tirto.id - Asosiasi Rumah Potong Hewan Unggas Indonesia (Arphuin) mencatat permintaan daging ayam dari konsumen besar seperti ritel dan waralaba cenderung stabil.
Sekretaris Jenderal Arphuin, P. Nono menjelaskan dalam beberapa hari terakhir ini belum ada pergerakan signifikan baik berupa peningkatan maupun penurunan kebutuhan.
“Permintaan di peritel dan waralaba fried chicken enggak jauh beda. Tidak signifikan naik atau turun. Stabil tepatnya,” ucap Nono saat dihubungi reporter Tirto pada Kamis (27/6/2019).
Ketika ditanya mengenai jumlah permintaan ayam saat ini, Nono belum dapat menunjukannya. Namun, ia memastikan bahwa saat ini kebutuhan daging ayam bagi konsumen besar cenderung mengarah pada pasar swalayan, waralaba, dan kelompok hotel-restoran-kafe (Horeka).
Penyebabnya sekitar 80 persen ayam hidup kata Nono dijual di pasar tradisional. Sisanya hanya 20 persen yang mengarah pada konsumen-konsumen besar.
Apalagi katanya saat ini bisnis retail ayam modern termasuk bisnis fried chicken tidak sedang booming. Namun, ternyata diperburuk dengan situasi suplai bibit anak ayam atau Day Old Chicken (DOC) yang jumlahnya berlebih, sehingga berujung pada masalah harga ayam saat ini.
“Kalau data [permintaan] belum ada ya. Tapi sebenarnya yang paling memengaruhi [permintaan] adalah pasar tradisional,” ucap Nono.
Sebelumnya Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan (Kemendag) Karyanto Suprih menjelaskan, pihaknya sudah memanggil para pengusaha ayam sebagai upaya untuk berkoordinasi soal harga ayam yang anjlok di pasaran.
Untuk mengembalikan harga ayam di peternak kembali stabil. Kemendag katanya juga berkoordinasi dengan para pengecer (retail) modern untuk menyerap ayam-ayam yang ada di tempat produksi untuk diserap dengan harga yang sudah ditentukan.
"Kami kerja sama dengan ritel modern. Supaya mereka serap [ayam]," ucap Karyanto Rabu (26/6).
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Irwan Syambudi