi perempuan yang juga kader PDIP ini gagal menjadikan kursi Menteri Sosial sebagai panggung politik. Elektabilitas Risma terpantau stagnan.

Musfi menilai pengusungan nama Marzuki-Risma harus melihat dinamika ke depan. Ia pun menilai perlu diuji sebelum disetujui untuk diusung.

"Jangan terburu-buru untuk menentukan mana yang jadi wakil. Data elektabilitas itu tidak statis, tapi dinamis. Semuanya dapat berubah dalam 2 bulan ke depan," kata Musfi.

KH Marzuki Mustamar

Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Jawa Timur, KH Marzuki Mustamar, memberikan keterangan kepada pers, di Kediri, Jawa Timur, Rabu (13/10/2021). ANTARA/Asmaul

Berbeda, Analis politik Universitas Jember, M. Iqbal, mengacungi jempol PDIP jika ingin kembali maju bersama PKB. Hal ini tidak lepas dari kedua partai ini sempat menelan pil pahit kekalahan pada Pilkada 2018 lalu oleh Khofifah-Emil.

Menurut Iqbal, Marzuki-Risma bisa menjadi lawan kuat bagi Khofifah-Emil, apalagi jika mampu menarik dua partai tersisa, yaitu PKS dan Nasdem.

Iqbal melihat secara elektabilitas, Risma jauh lebih unggul dibandingkan dengan kader dan elit PKB Jawa Timur. Nama Risma masih sangat kuat di mata warga Jawa Timur karena rekam jejaknya memimpin dua periode Kota Surabaya dan Kementerian Sosial.

Namun secara modal sosial kultural, nama Kiai Marzuki cukup naik pascainsiden pemecatannya sebagai Ketua PWNU Jatim imbas intrik politik Pilpres 2024.

Situasi itu bisa saja menciptakan daya magnet yang kuat dan solid bagi basis jejaring pemilih santri se-Jawa Timur melawan Khofifah-Emil yang didukung oleh "kuasa istana".

"Bila konteks itu benar terjadi, maka Pilgub Jatim November nanti bisa saja beraroma "pembalasan" atas kekalahan di Pilpres 2024. Sekaligus jadi ajang pembuktian, sudah saatnya "pemimpin moral dan pembela wong cilik" memimpin Jawa Timur dengan menghentikan laju dominasi pemimpin yang mudah tersandera oleh kuasa politik," kata Iqbal kepada Tirto, Jumat (14/6/2024).

Selain itu, jika PDIP dan PKB juga berhasil menggaet PKS dan Nasdem, kekuatan pasangan yang akan mereka usung bisa menjadi sangat besar. Jika mengacu pada kekuatan suara Pileg 2024 di Jatim, gabungan mesin politik poros empat partai ini jauh lebih unggul (sekitar 11,3 juta suara) ketimbang total hasil suara pileg 6 parpol pengusung Khofifah-Emil (sekitar 10,6 juta suara).

"Jika acuannya semata andalkan soliditas mesin politik pileg saja, maka Marzuki-Risma punya kans unggul tipis melawan petahana," kata Iqbal.

Iqbal mengakui bahwa Pilkada tidak sama dengan Pileg. Ia mengingatkan, Pilkada terdiri atas beberapa faktor seperti faktor keutuhan kapasitas, elektabilitas dan popularitas kandidat secara tunggal jadi penentu utama kemenangan. Kalau di pileg, masih bergantung pada akumulasi hasil kerja politik para caleg.

Di sisi lain, kondisi pilkada 2018 berbeda dengan Pilkada 2024. Koalisi PDIP-PKB dalam Pilkada Jatim 2018 jelas berbeda dengan Pilkada 2024. Ia melihat, kekalahan dengan selisih sekitar 7 persen koalisi PDIP-PKB pada 2018 itu tampaknya memang ada faktor kandidat, tapi tanpa nuansa Pilpres yang berlangsung setahun berikutnya.

Sementara itu, di Pilkada Jatim 2024 nanti, residu Pilpres 2024 akan sangat berperan dalam pilkada. Ia menyinggung relasi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Presiden Jokowi usai Pilpres 2024 masih "panas". Ditambah insiden pemecatan Kiai Marzuki oleh pimpinan PBNU juga mungkin menyisakan gelombang simpati di satu pihak dan spektrum "dendam politik" di lain pihak.

"Bila benar konteksnya begitu, bisa saja poros PKB-PDIP yang mengusung Marzuki-Risma bakal jadi arena pertarungan paling sengit dari semua Pilkada serentak tahun ini. Apalagi klaim PKB yang memenangi 36 dari 38 daerah kursi Ketua DPRD se-Jatim, ditambah pemilih loyal dan militan partai "moncong putih" itu, maka Pilkada Jatim bakal jadi arena menumbangkan petahana," kata Iqbal.

PDIP Mulai Berpaling dari Khofifah

Politikus PDIP, Aryo Seno Bagaskoro, mengaku partainya terus membuka opsi dalam Pilkada Jatim 2024. Mereka juga sadar bahwa Jawa Timur adalah salah satu basis unik, yakni menciptakan banyak kader berprestasi di tubuh PDIP.

Seno mengakui bahwa PDIP telah menyampaikan keinginan maju mendampingi Khofifah. Namun, Seno tidak memungkiri PDIP mulai membuka opsi lain setelah Khofifah tetap ingin bersama Emil Dardak.

"Bukan tidak mungkin juga apabila nanti Partai memutuskan untuk mendorong kader internal untuk menjadi lokomotif, apabila itu punya alasan rasional yang cukup," kata Seno, Jumat (14/6/2024).

Seno mengaku, banyak nama internal PDIP yang sudah aktif di nasional, tetapi melekat di Jawa Timur. Ia mencontohkan Mensos Tri Rismaharini, Menpan-RB Azwar Anas, hingga Ketua Banggar DPR RI Said Abdullah dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.

Mereka masih mencari opsi sebaik mungkin sekaligus konsolidasi dalam pemenangan pilkada.

"komunikasi politik seluas-luasnya dengan siapa saja. Yang penting siapapun calonnya nanti, kami pastikan figur ini adalah figur yang mampu bergerak cepat dan terus membangun ikatan bonding dengan rakyat sebagaimana amanat Ibu Ketua Umum," kata Seno.

Sementara itu, Juru Bicara PDIP, Cicho Hakim, mengakui bahwa perolehan suara PDIP di Jatim membuat partai berlambang banteng itu layak untuk mengusung cagub maupun cawagub sendiri. Ia menilai wajar bila PDIP bisa mengusung kader sendiri sebagai kepala maupun wakil kepala daerah karena memiliki mesin partai yang mumpuni.

"Nah harapan kami tentu di awal untuk bisa bekerja sama dengan ibu Khofifah dan partai-partai politik yang mengusungnya, namun kemungkinan untuk bisa bekerja sama juga dengan Partai Kebangkitan Bangsa yang akan mendukung KH Marzuki juga sedang kami jajaki," kata Cicho, Jumat (14/6/2024).

Chico mengaku PDIP masih punya waktu untuk mencermati situasi politik ke depan dengan menggunakan data ilmiah. Mereka juga mempertimbangkan hasil survei, elektabilitas dan lainnya.

Mereka pun terus melakukan simulasi kemungkinan kader mereka menjadi wakil atau menjadi gubernur dalam memenangkan Pilkada Jawa Timur 2024.

"Jadi sampai hari ini masih banyak kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi," kata Cicho.

KUNJUNGAN KERJA MENSOS DI PALEMBANG

Menteri Sosial Tri Rismaharini (depan) beserta jajaran meninjau fasilitas di Sentra Layanan Sosial Budi Perkasa Palembang, Sumatera Selatan, Kamis (6/4/2023). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/rwa.

Baca juga artikel terkait PILKADA 2024 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Bayu Septianto