Menuju konten utama

Kasus Kekerasan terhadap Residen RSUP Dr Sardjito Berakhir Damai

Pihak keluarga juga yang telah melakukan kekerasan telah meminta maaf secara langsung kepada korban.

Kasus Kekerasan terhadap Residen RSUP Dr Sardjito Berakhir Damai
Manajer Hukum dan Humas RS Dr. Sardjito Banu Hermawan saat jumpa pers di RS Dr. Sardjito pada Senin, (25/8/2025). tirto.id/Abdul Haris

tirto.id - Kasus kekerasan terhadap peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito oleh keluarga pasien berujung damai. Pihak keluarga pasien yang melakukan kekerasan telah minta maaf.

Manajer Hukum dan Humas RS Dr Sardjito, Banu Hermawan, mengonfirmasi bahwa keluarga pasien telah melakukan permintaan maaf ke pihak rumah sakit.

"Ada permintaan maaf ya sebesar-besarnya terhadap peristiwa yang emosional tersebut, kami selanjutnya menyampaikan kepada para residen yang dipukul dan disampaikan bahwa permintaan maaf itu diterima untuk diselesaikan secara perdamaian bersama," kata Banu kepada awak media di RS Dr Sardjito, pada Senin (25/8/2025).

Banu juga menyatakan, pihak keluarga juga telah melakukan permintaan maaf secara langsung kepada korban.

Ia menegaskan keputusan untuk menempuh jalan damai ini sebagai bentuk menghargai keputusan para prinsipal yakni residen.

"Namun karena ini memang dalam kapasitasnya prinsipal [residen] mengatakan, ‘Pak sudahlah Pak, saya mau konsentrasi belajar’ ya sudah kita hormati," ujarnya.

Meski begitu, kata Banu, pihak RS Dr Sardjito tidak mentoleransi segala bentuk kekerasan apa pun terhadap para residen.

Sebelumnya, Banu menuturkan kasus kekerasan terhadap salah satu peserta PPDS bermula dari perawatan salah satu pasien rujukan yang masuk ke RS Dr Sardjito dalam kondisi yang tidak baik, pada Jumat (22/8/2025).

Kemudian pasien ditangani tim anestesi dengan kolaborasi bersama sub spesialis. Namun, pada Sabtu (23/8/2025) dini hari, nyawa pasien yang dirawat tidak tertolong.

Mendengar hal itu, pihak keluarga merasa emosional dan melakukan kekerasan terhadap residen.

"Dari kondisi tersebut yang menyatakan bahwa kondisinya tidak tertolong meninggal dunia itu mendapatkan reaksi dari keluarga sehingga secara spontan terjadilah kontak fisik tersebut," kata Banu.

Banu menegaskan yang melakukan kekerasan terhadap residen bukanlah merupakan tenaga medis.

Diketahui, pasien sendiri adalah seorang ibu dengan enam anak dan salah satunya memang seorang dokter.

"Tapi yang melakukan kekerasan kakaknya. Bukan nakes itu," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait KASUS KEKERASAN atau tulisan lainnya dari Abdul Haris

tirto.id - Flash News
Kontributor: Abdul Haris
Penulis: Abdul Haris
Editor: Siti Fatimah