tirto.id - Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca, mulai dari suhu hingga curah hujan, di suatu tempat dalam jangka waktu yang lama. Untuk lebih memahaminya, maka kita juga harus paham perbedaan antara iklim dan cuaca.
Cuaca pada dasarnya adalah kondisi udara di suatu tempat yang meliputi suhu, angin, hujan, hingga sinar matahari. Cuaca dapat berubah-ubah dalam waktu singkat, bahkan dapat berubah dalam hitungan hari atau jam
Sementara iklim merupakan kondisi cuaca rata-rata yang terjadi di suatu tempat. Berbeda dengan cuaca, perubahan iklim bisa terjadi dalam jangka waktu ratusan hingga ribuan tahun.
Di sisi lain, perlu diketahui bahwa iklim bumi memang selalu mengalami perubahan. Sebagai contoh, sekitar 20.000 tahun lalu daratan Amerika Serikat tertutup oleh es atau gletser, namun saat ini iklim di tempat tersebut sudah jauh berbeda dan lebih hangat.
Dikutip dari laman NASA, para peneliti juga menemukan fakta bahwa iklim bumi saat ini terus berubah menjadi lebih hangat. Suhu bumi diketahui meningkat 1 derajat Fahrenheit dalam 100 tahun terakhir ini.
Perubahan ini memang terkesan kecil, tapi efeknya sebenarnya sudah mulai terlihat. Beberapa dampaknya antara lain:
- Es dan salju mulai mencair, khususnya di wilayah Greenland, Kutub Utara, dan Kutub Selatan.
- Permukaan air laut semakin naik/tinggi
- Perubahan waktu mekar/berkembang beberapa jenis tanaman atau bunga.
Penyebab Terjadinya Perubahan Iklim
Perubahan iklim terjadi bukan tanpa sebab. Ironisnya, aktivitas manusia justru menjadi penyebab utama terjadinya perubahan iklim saat ini. Berdasarkan informasi dari laman resmi PBB, berikut penyebab perubahan iklim:
1. Pembuatan energi listrik
Mayoritas energi listrik di dunia masih mengandalkan bahan bakar fosil yang tidak terbarukan, contohnya batu bara, minyak, dan gas bumi. Pembakaran ini menghasilkan gas rumah kaca seperti karbon dioksida dan dinitrogen oksida yang bisa menangkap panas matahari sehingga membuat suhu bumi menjadi lebih tinggi.
2. Kegiatan industri manufaktur
Saat ini ada banyak industri manufaktur yang menghasilkan berbagai jenis barang untuk kebutuhan manusia, mulai dari pakaian, plastik, besi, baja, semen, hingga barang elektronik.
Kegiatan industri ini pun masih mengoperasikan mesin-mesinnya dengan bantuan bahan bakar fosil. Akibatnya adalah semakin banyak gas rumah kaca yang dihasilkan. Bahkan, industri manufaktur tergolong penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di seluruh dunia.
3. Penebangan hutan
Penebangan hutan yang sering dilakukan untuk membuka lahan baru dapat menghasilkan emisi. Hal ini terjadi karena pohon yang ditebang diketahui akan melepaskan karbon yang ada di dalamnya.
Di sisi lain, pohon dan hutan sangat berguna untuk menyerap karbon dioksida. Penebangan hutan berarti juga mengurangi kemampuan bumi dalam mengurangi emisi berbahaya.
4. Penggunaan transportasi
Sebagian besar transportasi saat ini masih menggunakan bahan bakar fosil seperti minyak bumi Dampaknya adalah terjadi peningkatan emisi gas rumah kaca, terutama jenis karbon dioksida.
5. Produksi makanan
Produksi makanan memiliki proses yang sangat panjang. Dimulai dari pembukaan lahan baru untuk pertanian, produksi pupuk, penggunaan mesin pertanian, penggunaan bahan bakar pada perahu nelayan, proses pemasakan, pengemasan, hingga distribusi.
Semuanya tentunya membutuhkan energi yang mayoritas masih mengandalkan bahan bakar fosil. Proses industri tersebut akhirnya juga menghasilkan emisi gas rumah kaca dalam jumlah besar. Apalagi produksi makanan akan terus dilakukan demi memenuhi kebutuhan pangan manusia.
6. Suplai energi untuk bangunan
Energi listrik menjadi kebutuhan pokok di zaman sekarang. Tak hanya itu, suplai energi listrik untuk rumah/bangunan terus meningkat seiring dengan bertambahnya kebutuhan manusia, mulai dari lampu hingga penggunaan AC. Hal ini juga dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca yang bisa menyebabkan suhu bumi semakin panas.
7. Gaya hidup
Secara tidak langsung, gaya hidup manusia akan menyebabkan perubahan iklim global. Penggunaan energi listrik, bertambahnya pengendara mobil, pemakaian barang elektronik, permintaan pasar terhadap pakaian yang terus meningkat, semuanya akan semakin meningkatkan sektor industri dan manufaktur. Efeknya, jumlah gas rumah kaca juga akan bertambah dan bisa berpengaruh pada iklim global.
Apa Dampak Perubahan Iklim Terhadap Kesehatan Manusia?
Perubahan iklim bisa berpengaruh pada kondisi tubuh seseorang. Berikut dampak perubahan iklim terhadap kesehatan manusia yang patut diwaspadai:
1. Memicu penyakit kardiovaskular
Dilansir dari laman Dinas Lingkungan Hidup Semarang, perubahan iklim dapat mempengaruhi kesehatan jantung. Risiko penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke memang bisa meningkat seiring dengan bertambahnya polusi udara dan suhu panas yang ekstrem. Risiko ini bisa semakin tinggi jika disertai faktor lain seperti pola makan dan gaya hidup.
2. Dehidrasi dan penyakit lain yang berkaitan dengan kekurangan air
Suhu panas yang disebabkan perubahan iklim akan membuat seseorang mudah mengalami dehidrasi. Dehidrasi sendiri bisa menyebabkan masalah kesehatan lainnya seperti gangguan ginjal.
Sementara itu, perubahan iklim juga mengakibatkan berkurangnya sumber air di bumi. Akibatnya, manusia akan semakin kesulitan mendapatkan air bersih untuk minum sehingga meningkatkan risiko terjadinya diare.
3. Menurunnya daya imun
Perubahan iklim yang menyebabkan suhu udara semakin dingin akan menurunkan sistem kekebalan tubuh. Hal ini akan membuat seseorang mudah terserang berbagai macam penyakit, baik yang disebabkan oleh virus maupun bakteri.
4. Infeksi saluran pernapasan akut dan pneumonia
Menurut situs Rumah Sakit Paru Respira, suhu panas ekstrem akibat perubahan iklim bisa menyebabkan kebakaran hutan dan meningkatkan polusi udara. Hal ini pun dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Penyakit ISPA yang berkepanjangan bisa berujung pada pneumonia atau radang paru-paru.
5. Penyakit tuberkulosis (TBC)
Perubahan iklim bisa membuat suhu udara semakin rendah, menurunkan kelembaban, dan lebih banyak angin. Kondisi seperti ini akan meningkatkan risiko penularan penyakit TBC yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis.
6. Demam berdarah dan malaria
Perubahan iklim bisa berdampak pada tingginya curah hujan sehingga nyamuk jadi lebih mudah berkembang biak. Demam berdarah dengue (DBD) dan malaria merupakan contoh penyakit yang bisa menyerang manusia ketika perubahan iklim terjadi.
7. Penyakit kulit
Cuaca panas ekstrem yang disebabkan perubahan iklim juga bisa membuat kulit kita mengalami sunburn atau kulit terbakar. Paparan sinar matahari juga meningkatkan risiko penuaan dini pada kulit seperti munculnya keriput dan noda hitam. Selain itu, ada pula risiko terjadinya kanker kulit jika tubuh terlalu lama terpapar sinar matahari.
8. Kesehatan mental
Perubahan iklim dapat memicu terjadinya cuaca ekstrem dan bencana alam. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi psikologis manusia sehingga banyak orang yang akan mengalami stres atau depresi.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari