Menuju konten utama

Kelangkaan Jagung: Kalau Bukan Tanggung Jawab Kementan, Lalu Siapa?

Kementerian Pertanian merilis data surplus jagung, tapi kenyataannya masih mahal dan langka. Peternak minta pertanggungjawaban.

Kelangkaan Jagung: Kalau Bukan Tanggung Jawab Kementan, Lalu Siapa?
Pekerja memberi pakan ternak ayam potong di Pasuruhan Kidul, Jati, Kudus, Jawa Tengah, Kamis (26/7/2018). ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho

tirto.id - Kementerian Pertanian (Kementan) diminta agar tak lepas tangan soal kelangkaan pakan jagung yang berdampak pada peternak ayam.

Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional, Sugeng Wahyudi mengatakan, kelangkaan jagung di daerah tetap merupakan tanggung jawab Kementerian Pertanian.

Kementan, kata dia, telah terlebih dahulu merilis data yang menyatakan telah terjadi surplus produksi jagung.

“Justru saya bertanya kalau bukan tanggung jawab Kementan. Ini tanggung jawab siapa,” ucap Sugeng ketika dihubungi reporter Tirto pada Senin (28/1).

Di saat klaim surplus jagung, Sugeng mengatakan kebutuhan jagung yang terpenuhi selama 2018 sebanyak 4,5 juta ton. Menurutnya, jumlah yang diperlukan mencapai dua kali lipatnya, sehingga terjadi kekurangan pasokan.

Perkataan Sugeng merupakan respon atas Ketua Komisi IV DPR RI, Edhy Prabowo yang menyatakan, sulitnya distribusi jagung untuk pakan ternak bukan lagi urusan Kementan. Politikus Partai Gerindra itu kelangkaan telah terjadi sebab produksi jagung telah surplus.

Sebaliknya ia meminta agar mitra yang terkait dengan distribusi jagung untuk mengatasinya.

Menurut Sugeng, permasalahan langkanya pasokan jagung sudah menimbulkan sejumlah dampak pada para peternak. Seperti misalnya, berkurangnya kandungan jagung dalam pakan ternak yang seharusnya 50 persen jadi 25 persen pada 2018.

Akibat kondisi itu Sugeng menuturkan kualitas pakan ikut buruk, sehingga berpengaruh pada kualitas daging ayam.

Selain itu, Sugeng juga mendapati meningkatnya ongkos produksi pakan sebanyak Rp800 hingga Rp1.000 per kilogram.

Menurutnya, penyebab kenaikan ongkos, kekurangan pasokan jagung. Sebab dampak itu dirasakan secara langsung oleh pabrik pakan. Seperti misalnya semula stok jagung dapat cukup untuk 2 bulan, tetapi kini hanya 20 hari.

“Ini masalah artinya mereka (Kementan) harus berpikir lagi. Kementan jangan lepas tanggung jawab,” ucap Sugeng.

Baca juga artikel terkait PETERNAK atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Zakki Amali