Menuju konten utama

Kasus HIV di Subang Tinggi, 94 Terungkap Lewat Aktivitas Grup FB

Baru terjangkau 1.098 orang dari estimasi 6.000 anggota, sudah ditemukan 94 orang terkonfirmasi HIV yang mayoritas usia di bawah 30 tahun.

Kasus HIV di Subang Tinggi, 94 Terungkap Lewat Aktivitas Grup FB
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, dr. Maxi. FOTO/ Subang Info

tirto.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Subang mencatat lonjakan kasus HIV yang signifikan di kalangan komunitas berisiko tinggi, khususnya kelompok laki-laki penyuka sesama jenis atau lelaki seks dengan lelaki (LSL).

Hingga Juni 2025, tercatat 94 orang dari komunitas seks LSL dinyatakan positif HIV. Mereka teridentifikasi melalui aktivitas mereka dalam grup Facebook komunitas gay lokal.

Kepala Dinkes Kabupaten Subang, dr Maxi, menyampaikan bahwa dari estimasi sekitar 6.000 anggota komunitas LSL di Subang, pihaknya baru berhasil menjangkau secara langsung 1.098 orang dengan data lengkap. Dari jumlah tersebut, 94 orang terkonfirmasi positif HIV dan mayoritas berusia di bawah 30 tahun.

“Sebagian besar dari mereka sudah memulai terapi antiretroviral (ARV). Ini penting untuk menekan laju perkembangan virus dan menjaga kualitas hidup penderita,” ujar dr Maxi.

Lebih lanjut, dr Maxi membeberkan sejumlah kelompok berisiko lain. Antara lain, seperti pekerja seks komersial (PSK), transgender, dan pengguna narkoba suntik. Kelompok tersebut juga menjadi penyumbang utama tingginya angka HIV di Kabupaten Subang. Hingga pertengahan 2025, total akumulasi kasus HIV di daerah ini mencapai sekitar 3.800 kasus.

Dalam upaya memperluas layanan pengobatan, DInkes Kabupaten Subang kini membuka akses terapi ARV di sejumlah puskesmas.

“Kalau dulu hanya di RSUD, sekarang sudah ada layanan PDP (Perawatan Dukungan dan Pengobatan) di puskesmas. Contohnya, Puskesmas Pamanukan memiliki 500 pasien aktif, sedangkan Puskesmas Jalancagak mencatat 98 pasien,” jelas dr. Maxi.

Meski angka kasus HIV tergolong tinggi, dr. Maxi menegaskan bahwa penyakit ini tidak mudah menular.

“HIV tidak bisa menular lewat bersalaman, berbagi toilet, atau makan bersama. Hanya ada tiga jalur penularan, [yaitu] hubungan seksual berisiko, penggunaan jarum suntik bersama, dan dari ibu ke anak,” tegasnya.

Sebagai langkah pencegahan, Dinas Kesehatan Subang mengedepankan pendekatan edukatif dengan strategi ABCDE. Huruf ‘A’ akronim abstinence yaitu tidak berhubungan seksual bagi yang belum menikah, ‘B’ untuk be faithful agar setia pada satu pasangan, ‘C’ untuk condom atau kondom yang wajib dipakai jika tidak bisa ‘A’ dan ‘B’.

Huruf ‘D’ untuk don’t do drugs sebagai ajakan menghindari narkoba dan ‘E’ untuk education atau edukasi menyeluruh soal HIV/AIDS.

“Edukasi adalah senjata utama. Kita harus membangun imunitas sosial terhadap perilaku berisiko, ini bukan semata soal seks atau narkoba, tapi soal tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang sekitar,” kata dr Maxi.

Fenomena maraknya komunitas gay di Subang, khususnya di platform media sosial seperti Facebook, turut menyita perhatian publik. Salah satu grup bahkan memiliki hampir 4.000 anggota dan kerap digunakan sebagai wadah mencari pasangan sesama jenis.

Pemerintah Kabupaten Subang diharapkan dapat memperkuat kolaborasi lintas sektor, termasuk dengan tokoh agama dan masyarakat, guna membangun kesadaran kolektif dan menciptakan lingkungan yang aman dari penularan HIV/AIDS tanpa stigma dan diskriminasi.

Baca juga artikel terkait PASIEN HIV atau tulisan lainnya dari Subang Info

tirto.id - Flash News
Kontributor: Subang Info
Penulis: Subang Info
Editor: Siti Fatimah