tirto.id - “Haaiii.”
Rakha menyapa keempat juri Indonesian Idol Junior 2018 saat ia masuk ke ruangan audisi. Dibalut kaos dan topi berwarna merah, ia berdiri dengan percaya diri dan siap untuk bernyanyi. Ketika salah satu juri bertanya lagu apa yang ingin dinyanyikan, anak laki-laki berusia 5 tahun tersebut menjawab,“Asal Engkau Bahagia dari Armada.”
Lagu yang dibawakan Rakha itu mengisahkan tentang seseorang yang rela berpisah dengan pasangannya sebab ia menyukai orang lain. Kebahagiaan sang kekasih dinilai lebih penting meski orang tersebut mesti merasakan perih karena patah hati. Dengan susah payah, Rakha pun berhasil menyanyikan sebagian lagu yang dibawakan band asal Palembang tersebut meski ia tak lolos ke babak selanjutnya.
Serupa dengan Rakha, peserta Indonesian Idol Junior Nashwa juga menyanyikan lagu orang dewasa yang sedang naik daun saat dirinya mengikuti audisi. Di hadapan para juri, anak perempuan berusia 13 tahun tersebut membawakan lagu “Friends” dari Marshmello & Anne Marie. London Evening Standarddalam artikelnya mengatakan bahwa lagu tersebut bercerita soal perempuan yang disukai oleh seorang laki-laki padahal ia menganggapnya sebagai teman. Usai bernyanyi, juri pun meloloskan Nashwa sebab ia dinilai mampu membawakan lagu dengan enak.
Kisah Nashwa dan Rakha di atas memperlihatkan bagaimana lagu orang dewasa lebih akrab di telinga anak-anak sehingga kerap dinyanyikan, salah satunya di ajang pencarian bakat. Selain mereka berdua, peserta audisi lainnya yang berusia belia pun menyanyikan lagu dengan lirik khas orang dewasa seperti “Uang” milik Nike Ardilla, “Jangan” dari Marion Jola, dan “When I was Your Man” oleh Bruno Mars.
Kepada Tirto, psikolog anak Ratih Ibrahim mengatakan bahwa anak-anak idealnya memang menyanyikan lagu anak. Tapi faktor perkembangan usia anak turut berpengaruh pada banyaknya lagu yang ia dengarkan. Makanya, tak menutup kemungkinan mereka mendengarkan dan menyanyikan lagu orang dewasa dan hal ini tak bisa disangkal.
Ia lantas mengemukakan bahwa anak-anak boleh menyanyikan lagu orang dewasa asalkan konten atau liriknya tak mengandung unsur seks, pornografi, perselingkuhan, dan kekerasan. Lagu yang menyampaikan pesan kebencian dan kemarahan pun tak disarankan untuk dikonsumsi oleh anak-anak. Intinya, lagu yang didengarkan mesti tak mencederai kepolosan anak.
Ratih mengatakan dampak seperti kerusakan jiwa anak, cara menalar, dan persepsi soal hidup dan hal-hal yang seharusnya diterima sebagai sesuatu yang baik bisa terjadi jika anak-anak mendengarkan dan menyanyikan jenis lagu orang dewasa seperti di atas.
“Kepolosan anak jadi tercederai, misalnya, anak itu yang kita lindungi [diajari] supaya dia memahami bahwa makna cinta kasih itu adalah cinta kasih yang bagus. Dia kan ternodai dengan kisah cinta kasih yang sudah rusak di lagu itu. Terus perselingkuhan, misalnya. Dia bisa tertanam konsep bahwa cinta relasi suami-istri itu bisa menjadi tidak sebaik yang semestinya dihayati,” katanya.
Senada dengan Ratih, psikolog Probowatie Tjondronegoro juga mengatakan bahwa lirik pada lagu bisa memancing anak untuk menanyakan hal yang sebetulnya belum saatnya untuk diketahui. Anak akan terus mencari jawaban dari orangtua, teman, atau bahkan internet untuk memuaskan keingintahuannya.
“Sekarang misalnya, ada anak [bernyanyi] lagu tentang cinta yang ditinggalkan. Kalau dia tanya pada orangtuanya jawabnya kayak apa. Kan enggak boleh bohong, harus pakai berdiplomasi, patah hati ditinggalkan orang dicintai. Kenapa sih kok sampai sedih, gitu kan. Itu kan menimbulkan pertanyaan ulang yang menurut saya harus dicermati,” ujarnya.
Gara-gara hal ini, Probowatie menjelaskan bahwa anak-anak rentan menjadi dewasa sebelum waktunya. Makanya, ia menilai tak pas jika anak-anak menyanyikan lagu orang dewasa. “Sebenarnya anak-anak itu kan berkembang sesuai dengan usianya. Pemahaman berkembang sesuai dengan usianya. Sehingga kalau ada kalimat-kalimat di lagu [orang dewasa] itu sebenarnya kurang pas,” katanya saat dihubungi oleh Tirto.
Manfaat Lagu Anak-Anak
Jika dibandingkan dengan era 1990-an, lagu anak saat ini memang kalah populer dibandingkan lagu orang dewasa. Menurut mahasiswa Universitas Negeri Padang Ardinal, hilangnya lagu anak-anak di masyarakat Indonesia disebabkan karena ekspansi seni komersial yang memandang bahwa lagu anak tak mempunyai nilai jual dan permintaan setinggi lagu orang dewasa.
Pada dasarnya, lagu anak berperan penting untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan diri anak, baik dari aspek fisik, emosi, kecerdasan, maupun sosial. Anak-anak dapat belajar mengungkapkan perasaan senang, sedih, lucu, atau kagum lewat lagu. Lirik lagu pun dibuat agar mudah dihafal dan sesuai dengan karakter serta dunia anak.
Oleh karena itu, penting bagi orangtua dan orang dewasa untuk memilih musik yang ramah pada anak. Ramah di sini merujuk pada lagu yang memiliki lirik dan nada sederhana, sesuai usia anak dan nilai-nilai dalam keluarga, serta memuat positif. Hal ini agar lagu yang dikonsumsi bisa memberikan efek yang positif pada tumbuh kembang anak dan bukan merusak jiwa, cara menalar, dan persepsi soal hidup seperti yang dikemukakan psikolog Ratih Ibrahim.
Editor: Maulida Sri Handayani