tirto.id - Kebakaran kembali terjadi di kawasan Pelabuhan Tegal, Jawa Tengah, Senin siang (14/7/2025). Kali ini kapal yang terbakar adalah KM Agro Mulyo, jenis Jaring Tarik Berkantong (JTB) berukuran 80 Gross Tonnage (GT).
Insiden ini menjadi kasus kebakaran kapal kedua dalam waktu sepekan di lokasi yang sama, sehingga menimbulkan kekhawatiran publik atas standar keselamatan pelabuhan dan pengawasan bahan bakar.
Kebakaran dilaporkan terjadi sekitar pukul 11.00 WIB saat kapal tengah bersandar. Dugaan sementara menyebutkan muatan BBM dalam kapal menjadi pemicu cepatnya penyebaran api.
Ketua Paguyuban Nelayan Kota Tegal (PNKT), Susanto Agus Priyono, mengatakan, kapal tersebut milik pengusaha Haji Paing dan diperkirakan mengalami kerugian antara Rp3 hingga Rp4 miliar akibat kapal hangus terbakar total.
Dalam siaran pers resmi, Pelindo Cabang Tegal menyatakan bahwa penanganan dilakukan kurang dari dua jam setelah kejadian. Tim Pelindo di lapangan menggunakan alat pemadam api ringan (APAR) dan langsung menarik kapal menjauh dari deretan kapal lainnya untuk mencegah perluasan kebakaran.
Dinas Pemadam Kebakaran Kota Tegal, TNI AL, dan tiga unit ambulans Pemkot Tegal ikut diterjunkan sebagai bagian dari upaya mitigasi.
Namun, dua kebakaran dalam tempo seminggu justru menyoroti celah pengawasan dan ketidaksiapan sistematis dalam penanganan bahaya kebakaran di pelabuhan.
“Ini bukan lagi soal cepat atau tidaknya respons, tapi mengapa bisa terjadi lagi?” ujar seorang nelayan yang enggan disebut namanya.
Ia menyebut banyak kapal bersandar dengan muatan BBM penuh tanpa prosedur keselamatan yang memadai.
Manajer Pelindo Tegal, Tri Sujiyanto, mengklaim keberhasilan pengendalian api adalah hasil dari kesiapsiagaan dan sinergi lintas instansi.
Ia menyebut keputusan cepat menarik kapal dari area padat sangat krusial dalam mencegah ledakan atau kerusakan lanjutan.
Ketua PNKT, Agus Priyono, mengapresiasi kecepatan respons tim gabungan dalam menangani insiden ini. “Ini adalah bukti pentingnya sinergi antar pemangku kepentingan dalam menjaga keselamatan di pelabuhan,” ujarnya dalam rilis resmi, Senin (14/7/2025).
Kawasan Pelabuhan Tegal merupakan salah satu pusat aktivitas maritim di Pantura Jawa. Minimnya standar keselamatan dan tata kelola bahan bakar di lapangan bisa menjadi bom waktu bagi keselamatan pelaut, nelayan, hingga warga sekitar pelabuhan.
Belum ada penjelasan dari pihak berwenang apakah insiden ini akan berujung pada investigasi lanjutan atau sanksi administratif bagi operator kapal maupun pengelola pelabuhan.
Penulis: Tegalterkini.id
Editor: Abdul Aziz
Masuk tirto.id


































