tirto.id - Calon wakil presiden nomor urut 1, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin sempat menyebut istilah tobat ekologis di debat keempat Pilpres 2024, Minggu (21/1/2024) malam.
Pada segmen kelima debat keempat, Cak Imin menyinggung soal banyaknya terjadi bencana ekologis. Hal ini menurutnya harus diantisipasi dengan baik oleh seluruh pihak secara bersama-sama.
Cak Imin mengingatkan bahwa saat ini Indonesia sedang mengalami ancaman bahaya lingkungan dan krisis iklim yang sangat mengerikan. Dia menyoroti pemanasan global yang menjadi penyebab gagal panen, gagal tanam, dan masalah lainnya.
Cak Imin pun dalam debat keempat pada Minggu malam mengajak seluruh kandidat capres dan cawapres dan setiap orang untuk tobat ekologis untuk masa depan yang lebih baik.
Lantas, apa arti pertobatan ekologis dalam ajaran kristiani?
Rohaniwan Katolik, Romo Benny Susetyo menjelaskan baha pertobatan ekologis secara umum adalah bagaimana manusia menjaga ekosistem alam semesta. Dia mengatakan alam semesta itu jangan hanya dieksploitasi hanya demi kepentingan ekonomi.
"[Tapi] harus ada keseimbangan. Itu yang disebut keadaban alam," kata Benny saat dihubungi Tirto, Senin (22/1/2024).
Menurut Benny, eksploitasi sumber daya alam selama ini tidak melibatkan aspek-aspek budaya masing-masing masyarakatnya. Dia mencontohkan hutan lindung di Kalimantan dibabat habis hanya untuk kepentingan eksploitasi misalnya food estate. Menurutnya, hal itu salah satu contoh ketidakseimbangan antara alam dan manusia.
"Jadi, kalau kita bicara pertobatan ekologis kita bicara tentang tata kelola alam. Di mana tata kelola alam itu harus memperhatikan nilai-nilai keseimbangan itu," jelas Benny.
Benny mengatakan bila dikaitkan dengan Pancasila, alam semesta harus tunduk pada nilai ketuhanan.
Nilai ketuhanan, kata dia, setiap orang harus menghargai alam. Sebab, alam semesta itu dikelola, tetapi bukan untuk dieksploitasi hanya untuk keserakahan.
"Maka kalau kita bicara tentang pertobatan ekologi maka kita bicara keberpihakan nilai kemanusiaan itu bermanfaat untuk manusia bukan untuk manfaatnya pemodal," tutur Benny.
Dia mengatakan alam yang selama ini hanya untuk investasi harus dikembalikan. Benny mengatakan harus ada proteksi tentang tata kelola alam.
"Jadi, jangan seperti di Kalimantan, batubara dikelola hanis-habisan, setelah itu menimbulkan lubang-lubang besar. Akhirnya terjadi pencemaran sungai dan lingkungan," kata Benny.
Benny mengatakan aksi kelola alam secara serakah itu bentuk sikap manusia yang tidak bertanggungjawab terhadap semesta alam. Ia mengatakan alam harus dikembalikan dengan melibatkan masyarakat.
"Masyarakat siapa yaitu masyarakat di sekitar itu, ada masyarakat adat, masyarakat yang menjaga hukum adat, ada juga masyarakat yang selalu terlibat pengembalian keputusan berdasarkan nilai adat itu. Di situlah nilai keadilan," ucap dia.
Benny mengatakan pertobatan ekologi itu harusnya menyangkut aspek paling dalam, yaitu aspek ilahi. Jadi, kata dia, manusia yang menghancurkan keadaan alam sama halnya sedang menghancurkan keadaban sang penciptanya, yaitu Tuhan.
"Kalau alam itu dirusak, wajah Tuhan yang dirusak," tukas Benny.
Romo Benny mengutip seruan Paus Fransiskus melalui Ensiklik Laudato Si Art tentang pertobatan ekologis bagi seluruh manusia dalam hubungannya dengan alam sebagai ciptaan Allah.
Dalam seruan itu dijelaskan bahwa tindakan manusia yang merusak alam merupakan pencederaan atas karya Allah dan persekutuan universal seluruh alam semesta.
"Tema pertobatan ekologis dalam Ensiklik Laudato Si boleh disebut sebagai obat penawar yang dianjurkan oleh Gereja dalam menanggapi persoalan ekologis yang terjadi atas bumi ini," tutup Benny.
Cak Imin Ungkit Etika Lingkungan
Cak Imin sempat mengungkit soal etika dalam sesi segmen terakhir debat Pilpres 2024. Dia menilai etika terkait lingkungan dan pembangunan perlu dilakukan.
"Taubat itu dimulai dari etika, sekali lagi etika, etika lingkungan dan etika pembangunan," kata Cak Imin dalam debat keempat Pilpres 2024 di Jakarta Convention Center, Minggu (21/1/2024).
Cak imin menuturkan, inti dari pembangunan berkelanjutan yaitu tidak ada satu pun yang ditinggalkan. Dari petani, peternak, nelayan, masyarakat adat, dan seluruh kelompok-kelompok rentan lainnya.
“Pembangunan berkelanjutan jangan diabaikan, malah ngurusi kekuasaan yang berkelanjutan,” kata Cak Imin.
“Telah nyata kerusakan di darat dan di laut karena ulah tangan manusia,” kata dia.
Cak Imin menambahkan, jika terpilih, anggaran untuk mengatasi krisis akan tingkatkan secara signifikan, termasuk riset sekaligus implementasi energi baru dan terbarukan (EBT).
“Kita silahkan RUU masyarakat adat secepat-cepatnya. Dana subsidi atau dana untuk masyarakat desa kita tingkatkan Rp5 miliar per tahun,” ucap dia.
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Anggun P Situmorang