tirto.id - Jumlah kasus HIV (Human Immunodeficiency Virus) di Indonesia meningkat pada tahun 2023, khususnya pada kalangan ibu rumah tangga (IRT).
Melansir laman Kemenkes, dr. Muhammad Syahril, kelompok IRT yang terinfeksi HIV mencapai 35 persen. Jumlah tersebut lebih tinggi dari kasus HIV di kelompok lain seperti suami pekerja seks komersial (PSK) dan man sex with man (MSM).
Syahril menambahkan, banyaknya IRT yang terinfeksi HIV disebabkan oleh minimnya pengetahuan tentang pencegahan, efek penyakit rendah dan pasangan yang memiliki perilaku seks berisiko.
IRT yang telah terinfeksi HIV memiliki risiko tinggi menularkan kepada anaknya. Penularan terjadi melalui proses kehamilan, saat melahirkan, atau menyusui.
Pengertian HIV
Melansir laman healthline, HIV adalah virus yang dapat merusak sistem kekebalan tubuh. Jika HIV tidak diobati, maka akan mempengaruhi dan membunuh sel CD4 yaitu jenis sel kekebalan tubuh dan disebut sel T.
Hal itu akan menyebabkan tubuh lebih rentan terinfeksi berbagai jenis penyakit dan kanker. HIV ditularkan melalui cairan tubuh seperti darah, air mani, cairan vagina, dan air susu ibu (ASI)
Gejala HIV
Sebagian orang tidak mengalami gejala sama sekali, sedangkan sebagian yang lain mengalami gejala minimal atau nonspesifik. Gejala nonspesifik adalah gejala yang tidak berhubungan dengan suatu penyakit atau kondisi tertentu, antara lain:
- Sakit kepala dan rasa nyeri lainnya
- Pembengkakan kelenjar getah bening
- Demam berulang
- Berkeringat di malam hari
- Kelelahan
- Mual dan muntah
- Diare
- Berat badan turun
- Ruam pada kulit
- Infeksi jamur pada mulut atau vagina berulang
- Pneumonia
- Herpes zoster
Cara Melakukan Tes HIV di Rumah Sakit
Cara untuk melakukan tes HIV di rumah sakit sebagai berikut:
1. Tes Antibodi
Tes antibodi adalah tes HIV yang paling banyak dilakukan. Tujuan tes ini adalah mencari antibodi terhadap HIV yang berada di darah, air liur, dan urin. Tes dilakukan dengan cara mengambil sedikit sampel darah.
2. Tes Antibodi-Antigen
Tes antibodi-antigen bertujuan untuk mencari antibodi dan antigen terhadap HIV. Orang yang terinfeksi HIV, maka akan memproduksi antigen p24 sebelum antibodi berkembang. Tes dilakukan dengan cara menggunakan proses reaksi chemiluminescence untuk mendeteksi antibodi dan p24 antigen.
3. Tes Asam Nukleat (NAT)
Tes asam nukleat (NAT) dilakukan dengan cara mencari virus yang sesungguhnya di darah (viral load). Tes ini merupakan salah satu cara tercepat untuk mendeteksi HIV. Namun, hingga saat ini masih jarang dilakukan karena faktor biaya yang mahal.
4. Tes ELISA
Tes ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay) adalah tes HIV dengan menggunakan darah untuk mendeteksi HIV. Sampel darah dari pasien akan diuji laboratorium untuk melihat antibodi terhadap HIV.
5. Tes Polymerase Chain Reaction (PCR)
Tes polymerase chain reaction (PCR) adalah tes untuk mendeteksi materi genetik HIV bernama RNA. Tes ini untuk mendeteksi HIV dari awal yaitu sebelum antibodi dikembangkan.
6. Tes Western Blot
Tes Western Blot biasanya menjadi tes lanjutan untuk mengkonfirmasi hasil tes sebelumnya. Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel darah untuk mendeteksi antibodi HIV. Tes ini akan memisahkan protein darah dan mendeteksi protein spesifik (antibodi HIV) yang menunjukkan infeksi HIV.
Penulis: Tifa Fauziah
Editor: Alexander Haryanto