tirto.id - Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Jika infeksi HIV tidak segera mendapat penanganan, maka virus ini akan semakin merusak kekebalan tubuh dan berujung pada Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS).
Melansir dari laman Kementerian Kesehatan, HIV merusak sistem imunitas manusia dengan cara menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Sel CD4 sendiri adalah salah satu jenis sel darah putih yang punya peran penting dalam sistem kekebalan tubuh.
Semakin banyak sel CD4 yang hancur, maka HIV bisa leluasa bereplikasi atau berkembang biak, sedangkan kekebalan tubuh akan terus menurun. Akibatnya, tubuh jadi sangat rentan terserang berbagai penyakit berbahaya.
Cara penularan HIV AIDS
Berdasarkan informasi dari situs CDC, HIV dapat ditularkan melalui beberapa cairan tubuh berikut:
- Darah
- Air mani
- Cairan pre-ejakulasi (precum)
- Cairan dubur/ anus
- Cairan vagina
- Air susu ibu (ASI)
Penularan juga bisa terjadi apabila cairan tubuh ODHA (orang dengan HIV AIDS) mengenai luka (jaringan tubuh yang rusak) atau kontak langsung dengan darah lewat jarum suntik.
Contoh cara penularan HIV:
- Melalui hubungan seksual.
- Dari pemakaian jarum suntik bersama-sama, biasanya oleh para pengguna narkoba.
- Dari ibu hamil ke bayinya, baik saat kehamilan, persalinan, atau lewat ASI.
- Transfusi darah yang terkontaminasi HIV
Hal yang harus dilakukan saat terkena HIV AIDS
Melansir laman Webmd, berikut adalah beberapa langkah utama yang harus dilakukan ketika merasa terpapar HIV:
1. PEP (Post Exposure Prophylaxis)
Jika Anda negatif HIV tapi telah melakukan perilaku beresiko atau merasa terpapar HIV (misal mengalami pemerkosaan), hal paling pertama yang harus dilakukan adalah mengonsumsi obat PEP.
PEP (Post Exposure Prophylaxis) adalah obat-obatan darurat yang dapat menurunkan resiko infeksi HIV hingga 90 persen. Obat PEP juga bisa menghentikan penyebaran virus HIV di dalam tubuh.
Akan tetapi, PEP harus dilakukan sesegera mungkin setelah terpapar virus HIV. PEP sebaiknya dikonsumsi dalam kurun waktu 36 jam dan tidak lebih dari 72 jam (3 hari) setelah merasa terpapar HIV.
Namun menurut Departemen Kesehatan New York, PEP idealnya dikonsumsi dalam kurun waktu 2 jam setelah terpapar HIV agar obat bisa lebih efektif. Semakin cepat mengonsumsi obat PEP, maka resiko infeksi dan penyebaran HIV di dalam tubuh akan semakin kecil.
Obat PEP bisa didapatkan di rumah sakit atau melalui resep dokter. Obat PEP harus dikonsumsi setiap hari selama 28 hari. Setelah selesai, lakukan tes untuk mengetahui ada tidaknya infeksi virus HIV di dalam tubuh.
2. Segera lakukan tes
Satu-satunya cara untuk mendeteksi virus HIV adalah dengan melakukan tes HIV yang tersedia di berbagai fasilitas kesehatan.
Biasanya HIV tidak bisa langsung terdeteksi dan butuh waktu hingga 3 bulan setelah seseorang melakukan perilaku beresiko. Apabila Anda merasa telah terpapar HIV dan hasil tesnya negatif, coba lakukan tes HIV lagi 3 bulan kemudian.
Jika dinyatakan positif HIV, segera berkonsultasi dengan dokter mengenai pengobatan yang harus dilakukan. Pengobatan untuk HIV saat ini adalah antiretroviral therapy (ART).
HIV sebenarnya tidak bisa disembuhkan. Perawatan dengan obat antiretroviral (ARV) hanya bertujuan untuk menurunkan jumlah virus seminimal mungkin dalam darah sehingga tidak berkembang menjadi AIDS
Jika jumlah virus dapat ditekan, maka ODHA bisa tetap sehat dan menjalani aktivitas normal. Namun pengobatan ARV harus dilakukan seumur hidup untuk mencegah perkembangbiakan HIV.
3. Cegah penularan HIV
Jika merasa terpapar HIV (meskipun tesnya masih negatif), sebaiknya lakukan pencegahan penularan virus HIV sebagai berikut:
- Jujur pada pasangan bahwa Anda mungkin terkena HIV. Dengan demikian, pasangan juga wajib melakukan tes HIV.
- Pakai kondom saat berhubungan seksual untuk mencegah penularan HIV maupun penyakit lain sekaligus mencegah kehamilan.
- Jangan melakukan donor darah.
- Jika Anda adalah perempuan hamil, segera tes HIV dan jalani pengobatan agar tidak menular ke janin.
- Jika Anda baru melahirkan dan merasa terpapar HIV, jangan beri ASI pada bayi setidaknya selama 3 bulan atau sampai dinyatakan negatif HIV.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari