Menuju konten utama

PT Berdikari Target Peternak Mandiri Tak Bergantung Integrator

PT Berdikari berenca masuk lebih dalam ke pasar peternakan ayam untuk menetralisir ketergantungan peternak mandiri ke pemain besar.

PT Berdikari Target Peternak Mandiri Tak Bergantung Integrator
Pekerja memanen ayam broiler dengan sistem kandang tertutup atau close house di Peternakan Naratas Poultry Shop, Kampung Alinayin, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Jumat (28/6/2019). ANTARA FOTO/Adeng Bustomi/pd.

tirto.id - PT Berdikari, BUMN yang membidangi peternakan, berencana untuk mengimbangi dominasi peternak integrator yang menguasai hulu-hilir di sektor peternakan ayam.

Direktur Utama PT Berdikari, Eko Taufik Wibowo mengatakan, perusahaannya berupaya untuk masuk lebih dalam sehingga mampu menjaga stabilitas harga ayam, pasokan burung hidup (livebird), hingga ketersediaan pakan.

"Kami masuk untuk menetralisir ketergantungan peternak mandiri ke pemain besar," ucap Eko kepada wartawan saat ditemui di Gedung Kementerian BUMN, Kamis (15/8/2019).

Eko juga menjelaskan saat ini perusahaannya tengah berupaya untuk menggarap sektor hulu. Terutama pada persediaan livebird baik untuk ayam potong (final stock) atau untuk induk ayam (parent stock).

Ia juga menyatakan bila langkah ini berhasil, maka populasi ayam dapat dikontrol sebab tak semuanya berada di tangan integrator.

Disamping mampu menjaga pasokan, ia mengatakan bila peternak memerlukan harga yang lebih terjangkau, hal itu juga dapat dimungkinkan akrena perusahaannya sudah cukup efisien.

"Karena menjaga keseimbangan dari produk livebird sendiri maka kami merencanankan harga pasar. Tapi karena satu mata rantai terintegrasi kami masih bisa lebih murah dari pemain besar," kata Eko.

Disamping pasokan ayam hidup, Eko juga menjelaskan bahwa saat ini perusahananya sudah mulai merambah sektor pakan untuk kebutuhan internal sebab komponen ini cukup berpengaruh pada biaya produksi.

Untuk saat ini ia menargetkan produksi 100 ribu ton dengan 40 persennya dijual untuk peternak mandiri. Soal harga Eko menjamin kalau mereka akan menjual dengan harga yang tak terlalu tinggi sehingga peternak tidak selalu terbebani dengan pakan dari integrator.

"Harga pakan kami jual dengan margin tipis sekali Rp 100 sampai Rp500-an lah per kilogram," ucap Eko.

Eko juga menargetkan bahwa untuk stabiliasi di sektor hilir, perusahaannya berencana merambah Rumah Potong Hewan (RPH).

Bila ini bisa terealisasi, maka jumlah ayam di tingkat peternak dapat diserap sewaktu-waktu bila jumlahnya berlebih sehingga dapat mengendalikan harga.

"Sekarang kami masuk harga ayam sudah mulai terkoreksi. Kami akan bikin RPH biar bisa absorb mereka. Nilai tambahnya jauh lebih besar," ucap Eko.

Baca juga artikel terkait PETERNAKAN AYAM atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Zakki Amali