Menuju konten utama
Berita Internasional Terkini

Krisis Ukraina-Rusia Terkini: Soal Perang, Konflik, Apa Masalahnya?

AS sudah memerintahkan semua keluarga staf Amerika di Kedutaan Besar pergi dari Ukraina, apa masalahnya?

Anggota tentara Rusia menembakkan peluncur granat berpeluncur roket (RPG) saat latihan militer di Kuzminsky di selatan Rostov, Rusia, Jumat (21/1/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Sergey Pivovarov/WSJ/cfo

tirto.id - Ukraina kembali bersitegang dengan Rusia baru-baru ini. Bahkan, berdasarkan berita terkininya, Rusia menambah kembali pasukannya di dekat perbatasan. Hal itu yang membuat sejumlah pihak khawatir kalau Rusia dengan mudahnya melancarkan invasi.

Seperti diberitakan CNN, Ukraina sudah memperingatkan bahwa Rusia ingin mencoba mengacaukan negara sebelum adanya rencana invasi militer. Sejumlah kekuatan Barat juga berulang kali memperingatkan Rusia atas tindakan agresif terhadap Ukraina.

Kremlin Rusia telah memberikan klarifikasi atas spekulasi yang muncul. Mereka membantah telah berencana menyerang Ukraina. Sebaliknya, Kremlin tegas mengatakan kalau dukungan NATO terhadap Ukraina--seperti peningkatan pasokan senjata dan pelatihan militer--adalah ancaman terhadap Rusia.

Situasi Terkini Perbatasan di Tengah Krisis Ukraina dan Rusia

Menurut Amerika Serikat dan NATO, pergerakan dan konsentrasi pasukan di sekitar Ukraina adalah peristiwa yang "tidak biasa". Sebab, mereka mengklaim ada 100 ribu tentara Rusia yang berkumpul di perbatasan Ukraina, walaupun Presiden AS Joe Biden dan para pemimpin Eropa sudah memperingatkan, akan ada konsekuensi serius kalau Presiden Putin sampai melanjutnya invasi.

Selain itu, berdasarkan penemuan intelijen AS di bulan Desember, ada perkiraan kalau Rusia bisa memulai serangan militer ke Ukraina "secepat awal 2022".

Sedangkan menurut intelijen Kementerian Pertahanan Ukraina, Rusia telah mengerahkan lebih dari 127 ribu tentara di dekat Ukraina, termasuk sekitar 21 ribu personel udara dan laut. Rusia, kata Kementerian Pertahanan Ukraina, juga meningkatkan aktivitas intelijennya.

Akan tetapi, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, pihaknya cuma melakukan latihan militer musim dingin secara reguler di wilayah selatannya, yang sebagaiannya berbatasan langsung dengan Ukraina.

AS Desak Staf Kedutaan Pergi dari Ukraina

Al Jazeera melaporkan, Amerika Serikat sudah memerintahkan semua keluarga staf Amerika di Kedutaan Besar di Ukraina agar meninggalkan negara itu. Perintah itu diumumkan di tengah kekhawatiran atas meningkatnya konflik antara Rusia dan Ukraina.

Kedutaan Besar AS di Kyiv memperingatkan bahwa “tindakan militer oleh Rusia dapat terjadi kapan saja dan pemerintah Amerika Serikat tidak akan berada dalam posisi untuk mengevakuasi warga Amerika dalam keadaan darurat seperti itu, sehingga warga AS yang saat ini hadir di Ukraina harus merencanakannya dengan tepat.”

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bahkan mengatakan apabila "satu pasukan tambahan Rusia masuk ke Ukraina secara agresif" maka hal itu bisa memicu respons yang signifikan.

Apa Penyebab Krisis Rusia dan Ukraina?

Seperti diberitakan Al Jazeera, dulunya, Ukraina, Rusia dan Belarusia lahir di tepi Sungai Dnieper hampir 1.200 tahun yang lalu. Kendati demikian, Rusia dan Ukraina berbeda secara bahasa, sejarah dan politik.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah berulang kali mengklaim kalau Rusia dan Ukraina adalah satu bagian yang merupakan peradaban Rusia. Namun Ukraina menolak klaim itu.

Bahkan Ukraina sudah melakukan dua kali revolusi pada tahun 2005 dan 2014. Kedua peristiwa ini karena menolak supremasi Rusia dan Ukraina mencari jalan untuk bergabung dengan Uni Eropa dan NATO.

Dilaporkan CNN, ketegangan antara negara bekas Uni Soviet itu meningkat pada akhir 2013 karena munculnya kesepakatan politik dan perdagangan penting dengan Uni Eropa.

Pada tahun 2014, muncul revolusi di Ukraina. Protes yang terjadi selama berbulan-bulan itu telah menggulingkan presiden Ukraina yang pro-Rusia bernama Viktor Yanukovych.

Kekosongan kekuasaan ini dimanfaatkan Putin untuk mengambil alih wilayah Krimea, itu adalah semenanjung otonom di Ukraina dan dia mendukung pemberontak di provinsi tenggara Donetsk dan Luhansk.

Akhirnya, ribuan tentara berbahasa Rusia yang diakui oleh Moskow membanjiri semenanjung Krimea. Dalam beberapa hari, Rusia menyelesaikan pencaplokannya dalam referendum yang dikecam oleh Ukraina dan sebagian besar dunia. Mereka menganggap itu sebagai tindakan yang tidak sah.

Baca juga artikel terkait KRISIS RUSIA DAN UKRAINA atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Politik
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto