tirto.id - Penerapan lagu dewasa pada anak-anak dapat berdampak buruk, karena tidak sesuai dengan kondisi emosional, intelektual dan penguasaan bahasa.
Lagu adalah rangkaian kata yang digabungkan dengan musik dan merupakan bagian dari kultur, serta sering dijadikan lambang dari perasaan manusia.
Melansir laman resmi British Council, mendengarkan lagu atau menyanyi pada anak seperti halnya berlatih aerobik yang meningkatkan efisiensi kardio-vaskular, meningkatkan kadar oksigen dalam darah, dan meningkatkan kewaspadaan.
Hal tersebut berkaitan langsung dengan pengurangan stres, panjang umur, dan kesehatan secara umum, serta meningkatkan sirkulasi udara di bagian atas pernapasan yang mampu mengurangi infeksi bakteri penyebab pilek, flu, dan batuk.
Menyanyi bersama juga meningkatkan perilaku baik pada anak-anak seperti meningkatkan ikatan sosial.
Dengan lagu, anak-anak juga bisa menyampaikan perasaan dan menunjukkan ekspresi seperti halnya orang dewasa.
Namun, lagu anak-anak dan orang dewasa memiliki cukup banyak perbedaan. Di antaranya, variasi nada, penggunaan bahasa, dan pemaknaan yang harus disesuaikan dengan keadaan emosional.
Lagu anak-anak seharusnya memiliki lirik sederhana, ringan, mudah diingat, dan biasanya disertai dengan gerakan yang sesuai dengan lirik tersebut.
Namun, saat ini lagu anak-anak jarang ditemui di Indonesia. Alasan utamanya adalah karena lagu memiliki nilai komersil yang melihat gairah pasar.
Lagu anak-anak lebih jarang diproduksi karena lebih memilih menyasar kalangan remaja muda hingga dewasa.
Tak pelak, lirik-lirik lagu tersebut menggambarkan kehidupan orang dewasa; percintaan, patah hati, kekerasan, kecemasan, hingga perselingkuhan.
Secara naluriah, anak-anak membutuhkan lagu dan gerak dalam proses pertumbuhan mereka.
Konsumsi lagu dewasa pada anak-anak pun tidak bisa dihindari. Namun, bukan berarti hal itu tanpa risiko.
Berdasarkan data yang dihimpun tim riset Tirto, penerapan lagu dewasa pada anak-anak menyebabkan kerusakan jiwa anak dalam cara penalaran, persepsi anak soal hidup terganggu, dan berpotensi menjadikan anak-anak dewasa sebelum waktunya.
Selain itu, penghayatan anak terhadap lagu dewasa membuatnya dipaksa menghayati emosi yang belum dikenalnya. Misalnya, sakitnya diselingkuhi; anak-anak tentu belum paham bagaimana rasanya diselingkuhi oleh kekasih.
Sebuah penelitian dari Jurnal Panggung vol.5 oleh Ardipal, mempelajari bagaimana lagu dewasa berperan dalam pertumbuhan anak-anak. Penelitian tersebut mempelajari 3 jenis lagu, 2 lagu dewasa dan 1 lagu anak-anak.
Lagu dewasa pertama berjudul "Aku Yang Tersakiti" dari Judika, lagu kedua "Goyang Dumang" dari Cita Citata, sedangkan lagu anak dipilih "Pergi Belajar" ciptaan Ibu Soed.
Ketiga lagu tersebut memiliki nada dasar Do=C atau nada natural dalam praktik bermain musik.
Lagu "Pergi Belajar" memiliki ritme sedang (andante) yang mengisahkan tentang anak yang berbakti kepada orang tua, giat belajar untuk bisa mengembangkan diri dan membanggakan orang tua.
Lagu "Aku Yang Tersakiti" memiliki ritme sedang pula, namun pada bagian refrain ada variasi ritme dan nada yang cukup signifikan dengan range nada (dari rendah ke tinggi) yang luas sehingga bagi anak-anak dapat mengalami cedera pita suara saat menyanyikan lagu dengan teknik yang berat ini. Lirik lagu ini juga menceritakan kisah seseorang yang ditinggalkan kekasihnya.
Lagu yang bertema patah hati ini dampaknya secara psikologis dapat menimbulkan perubahan pada perilaku terhadap lingkungan mereka nantinya.
Secara tekstual, lirik lagu ini mengisahkan orang yang patah dan ditinggalkan. Tentu ini belum dipahami oleh anak-anak.
"Lirik lagu ini jika tidak dengan bimbingan orang tua dapat menimbulkan pendewasaan dini pada anak-anak,” tulis peneliti dalam jurnal tersebut.
Serupa dengan lagu sebelumnya, "Goyang Dumang" juga mengisahkan seseorang yang ditinggalkan dan memilih melupakannya dengan bergoyang dan menciptakan suasana ceria.
Lagu bergenre dangdut ini memiliki ritme yang cepat dan lirik sederhana sehingga mudah ditirukan oleh anak-anak balita sekalipun.
Namun, penghayatan lirik lagu ini juga akan membentuk persepsi anak ke pola yang salah tentang suatu hubungan.
Meskipun anak-anak di rentang usia menuju remaja (kelas 5 dan 6 SD) sudah mampu memahami artinya meskipun tidak setepat orang dewasa.
Dari penelitian terhadap 3 lagu tersebut, peneliti menganjurkan ada 3 aspek yang harus dipertimbangkan dalam memilih lagu untuk anak-anak yaitu aspek psikologi, fisik, dan mental.
Tidak jarang, pola ritmis, range nada, melodi, interval, dan tempo lagu dewasa tidak layak dinyanyikan oleh anak-anak karena pita suara dapat terganggu perkembangannya sebagaimana lirik di dalamnya belum sesuai dengan perkembangan mental dan psikologis.
Pendampingan orang tua atau orang dewasa lainnya masih dibutuhkan dalam pendidikan terhadap lagu anak-anak dan mengawasi pemilihan lagu.
Lagu anak-anak yang terkenal seperti Baby Shark dan lagu-lagu tema dari film anak-anak seperti Upin-ipin dapat dijadikan referensi lagu anak-anak untuk membantu membentuk imaji positif melalui musik.
Editor: Yandri Daniel Damaledo