tirto.id - Naskah khutbah Jumat singkat hari ini mengambil tema tentang pentingnya menahan kesedihan dan amarah secara berlebihan.
Bismillaahirrahmaanirraahiim,
Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh..
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُورِ الدُّنْيَا وَالدِّينِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْـمَـعِينَ، أَمَّا بَعْدُ
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Dengan-Nya kita meminta pertolongan dalam segala urusan dunia dan akhirat. Salawat dan salam tercurah untuk seorang utusan yang paling mulia, Nabi Muhammad salallaahu 'alaihi wasallam, keluarganya, dan semua sahabatnya …. Amma ba’du.
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Alhamdulillah hari ini kita kembali dipertemukan dalam majelis salat dan khotbah Jumat, 10 Juni 2022 yang mengambil tema tentang pentingnya menahan kesedihan dan menahan kemarahan yang berlebihan.
Khutbah Jumat Singkat Pekan Ini
Hadirin kaum muslimin yang dirahmati Allah,
Tentu semua manusia dalam hidup pernah merasakan sedih, kecewa, atau marah.
Perasaan ini bisa disebabkan oleh banyak hal, salah satunya kehilangan atau ditinggal anggota keluarga yang sangat kita sayangi.
Merasa sedih atau kecewa, bahkan ada yang marah dengan keadaan tersebut tentu saja menjadi hal yang wajar, namun yang tidak wajar adalah jika kita mengungkapkannya secara berlebihan.
Sedih atau kecewa yang berlebihan ini maksudnya seperti terlalu larut dalam kesedihan yang akan berdampak buruk bagi diri, baik fisik dan mental.
Hadirin kaum muslimin rahimakumullah,
Islam tidak memperbolehkan kita merasakan sedih dan kecewa yang berlebihan, karena dari kondisi tersebut, misalnya menangis berhari-hari tanpa henti akan dapat melukai diri sendiri sampai lupa untuk beribadah pada Allah.
Ada cara yang bisa kita lakukan agar tidak terlalu berlarut-larut dalam kesedihan, yakni selalu mengingat bahwa Allah SWT selalu bersama kita.
Karena semua yang telah terlewati dan kejadian yang akan datang itu sudah dalam ketentuan dan kehendak-Nya karena Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu dan Dia Maha Penyayang dan Maha Pengasih.
Percayalah bahwa di balik kesulitan pasti ada kemudahan, dengan selalu mengingat-Nya maka akan membuat hati menjadi tenteram.
Allah SWT berfirman:
اَلَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا وَتَطۡمَٮِٕنُّ قُلُوۡبُهُمۡ بِذِكۡرِ اللّٰهِ ؕ اَلَا بِذِكۡرِ اللّٰهِ تَطۡمَٮِٕنُّ الۡقُلُوۡبُ
Alladziina aamanuu wa tatma'innu quluubuhum bizikril laah; alaa bizikril laahi tatma'innul quluub
Artinya: "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram". (QS. Ar-Ra'd: 28)
Dalam Ayat ini, Allah menjelaskan orang-orang yang mendapat tuntunan-Nya, yaitu orang-orang beriman dan hatinya menjadi tenteram karena selalu mengingat Allah.
Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram dan jiwa menjadi tenang, tidak merasa gelisah, takut, kecewa, marah, ataupun khawatir. Mereka melakukan hal-hal yang baik, dan merasa bahagia dengan semua yang telah Allah tentukan.
Allah pun menjanjikan, bahwa tidak selamanya kita akan larut dalam kesedihan dan duka cita, karena sungguh di balik semua peristiwa ada hikmah yang bisa didapat, Allah akan menggantikannya dengan kebahagiaan.
Seperti terdapat dalam firman Allah berikut ini:
وَقَالُوا الۡحَمۡدُ لِلّٰهِ الَّذِىۡۤ اَذۡهَبَ عَـنَّا الۡحَزَنَ ؕ اِنَّ رَبَّنَا لَـغَفُوۡرٌ شَكُوۡرُ
Wa qoolul hamdu lillaahil laziii azhaba 'annal hazan; inna Rabbanaa la Ghafuurun Shakuur
Artinya: Dan mereka berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan dari kami. Sungguh, Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun, Maha Mensyukuri," (QS. Fathir: 34).
Ayat ini menjelaskan tentang kenikmatan rohani yang diterima adalah ungkapan syukur kepada Allah dan ketenangan batin.
Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan. Sungguh, Allah SWT benar-benar Maha Pengampun atas segala dosa, Maha Mensyukuri dengan memberi balasan yang baik untuk hamba-Nya yang taat.
Hadirin kaum muslimin rahimakumullah, bersedih tidak boleh berlebihan, begitu pula dengan amarah jangan berlebihan, sebisa mungkin kita tahan agar tidak berdampak buruk bagi kita pula.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Bathal seperti dikutip laman NU Online, disebutkan bahwa mengontrol emosi diri sendiri itu lebih berat daripada mengontrol musuh.
Efek marah pada jiwa seseorang di antaranya bisa menimbulkan kedengkian di dalam sanubari, rasa iri dalam hati, menyimpan perasaan buruk atas fenomena keadaan yang tidak sesuai dengan harapannya.
Selain itu, efeknya secara lahiriyah banyak terjadi hal-hal yang fatal, di mana kebanyakan semua itu dimulai dari kemarahan.
Karenanya, dalam sebuah hadis shahih Bukhari yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu anh, Rasulullah SAW bersabda yang maknanya:
Ada seorang laki-laki yang berkata kepada Nabi Muhammad ﷺ. “Ya Nabi, berikan kami nasihat!”
Lalu kata Nabi menasihatinya: لاَ تَغْضَبْ “Jangan marah!”
Karena merasa sangat simpel pesan yang diberikan, lelaki ini pun bertanya kembali hingga tiga kali dan Rasulullah selalu menjawab dengan konsisten sebagaimana jawaban yang pertama: لاَ تَغْضَبْ “Jangan marah!” (HR. Bukhari).
Dari hadis ini, sebagian ulama menjelaskan, kemuliaan seseorang akan tetap terjaga apabila ia bisa mengontrol emosi marahnya.
Al-Imam al-Ghazali sebagaimana dikutip Syekh Jamaluddin al-Qasimi, menjelaskan dua cara untuk meredam amarah, yakni dengan ilmu dan amal.
Dari sisi ilmu, al-Imam al-Ghaazali menyebutkan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
Pertama berpikir tentang dalil, baik ayat Al-Qur'an maupun hadis mengenai keutamaan menahan amarah, memaafkan, bersikap ramah dan menahan diri, demi mencegah diri untuk membalas, serta dapat memadamkan amarah.
Kedua, menakut-nakuti diri dengan siksa Allah bila kita tetap meluapkan amarah. Ketiga, menakut-nakuti diri dengan dampak (buruk) amarah di dunia, bila belum bisa takut dari siksaan di akhirat kelak.
Keempat, berpikir bagaimana buruknya muka ketika marah. Bayangkan bagaimana raut muka orang lain saat marah, berpikirlah tentang buruknya marah di dalam diri; serta kelima, berpikir tentang sebab yang mendorongnya untuk membalas dan mencegah dari menahan amarah
Selanjutnya yang bisa kita lakukan untuk menahan amarah adalah dengan amal.
Berzikir membaca ta’awudz, kemudian berusaha menenangkan diri adalah hal menahan amarah yang terkait dengan amalan.
Saat akan marah, carilah posisi yang lebih rileks. Bila dalam keadaan berdiri, maka bisa berganti posisi dengan duduk. Jika dalam keadaan duduk, bisa berganti posisi dengan tidur miring. Dianjurkan pula berwudhu dengan air dingin.
Hadirin kaum muslimin yang dirahmati Allah,
Demikian khotbah Jumat kali ini, tentang bagaimana cara kita agar bisa sedih dan marah secara tidak berlebihan.
Semoga kita semua termasuk orang-orang yang bisa menyikapi dengan bijak saat sedang diuji, tidak bersedih, kecewa atau marah yang berlebihan, karena yakinlah di balik setiap peristiwa ada hikmah yang bisa didapat dan Allah akan selalu bersama orang-orang yang bersabar.
Wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.
Editor: Addi M Idhom