tirto.id - Keluarga korban tewas dalam aksi Reformasi Dikorupsi, Himawan Randi dan Yusuf Qardawi mendatangi kantor Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK). Dua keluarga korban ini berharap perlindungan, tak hanya kepada keluarga korban tetapi juga untuk saksi terkait kasus tewasnya dua mahasiswa Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara ini.
"Kami di sini mendampingi orang tua dari almarhum Randi dan orang tua dari Yusuf Qardawi sengaja datang ke LPSK untuk mendapatkan perlindungan hukum terkait korban dalam hal ini dan juga saksi-saksi yang saat ini masih dalam kondisi kekhawatiran," kata pengacara dari PP Muhammadiyah Ghufroni di kantor LPSK, Ciracas, Jakarta Timur, Jumat (13/12/2019).
Perwakilan dari keluarga mendiang Randi dihadiri oleh ayahnya yang bernama La Sali dan ibunya yang bernama Nasrifa. Sementara perwakilan dari mendiang Yusuf Qardawi dihadiri oleh ibunda Yusuf, Endang Yulidah dan adiknya bernama Ahmad Fauzi. Selain itu ada pula pendamping dari KontraS dan PP Muhammadiyah.
Ghufroni mengakui LPSK memang telah turun ke Kendari. Namun, dia masih mendapat informasi adanya intimidasi terhadap para saksi dalam kasus ini. Oleh karena itu, mereka sengaja datang ke kantor LPSK agar lembaga ini bisa memberi pendampingan yang lebih progresif.
"Kami ingin juga mendorong agar LPSK juga secara lebih progresif dan lebih aktif untuk memastikan bahwa tidak ada upaya intimidasi terhadap saksi terkait kasus ini," kata Ghufroni.
Sebelum ke LPSK, keluarga dari Randi dan Yusuf Qardawi juga mendatangi kantor KPK pada Kamis (12/11/2019) kemarin. Ayah dari Randi, La Sali mengatakan, tujuan mereka ke Jakarta untuk menuntut keadilan atas kematian anaknya dalam demonstrasi pada 26 September 2019.
"Sampai saat ini belum diketahui proses penegakan hukum mengusut kematian tersebut. Anak saya adalah tulang punggung keluarga, yang membantu nafkah keluarga," ujar La Sali di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Kamis (12/12/2019).
Hal senada juga disampaikan Endang Yulidah. Ia ingin mencari keadilan dan ingin bertanya kenapa anaknya sampai ditembak mati.
"Sampai saat ini sudah lebih 3 bulan, tapi kenapa pelaku belum ditemukan. Kami harap polisi bekerja lebih keras. Kami juga tidak mau nyawa dibayar nyawa. Sebagai muslim saya yakin, kematian adalah takdir yang akan terjadi pada setiap manusia," ujarnya pada kesempatan yang sama.
Randi dan Yusuf menambah panjang daftar orang-orang yang meninggal karena ditembak dalam aksi demonstrasi di Indonesia. Kedua keluarga korban sebelumnya juga mendatangi Komisi III DPR-RI, Selasa (10/12/2019).
Wakil Ketua Komisi III DPR RI Desmond J Mahesa yang menemui mereka hanya bisa berjanji akan menyampaikan keluhan kepada Kapolri Jenderal Idham Azis. Ia akan meminta kasus ini sebagai atensi khusus agar tak ada lagi kekerasan yang dilakukan kepolisian dalam menangani aksi unjuk rasa.
"Proses ini Insya Allah akan saya sampaikan kepada Kapolri Pak Idham pada saat rapat agar lebih diatasi dengan baik," kata Desmond.
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Bayu Septianto