tirto.id - Bantuan jagung pemerintah dinilai belum cukup menjawab persoalan biaya produksi para peternak ayam broiler atau ayam potong.
Salah satu peternak ayam broiler di Bogor, Sugeng Wahyudi mengatakan pemerintah seharusnya lebih dulu membenahi pabrik pakan, sebelum memberikan bantuan jagung.
Pasalnya, kondisi peternak ayam broiler berbeda dengan peternak ayam telur yang dapat langsung menggunakan jagung sebagai pakan ternak. Bagi peternak broiler, jagung yang diberikan pemerintah masih perlu diproses terlebih dahulu oleh pabrik pakan. Di saat yang sama tidak semua peternak memiliki kemampuan maupun alat untuk mengolah jagung tersebut.
“Untuk mengatasi masalah bantuan jagung itu bisa membantu. Tapi tidak secara substansial menyelesaikan masalah,” ucap Sugeng saat dihubungi reporter Tirto pada Senin (28/1/2019).
Menurut Sugeng, saat ini ia telah berupaya bekerjasama dengan pabrik pakan. Namun, masalah baru muncul sebab jumlah peternak jauh lebih banyak ketimbang pabrik pakan.
Lantaran itu, ia pesimistis bila bantuan jagung pemerintah dapat menjawab kebutuhan seluruh peternak. Alasannya, tidak semua peternak dapat menikmati manfaat yang sama.
“Ini bantuan sesaat saja karena tidak semua peternak dapat menikmati itu. Seharusnya lebih fokus ke pabrik pakan,” ucap Sugeng yang juga merupakan Sekretaris Jenderal Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional.
Pada Kamis (24/1) Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita mengklaim telah memfasilitasi pemenuhan kebutuhan jagung bagi peternak. Sebanyak 5 ribu ton jagung didistribusikan di daerah Jawa untuk keperluan sampai dengan akhir bulan Februari 2019.
Dibalik pemberian bantuan itu, Kementan mendapati harga pakan yang belum membaik. Karena itu, bantuan pakan ternak dinilai dapat membantu menyelesaikan permasalahan itu.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Agung DH