tirto.id - Role play atau bermain peran sedang digandrungi anak-anak di dunia maya.
Baru-baru ini, viral seorang ayah yang memarahi anak perempuannya diduga karena sang anak bermain peran namun tidak pantas dilakukan anak sesusianya.
Role play online adalah permainan yang menggunakan platform aplikasi digital. Aplikasi tersebut memungkinkan penggunanya memainkan peran sesuai dengan karakter yang mereka pilih.
Umumnya, role play online mengusung latar fantasi, sehingga pemainnya akan masuk ke dalam dunia khayalan permainan.
Seperti permainan online lainnya, pengguna bisa menutupi identitas sesungguhnya dari lawan main.
Maka jangan heran apabila menemukan pemain role play yang masih berusia di bawah umur tapi memerankan peran orang dewasa.
Sebenarnya, sebelum era internet, permainan role play sudah dimainkan tapi dalam interaksi nyata.
Tentu, kita pasti ingat bagaimana pada zaman dulu bermain bersama teman dengan pura-pura membentuk sebuah keluarga dengan memainkan peran sebagai ibu, ayah, anak, hingga kakak.
Dampak Negatif Role Play
Dampak negatif role play kerap terjadi karena ketidakbijakan pemain sehingga menyebabkan kecanduan dan hilangnya fokus.
Pada anak, hal tersebut sangat rentan terjadi karena anak cenderung belum bisa menguasai diri secara penuh.
Laman Good Therapy mengemukakan tiga dampak negatif bermain role play, berikut penjelasannya.
1. Mengadopsi persona baru
Ciri khas dari permainan role-playing adalah bahwa pemain mengadopsi persona untuk karakter mereka daripada bermain sebagai satu atau beberapa karakter yang sudah ada sebelumnya.
Tergantung pada permainannya, pemain mungkin dapat menulis kisah hidup karakter mereka, memilih penampilan spesifik karakter mereka, dan mengambil berbagai macam sifat kepribadian.
Beberapa pemain melihat ini sebagai kesempatan untuk merasakan bagaimana rasanya menjadi orang yang sama sekali berbeda. Misalnya, pria bisa menjadi wanita, dan anak muda bisa memilih untuk menjadi orang dewasa.
Namun, investasi dalam persona baru ini dapat menjadi masalah bagi beberapa pemain.
Seorang pemain yang merasa terisolasi atau tidak puas dengan kehidupannya mungkin akan lebih berinvestasi pada karakter dan teman-teman karakter tersebut dibandingkan dengan kehidupan nyata.
Pemain yang menghabiskan terlalu banyak waktu bermain role play mungkin akan mengabaikan perkembangan pribadi dan teman-temannya demi mengembangkan karakter dan berteman dengan karakternya.
2. Efek pada hubungan nyata
Universitas Brigham Young menemukan bahwa 75% orang yang terlibat dalam hubungan dengan pemain game role-playing berharap pasangannya menghabiskan lebih sedikit waktu untuk bermain game.
Sifat intens dari permainan ini dan fakta bahwa komitmen waktu tidak terbatas berarti hubungan dapat terpengaruh.
Beberapa pemain bahkan dapat mengembangkan hubungan romantis dengan karakter mereka saat bermain game, dan hubungan ini dapat mengganggu hubungan di kehidupan nyata.
3. Sifat adiktif
Bermain peran, seperti banyak perilaku lainnya, dapat membuat ketagihan.
Pemain yang sukses umumnya harus menghabiskan banyak waktu untuk bermain dan mungkin menghabiskan waktu berjam-jam untuk berjejaring dengan pemain lain.
Komitmen waktu ini meningkatkan kemungkinan seorang pemain menjadi kecanduan, dan tekanan dari pemain lain untuk terus bermain game dapat membuatnya sulit untuk berhenti.
Editor: Dhita Koesno