tirto.id - Bismillaahirrahmaanirrahiim..
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصَحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَومِ الدِّينِ، أَمَّا بَعْدُ
Segala puji bagi Allah. Salawat dan salam semoga tercurah untuk seorang nabi dan rasul yang paling mulia, keluarganya, sahabatnya, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat. Amma ba’du ….
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Alhamdulillah hari ini kita kembali dipertemukan dalam majelis khotbah salat Jumat yang insya Allah dirahmati Allah SWT.
Dalam kesempatan yang berbahagia ini, tema khotbah Jumat kali ini adalah tentang bagaimana menahan amarah sesuai anjuran rasulullah SAW dan keutamaan menahan marah itu sendiri.
Teks Khotbah Jumat Singkat Terbaru
Maasyiral muslimin rahimakumullah,
Sebagai manusia, tentu ada begitu banyak hal yang bisa membuat kita menjadi marah, seperti ketika dibohongi, diperlakukan tidak adil, frustasi, diganggu ketika kondisi capek, dan beberapa alasan lainnya.
Naluri manusia salah satunya adalah berada dalam situasi yang aman. Begitu juga dengan kemarahan.
Marah terjadi sebagai respons pertahanan diri kita dari situasi yang kita anggap tidak aman/berbahaya, sehingga dengan marah kita akan merasa lebih aman.
Namun, itu semua tidak berarti menjadikan kemarahan kita sebagai alasan untuk berbuat hal-hal kekerasan atau kericuhan.
Dalam sudut pandang Islam, amarah merupakan bencana yang dapat merusak akal. Karena ketika hati dalam kondisi lemah, maka setan dan bala tentaranya melakukan serangan.
Pada saat manusia marah, maka setan mempermainkan melalui kemarahannya itu, sebagaimana anak kecil yang mempermainkan bola.
Telah disebutkan bahwa sebagian para wali, berkata pada iblis:
“Tunjukkanlah padaku, bagaimana anda mempermainkan anak cucu Adam?” Iblis berkata: “Aku kuasai dan aku permainkan dia di saat sedang marah dan memperturutkan kesenangan hawa nafsunya”. Naudzubillah
Ketika seseorang marah, ada banyak hal yang dapat terjadi, misalnya mudah mencaci maki, mengucapkan kalimat buruk, bercerai, bahkan saling membunuh.
Oleh sebab itulah kemarahan termasuk sesuatu yang sangat dibenci Allah dan Rasul-Nya.
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Dalam sebuah hadis shahih Bukhari yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu anhu disebutkan:
أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْصِنِي
Ada seorang laki-laki yang berkata kepada Nabi Muhammad SAw.
“Ya Nabi, berikan kami nasihat!”
Lalu kata Nabi menasihatinya:
لاَ تَغْضَبْ
“Jangan marah!”
Mungkin merasa sangat simpel pesan yang diberikan, lelaki ini bertanya lagi sampai berulang sampai tiga kali. Nabi selalu menjawab dengan konsisten sebagaimana jawaban yang pertama:
لاَ تَغْضَبْ
“Jangan marah!” (HR. Bukhari)
Tentang hadis ini, seperti dikutip dari laman NU Online, ulama memiliki pendapat berbeda.
Sebagian dari mereka memberikan alasan kenapa Rasulullah sampai berpesan kepada orang tersebut dengan kalimat “jangan marah!” sampai tiga kali, karena memang sahabat yang bertanya itu adalah orang yang temperamental dan marah.
Sementara sebagian ulama lainnya menjelaskan, kemuliaan seseorang akan tetap terjaga apabila ia bisa mengontrol emosi marahnya.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Bathal mengatakan bahwa mengontrol emosi diri sendiri itu lebih berat daripada mengontrol musuh.
Sebagian ulama menyebutkan, Allah membuat “marah” dari api. Apabila orang tersulut emosinya, api kemarahan akan membara.
Api tersebut meletup sehingga darah yang ada di mata dan muka menjadi tampak memerah. Kulit luar akan menampakkan apa yang ada di belakangnya.
Tidak bisa dibohongi, jika ada orang yang marah, kulitnya akan menceritakan hal tersebut dengan sendirinya.
Apabila orang yang sedang emosi tersebut bisa menahan emosinya sehingga meletup, dapat diredamkan, meletup lagi, diredamkan lagi, yang akan terjadi adalah kulit akan berubah dari kuning ke merah, dan bolak-balik seperti itu, jadinya kulit menjadi tampak pucat sehingga jika ada orang yang sedang marah, lalu ia bercermin, melihat dirinya sendiri, ia akan malu karena saking buruknya ekspresi dan sebab perubahan aura wajahnya.
Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Orang kuat bukanlah orang yang pandai bergulat. Namun orang yang kuat adalah yang bisa mengontrol pribadinya ketika marah.” (HR Bukhari)
Lalu dalam hadis lain juga disebutkan:
“Sesungguhnya, sebaik-baik orang adalah orang yang lambat meletup emosinya dan cepat meridlai, sedangkan seburuk-buruk orang adalah orang yang cepat marah dan lambat meridai.” (HR. Ahmad).
Dalam Al-qur'an, Allah SWT berfirman
الَّذِيۡنَ يُنۡفِقُوۡنَ فِى السَّرَّآءِ وَالضَّرَّآءِ وَالۡكٰظِمِيۡنَ الۡغَيۡظَ وَالۡعَافِيۡنَ عَنِ النَّاسِؕ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الۡمُحۡسِنِيۡنَۚ
Alladziina yunfiquuna fissarraaa'i waddarraaa'i wal kaazimiinal ghaiza wal aafiina 'anin-naas; wallaahu yuhibbul muhsiniin
Artinya: "(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan," (QS. Ali Imran: 134).
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah, lalu bagaimana seharusnya menahan amarah? Ada beberapa cara yang dianjurkan Rasulullah SAW, berikut ini penjelasannya:
Pertama, membaca ta’awuz. Hal ini sebagaimana dalam hadis Nabi yang diceritakan oleh Sulaiman Shurad:
Ada dua laki-laki di samping Rasulullah sedangkan kita sedang duduk-duduk. Salah satu di antara mereka mencaci temannya, marah, wajahnya memerah.
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً، لَوْ قَالَهَا لَذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ، لَوْ قَالَ: أَعُوذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ "
Kemudian Nabi ﷺ bersabda
“Sesungguhnya aku ini mengetahui ada sebuah kalimat yang jika dibaca, kemarahan itu akan hilang yaitu jika dia membaca “a’ûdzu billâhi minas syaithânir rajîm” (HR. Bukhari)
Kedua, berwudhu.
Rasulullah bersabda:
“Kemarahan itu dari setan, sedangkan setan terbuat dari api. Api hanya bisa padam dengan air. Jika di antara kalian marah, berwudulah.” (HR. Ahmad, Abu Dawud).
Ketiga, Duduk.
Dalam sebuah hadis, Rasul bersabda:
“Apabila di antara kalian ada yang marah dalam keadaan berdiri, duduklah!. Jika marah tidak bisa hilang, Bertidur miringlah!.” (HR. Ahmad, Abu Dawud)
Keempat, Diam.
“Mengajarlah kalian, berikan kemudahan, jangan mempersulit masalah. Jika di antara kalian ada yang marah, maka diamlah.” (HR. Ahmad).
Kelima, bersujud yang berarti shalat sunah minimal dua rakaat.
Dalam sebuah hadis Nabi Muhammad SAW kembali bersabda:
“Ingatlah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati anak Adam. Tidakkah engkau melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Barangsiapa yang mendapati hal tersebut, hendaklah ia menempelkan pipinya dengan tanah (sujud).” (HR. Tirmidzi)
Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,
Demikianlah khotbah Jumat kali ini, semoga Allah SWT selalu menuntun kita semua untuk bisa menahan amarah, tidak suka marah dan menjadi orang yang penyabar.
Harapan kita, kelak, dengan menahan amarah ini, semoga kita akan meninggalkan dunia ini dengan husnul khatimah, Aamiin allahumma aamiin.
Editor: Addi M Idhom