Menuju konten utama
Naskah Khotbah Jumat

2 Khutbah Jumat Cara Menghargai Pahlawan dalam Islam

Khutbah Jumat tentang Hari Pahlawan bisa membahas cara menghormati pejuang. Berikut 2 teks khutbah Jumat menghargai pahlawan dalam Islam.

2 Khutbah Jumat Cara Menghargai Pahlawan dalam Islam
Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Selasa (9/11/2021). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/hp.

tirto.id - Khutbah Jumat pekan ini bertema: "bagaimana cara menghargai jasa pahlawan menurut perspektif agama Islam." Ada dua teks khutbah Jumat menghargai pahlawan dalam Islam di sini yang bisa menjadi referensi.

Dua teks khutbah Jumat tentang Hari Pahlawan bisa disampaikan saat momentum yang berdekatan dengan tanggal 10 November. Kedua teks khutbah Jumat itu dilengkapi pula dengan ayat atau hadits tentang menghargai jasa pahlawan. Selengkapnya, simak teks khutbah Jumat menghargai pahlawan dalam Islam berikut ini!

1. Khutbah Jumat tentang Hari Pahlawan (Teks ke-1)

a. Khutbah I

Bismillaahirrahmaanirrahiim...

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh...

Innal hamda lillah, nahmaduhu wanasta’inuhu wanastaghfiruh, wana’udzu billahi min syururi anfusina, wamin sayyiaati a’maalinaa, mayyahdihillahu falaa mudhillalah, wamayyudhlil falaa haadiyalah.

Asyhadu alla ilaaha illallah wahdahu laa syarikalah, wa asyhadu anna muhammadan ’abduhu warosuuluh. Allahumma shalli wasallim wabarik ’ala sayyidina muhammadin wa ’ala alihi washahbihi ajma’in. Amma ba’du.

Qalallahu taala fil quranul karim: Yaa ayyuhalladziina aamanuttaqullaaha ḫaqqa tuqaatihii wa laa tamuutunna illaa wa antum muslimuun.

Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Besar, Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Khatib berwasiat kepada diri sendiri serta jamaah sekalian. Mari kita meningkatkan takwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa, semoga kita senantiasa dalam ridha-Nya hingga akhir hayat.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Pekan ini kita akan bertemu dengan 10 November, tanggal yang setiap tahun diperingati oleh Bangsa Indonesia sebagai Hari Pahlawan.

Pada 10 November tahun 1945, ratusan ribu pejuang mempertaruhkan nyawa untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Hari itu, dalam perang dahsyat di Surabaya, banyak pejuang telah gugur untuk membela tanah air.

Para pejuang tersebut telah mengorbankan segalanya demi kemerdekaan bangsa. Banyak dari mereka juga umat Islam, termasuk anggota lasykar-lasykar santri yang ikut turun di medan perang.

Maka itu, dalam rangka menyambut peringatan Hari Pahlawan, sepatutnya kita merenung dan merefleksikan bagaimana Islam mengajarkan cara menghargai jasa para pahlawan.

Maasyiral Muslimin rahimakumullah.

Makna kata 'pahlawan' dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Di sisi lain, dari para pahlawan kusuma bangsa, setidaknya kita bisa belajar tentang empat nilai yang utama.

Pertama, keihlasan dalam berjuang di jalan kebajikan. Para pahlawan mempertaruhkan nyawa di medan perang dengan didasari oleh rasa cinta pada tanah air. Mereka berjuang agar anak cucu mereka tidak lagi menjadi bangsa terjajah.

Kedua, para pahlawan juga mengajarkan pentingnya nilai kesabaran. Para pahlawan tetap teguh meskipun harus melawan musuh yang jauh lebih kuat. Kita pun harus sabar dalam menghadapi tantangan zaman.

Ketiga, keberanian. Meski hanya bersenjatakan bambu runcing, para pahlawan bertempur pada 10 November 1945 tanpa rasa gentar. Keberanian seperti itu seharusnya kita terapkan pula dalam membela kebenaran dan keadilan.

Keempat, keteguhan. Para pahlawan teguh pendirian dan tidak mudah terpengaruh bujuk rayu penjajah. Kita juga harus teguh memegang prinsip supaya tidak terombang-ambing oleh fitnah yang memecah belah bangsa.

Jamaah sidang Jumat yang dirahmati oleh Allah.

Islam mengajarkan agar kita memuliakan orang-orang yang berjuang dengan ikhlas di jalan kebaikan. Dalam hal ini, ada baiknya kita menyimak sejumlah ayat Alquran tentang pahlawan. Ayat-ayat tersebut memberikan isyarat tentang sosok orang yang mendapat kemuliaan karena memiliki sifat kepahlawanan.

Allah berfirman dalam Al-Quran surat al-Taubah ayat 20:

الَّذِينَ آمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةً عِنْدَ اللَّهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ

"Alladzîna âmanû wa hâjarû wa jâhadû fî sabîlillâhi bi'amwâlihim wa anfusihim a‘dhamu darajatan ‘indallâh, wa ulâ'ika humul-fâ'izûn."

Artinya: "Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya menurut Allah, dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan."

Melalui Surat Ali Imran ayat 169, Allah juga berfirman:

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًا ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ

"Wa lâ taḫsabannalladzîna qutilû fî sabîlillâhi amwâtâ, bal aḫyâ'un ‘inda rabbihim yurzaqûn."

Artinya: "Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati. Sebenarnya, mereka itu hidup dan dianugerahi rezeki di sisi Tuhannya." (QS. Ali Imran [3]: 169)

Surat Al-Anfal ayat 15-16 menerangkan pula pentingnya sifat keberanian dalam membela kebenaran dan mempertahankan diri dari serangan musuh.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا لَقِيْتُمُ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا زَحْفًا فَلَا تُوَلُّوْهُمُ الْاَدْبَارَۚ وَمَنْ يُّوَلِّهِمْ يَوْمَىِٕذٍ دُبُرَهٗٓ اِلَّا مُتَحَرِّفًا لِّقِتَالٍ اَوْ مُتَحَيِّزًا اِلٰى فِئَةٍ فَقَدْ بَاۤءَ بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِ وَمَأْوٰىهُ جَهَنَّمُ ۗ وَبِئْسَ الْمَصِيْرُ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu bertemu orang-orang kafir yang akan menyerangmu, janganlah kamu berbalik membelakangi mereka (mundur). Siapa yang mundur pada waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, dia pasti akan kembali dengan membawa kemurkaan Allah. Tempatnya adalah (neraka) Jahanam dan (itulah) seburuk-buruk tempat kembali."

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Saat mengingat jasa para pahlawan bangsa, satu hal yang tidak boleh terlupa adalah kita mendapatkan nikmat yang besar dari Allah Subhanahu Wa Taala. Maka, saat mengenang jasa para pahlawan, kita seyogyanya memperbanyak syukur kepada Allah.

Hal ini sebagai firman Allah dalam Surah Ibrahim ayat 7:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

"Wa idz ta'adzdzana rabbukum la'in syakartum la'azîdannakum wa la'ing kafartum inna ‘adzâbî lasyadîd."

Artinya: "(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras'.”

Berkat perjuangan para pahlawan, kita sekarang hidup di alam kemerdekaan, terbebas dari penjajahan bangsa asing. Kita patut bersyukur kepada Allah karena tidak perlu lagi mengangkat senjata guna meraih kemerdekaan. Rasa syukur itu juga akan mempertebal penghormatan kita pada jasa-jasa para pahlawan bangsa Indonesia.

Namun, penghormatan saja tidak cukup. Sebagai generasi penerus, kita mesti mengambil tongkat estafet. Melanjutkan spirit para pahlawan yang rela berkorban untuk mengusir penjajah. Kewajiban kita saat ini adalah mengisi kemerdekaan dengan kebaikan dan usaha-usaha yang positif. Jika pahlawan pada masa lalu berkorban demi mengusir penjajah, medan perjuangan kita saat ini adalah melawan kebodohan, kemiskinan, ketertinggalan, dan kemerosotan moral.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah juga pernah menerangkan bahwa amal para pahlawan adalah menuntut ilmu. Dari Ibrahim dari Alqamah dari Abdullah bin Mas’ud ra, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Membaca Al-Qur’an itu adalah amal orang-orang yang dilindungi, dan shalat itu adalah amal orang-orang yang tak berdaya, dan puasa itu adalah amal orang-orang miskin, dan tasbih itu amal orang-orang perempuan dan sedekah itu amal orang-orang yang murah hati, sedang tafakur itu adalah amal orang-orang yang lemah. (Amalkanlah itu semua!). Maukah ku tunjukkan kepada kalian amal para pahlawan? Ada yang bertanya: “Ya Rasulullah, apakah amal para pahlawan itu?” Beliau menjawab: “Menuntut ilmu, karena ia adalah cahaya orang mukmin di dunia dan akhirat." (HR. Hakim).

Hadits tersebut mengajarkan bahwa untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan, kita tak harus mengangkat senjata. Perjuangan menuntut ilmu dan memberantas kebodohan juga sebuah bentuk amal kebajikan yang mulia dalam Islam.

Jamaah yang dirahmati Allah.

Semoga peringatan Hari Pahlawan menjadi momentum bagi kita agar terus mengamalkan nilai-nilai keikhlasan, kesabaran, keberanian, dan keteguhan dalam kehidupan sehari-hari. Semoga Allah memberi kita kemampuan untuk mengisi kemerdekaan dengan amal shalih, dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa maupun agama. Amin.

Wal-‘ashri. Innal-insāna lafī khusrin. Illalladzīna āmanū wa ‘amilūṣ-ṣāliḥāti watawāṣaw bil-ḥaqqi watawāṣaw biṣ-ṣabr.

Bārakallāhu lī wa lakum fī al-Qur`ānil-‘aẓīm wa nafa‘anī wa iyyākum bimā fīhi minal-āyāti wadh-dzikril-ḥakīm.

Aqūlu qawli hādzā wa astaghfirullāha lī wa lakum wa lisā`iril-muslimīna min kulli dzanbin, fastaghfirūhu innahū huwa al-Ghafūru ar-Raḥīm.

b. Khutbah II

Alhamdu lillaahi wa alhamdu lillaahi tsumma alhamdu lillaah. Asyhadu an laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lah, wa asyhadu anna sayyidanaa Muhammadan ‘abduhu wa rasuuluhu alladzii laa nabiyya ba‘dah. Allaahumma shalli wa sallim ‘alaa nabiyyinaa Muhammad wa ‘alaa aalihi wa ash-haabihi wa man tabi‘ahum bi ihsaanin ilaa yaumil qiyaamah. Amma ba‘du.

Fa yaa ayyuhan-naasu, uushiiikum wa nafsii bitaqwaallaahi faqad faazal muttaquun. Faqaala Allaahu ta‘aala: "Inna Allaaha wa malaa’ikatahu yushalluuna ‘alan-nabiyy, yaa ayyuhalladziina aamanuu shalluu ‘alayhi wa sallimuu tasliimaa."

Allaahumma shalli ‘alaa sayyidinaa Muhammad wa ‘alaa aali sayyidinaa Muhammad. Allaahummaghfir lil-mu’miniin wal-mu’minaati wal-muslimiin wal-muslimaat, al-ahyaa’i minhum wal-amwaat.

Allaahumma idfa‘ ‘annaal balaa’, wal-wabaa’, wal-quruun, waz-zalaazila, wal-mihan, wa suu’al fitani wal-mihan maa zhahara minhaa wa maa bathan ‘an baladinaa Indunisiyaa khaashshatan wa saa’iril buldaanil muslimiin ‘aammatan yaa rabbal ‘aalamiin.

Allaahumma arinaa al-haqqa haqqan warzuqnat tibaa‘ah, wa arinaa al-baatila baathilan warzuqnaa ijtinaabah. Rabbanaa aatinaa fid-dunyaa hasanah wa fil aakhirati hasanah wa qinaa ‘adzaaban-naar. Walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin.

‘Ibaadallaah, inna Allaaha ya’muru bil-‘adli wal-ihsaan wa iitaa-i dzil-qurbaa wa yanhaa ‘anil fahsyaa-i wal-munkari wal-baghyi, ya‘izhukum la‘allakum tadzakkaruun. Wadzkurullaaha al-‘azhiima yadzkurkum, wasykuruuhu ‘alaa ni‘amihi yazidkum, wa ladzikrullaahi akbar.

2. Khutbah Jumat tentang Hari Pahlawan (Teks ke-2)

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh..

الْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ رَسُولِهِ الْـمُصْطَفَى، وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنِ اهْتَدَى، أَمَّا بَعْدُ

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

يَاأَيّهَا الّذِيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا

Alhamdulillah hari ini kita kembali dipertemukan dalam majelis khotbah dan salat Jumat yang insya Allah dirahmati Allah.

Salawat dan salam kita sampaikan kepada junjungan kita, manusia paling mulia Nabi Muhammad SAW, keluarganya, para sahabatnya, dan kepada seluruh pengikutnya yang berada dalam iman Islam.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah.

Setiap bulan November, pada tanggal 10, kita memperingati Hari Pahlawan, dan kali ini tema yang diangkat seperti telah disebutkan di atas adalah tentang bagaimana cara menghargai para pahlawan menurut pandangan Islam.

Pahlawan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yang berjuang dengan gagah berani dalam membela kebenaran. Jika dilihat lebih mendalam secara etimologi atau secara bahasa, ada yang memaknai kata pahlawan berasal dari akar kata pahala dan berakhiran wan: pahalawan.

Ini berarti para pahlawan layak memperoleh pahala karena jasa-jasanya bagi perjuangan menegakkan kebenaran.

Dalam agama Islam, pahlawan merupakan orang yang berani memperjuangkan Islam sampai ia menang atau mati.

Sementara dalam perspektif Islam, seseorang bisa disebut pahlawan karena ia memiliki kontribusi atau jasa besar bagi orang lain. Adapun semua ajaran dalam Islam memiliki implikasi positif bagi orang lain, bahkan untuk semesta alam ini (semua makhluk hidup).

Ada banyak ayat di Al-Qur'an yang menyebutkan soal berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan, salah satunya adalah surah Al-Baqarah ayat 193. Allah SWT berfirman:

وَقٰتِلُوۡهُمۡ حَتّٰى لَا تَكُوۡنَ فِتۡنَةٌ وَّيَكُوۡنَ الدِّيۡنُ لِلّٰهِ‌ؕ فَاِنِ انتَهَوۡا فَلَا عُدۡوَانَ اِلَّا عَلَى الظّٰلِمِيۡنَ

Wa qootiluuhum hatta laa takuuna fitnatunw wa yakuunad diinu lillaahi fa-inin tahaw falaa 'udwaana illaa 'alaz zaalimiin

Artinya: "Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah, dan agama hanya bagi Allah semata. Jika mereka berhenti, maka tidak ada (lagi) permusuhan, kecuali terhadap orang-orang zhalim." (QS. Al-Baqarah: 193).

Dalam ayat ini dijelaskan bahwa umat muslim diminta berperang sampai tidak ada lagi fitnah (perang yang dimaksud terhadap orang-orang zalim yang berniat mengusik kaum muslim).

Perang dilakukan hingga keadaan kondusif untuk menciptakan perdamaian dengan berakhirnya teror, rintangan dan gangguan keamanan dan ketertiban, dan agama hanya bagi Allah semata sehingga setiap orang bisa menjalankan agama dengan tenang.

Jika mereka berhenti dari berbuat teror, gangguan keamanan dan ketertiban, maka tidak ada lagi alasan bagi umat Islam untuk menampakkan permusuhan di antara umat manusia kecuali terhadap orang-orang zalim, yakni orang-orang yang tidak memiliki tekad untuk berdamai dengan kaum Muslim.

Orang-orang mukmin diperintah agar tetap memerangi kaum musyrikin yang memerangi mereka sehingga mereka tidak mempunyai kekuatan lagi untuk menganiaya kaum Muslimin dan merintangi mereka dalam melaksanakan perintah agamanya, sehingga agama Islam dapat dijalankan sepenuhnya oleh setiap Muslim dengan tulus ikhlas, bebas dari ketakutan, gangguan dan tekanan.

Para kaum muslimin yang berperang ini bisa disebut sebagai pahlawan, karena mereka berniat jihad di jalan Allah dari hal-hal yang mengusik keagamaan.

Orang-orang yang berjuang itu pun tidak memperdulikan apakah ia bakal mendapat penghargaan atau tidak dari institusi manapun, yang mereka harapkan adalah keridhaan dari Allah SWT.

Jika kaum musyrikin telah menghentikan segala tindakan jahat dan mereka telah masuk Islam, maka kaum Muslimin tidak diperbolehkan mengadakan pembalasan atau tindakan yang melampaui batas, kecuali terhadap mereka yang zalim, yaitu orang-orang yang memulai lagi atau kembali kepada kekafiran dan memfitnah orang-orang Islam.

Hadirin kaum muslimin rahimakumullah.

Berkaitan dengan Hari Pahlawan 10 November, maka konteks pahlawan di sini adalah mereka yang telah memperjuangkan kemerdekaan bangsa ini, baik yang kita ketahui maupun yang tidak, mereka hidup di hati kita.

Pahlawan sejatinya tidak pernah "mati", karena jasa mereka dalam mempertahankan NKRI akan terus dikenang olah banyak orang di seluruh penjuru nusantara ini.

Kebaikan para pahlawan tentu akan selalu tertabur dalam jiwa umat, sehingga tak pernah sirna untuk dikenang dan didoakan arwahnya setiap saat.

Meskipun secara lahiriyah sudah mati, namun secara hakiki belum, ia mati tetapi hidup.

Allah SWT berfirman:

وَلَا تَقُوۡلُوۡا لِمَنۡ يُّقۡتَلُ فِىۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِ اَمۡوَاتٌ ؕ بَلۡ اَحۡيَآءٌ وَّلٰـكِنۡ لَّا تَشۡعُرُوۡنَ

Wa laa taquuluu limai yuqtalu fii sabiilil laahi amwaat; bal ahyaaa'unw wa laakil laa tash'uruun

Artinya: "Dan janganlah kamu mengatakan orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Sebenarnya (mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya." (QS. Al-Baqarah: 154).

Sebagai muslim yang yang lahir dan hidup di Indonesia, sudah sepatutnya pula kita menghargai jasa para pahlawan. Setidaknya ada tiga cara yang bisa kita lakukan untuk menghargai jasa para pahlawan.

Pertama, saling menghormati dan menghargai satu sama lain untuk senantiasa menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Karena kita hidup di Indonesia yang terdiri dari bermacam suku, bangsa dan bahasa, termasuk pahlawan yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia, maka cara yang pertama dapat dilakukan dengan selalu menghormati dan menghargai satu sama lain.

Menghormari dalam aspek perbedaan kesukuan, etnis, kedaerahan, dan lain sebagainya.

Para pahlawan dapat meraih kemenangan juga disebabkan karena mereka berjuang bersama dan menyampingkan perbedaan, sehingga ini salah satu hal yang bisa kita teladani dari para pahlawan.

Kedua, mencintai tanah air.

Perjuangan yang dilakukan oleh para pahlawan tak lepas dari kecintaan mereka pada bangsa Indonesia.

Sebagai generasi penerus bangsa, kita juga harus meneladani sikap cinta Tanah Air yang ditunjukkan para pahlawan.

Beberapa contoh cinta Tanah Air seperti bangga akan bangsa sendiri, dan menjaga eksistensi bangsa Indonesia secara bersama-sama.

Ketiga, mengenang jasa para pahlawan.

Cara selanjutnya adalah dengan selalu mengingat perjuangan para pahlawan dan tidak melupakan jasa mereka.

Implementasi dari ini misalnya dengan cara menceritakan kisah-kisah perjuangan pahlawan dan sejarah kemerdekaan Indonesia kepada anak cucu kita.

Berbagai catatan peristiwa sejarah, semangat perjuangan pahlawan, dan lain sebagainya harus selalu tersampaikan kepada generasi penerus. Tujuannya agar makna-makna yang ada di dalamnya dapat dijadikan contoh dan teladan bagi segenap anak bangsa.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah.

Tentu masih ada cara-cara lain yang bisa kita lakukan untuk menghargai para pahlawan. Namun, setidaknya tiga cara di atas bisa mewakili tentang bagaimana kita menghargai para pahlawan.

Demikianlah khotbah Jumat kali ini, semoga apa yang disampaikan dapat diambil hikmahnya dan kita semua termasuk orang-orang yang bisa menghargai para pahlawan.

Wabillaahi taufik walhidayah, wassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh.

Baca juga artikel terkait HARI PAHLAWAN atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Edusains
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Addi M Idhom
Penyelaras: Addi M Idhom