Menuju konten utama

LPS Ungkap Fenomena BPR Bangkrut Masih akan Terjadi pada 2024

Lebih dari dua bank perekonomian rakyat (BPR) yang akan bangkrut tahun ini.

LPS Ungkap Fenomena BPR Bangkrut Masih akan Terjadi pada 2024
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa menyampikan hasil rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) I Tahun 2024 di kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (30/1/2024). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/tom.

tirto.id - Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan bakal ada lebih dari dua bank perekonomian rakyat (BPR) yang akan bangkrut tahun ini. Menurut dia, tren yang terjadi setiap tahun ada sekitar 7 hingga 8 BPR gulung tikar.

Hal ini menyusul aksi LPS yang melikuidasi dan membayar klaim penjaminan simpanan terhadap dua BPR pada awal 2024.

“Secara rata-rata ya 7 sampai 8 [BPR yang bangkrut setiap tahun]. Waktu krisis enggak ada, mungkin semua siap pada waktu itu. Sekarang kita akan balik ke normal mungkin 7 sampai 8," kata Purbaya dalam konferensi pers KSSK Kuartal I-2024 di Kementerian Keuangan, Jakarta, Selasa (30/1/2024).

Purbaya mengatakan tren bangkrutnya BPR bukan mencerminkan perekonomian Indonesia yang makin melemah. Namun, kondisi demikian berkaca pada kesehatan bank yang memang sudah sakit akibat fraud.

Saat ini, dua BPR berstatus bangkrut adalah PT BPR Syariah Mojo Artho Kota Mojokerto (Perseroda) Jawa Timur dan BPR Wijaya Kusuma di Madiun, Jawa Timur.

“BPR itu utamanya karena adanya fraud di BPR. Kalau kita lihat BPR sakit seperti itu, enggak bisa lagi diperbaiki jadi kita dengan cepat, tetapi tergantung kebijakan OJK," imbuh dia.

Meski banyak BPR akan menyusul bangkrut, Purbaya menjamin kondisi demikian tidak menimbulkan gejolak dalam perekonomian domestik.

“Dampaknya ke ekonomi tidak akan signifikan dan gejolak di perekonomiannya juga tidak terlalu besar, karena kita juga tutup dengan cepat dana-dana yang dibutuhkan masyarakat," tutur dia.

Baca juga artikel terkait BPR atau tulisan lainnya dari Faesal Mubarok

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Faesal Mubarok
Penulis: Faesal Mubarok
Editor: Bayu Septianto