tirto.id - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) akan meningkatkan daya saing industri kecil dan menengah (IKM) bidang logam. Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Reni Yanita menuturkan, salah satunya dengan memfasilitasi mereka agar bisa bermitra dengan industri besar.
Langkah tersebut dilakukan melalui temu bisnis untuk Fasilitasi Kemitraan IKM Logam dengan Industri Besar di Solo Raya, Jawa Tengah, pada 4-5 Juli 2023 lalu.
“Temu bisnis ini merupakan tindak lanjut dari Nota Kesepahaman antara Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM), Kementerian Perindustrian, dan Kementerian BUMN tentang Kemitraan Koperasi, UMKM/IKM dalam Rantai Pasok BUMN yang ditandatangani pada 3 September 2021 lalu,” dikutip dari Antara, Jumat (7/7/2023).
Reni mengungkapkan pihaknya secara rutin memfasilitasi kemitraan IKM dengan industri besar. Langkah tersebut untuk membangun pelaku IKM yang produktif dan berdaya saing. Sebab, melalui kemitraan ini, IKM juga dapat memperoleh kepastian pasar dan pasokan bahan baku.
“Selain itu, kemitraan dapat memacu IKM agar memiliki tanggung jawab dalam melakukan perbaikan kualitas dan kuantitas secara berkelanjutan, penerapan sistem manajemen, peningkatan SDM, akses informasi, teknologi, perizinan dan hal lainnya sesuai dengan permintaan dari mitranya,” tuturnya.
Pada temu bisnis kali ini, Ditjen IKMA bersinergi dengan Dinas Koperasi, UMKM dan Perindustrian Kota Surakarta, Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), serta Kamar Dagang Industri Kota Surakarta. Adapun dari pihak perusahaan yang terlibat, antara lain PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia, PT Yogya Presisi Teknikatama Industri, ATMI Group, PT Perkebunan Nusantara III (Holding), PT Pupuk Indonesia (Persero), PT Indospring Tbk, PT Indoprima Gemilang Engineering, dan CV Julang Marching Pratama.
Dalam kegiatan itu, perwakilan industri besar menyampaikan perkembangan industri manufaktur nasional, syarat dan prosedur kemitraan, serta kebutuhan komponen yang berpotensi disuplai oleh IKM. Adapun kegiatan temu bisnis ini diikuti 44 orang peserta dari 22 IKM logam di Solo Raya, yang bergerak di bidang industri fabrikasi mechanical part, sparepart, precision part, mould, dies, pattern automasi dan permesinan.
Tercatat sejak 2018, Ditjen IKMA telah memfasilitasi kemitraan 18 IKM logam dan mesin dengan 11 industri besar, baik dari perusahaan BUMN maupun swasta, dengan ruang lingkup antara lain penyediaan alat perkakas pertanian dan perkebunan, penyediaan produk casting pump, penyediaan komponen alat kesehatan, penyediaan bahan baku, penyediaan komponen alat berat serta penyediaan jasa perbaikan dan part mechanical.
“Kami berharap kesempatan ini menjadi saat yang tepat bagi IKM untuk mengetahui jenis dan spesifikasi komponen yang bisa disuplai, rencana kebutuhan pengadaan di industri besar, persyaratan standar, serta prosedur procurement dari perusahaan BUMN sehingga kemudian dapat menjadi bagian dari rantai pasok BUMN,” tegas Reni.
Reni menuturkan, pihaknya gencar menggelar berbagai program pembinaan. Mulai dari bimbingan teknis dalam upaya peningkatan kemampuan teknis produksi, fasilitasi mesin/peralatan. Harapannya langkah tersebut memberikan efisiensi dan produktivitas, serta pendampingan tenaga ahli dalam rangka pengembangan produk.
Di samping itu, Ditjen IKMA juga memberikan fasilitas restrukturisasi mesin peralatan yang memberikan potongan harga pembelian mesin untuk peningkatan teknologi, serta memfasilitasi dalam program promosi yakni dengan masuk ke pasar e-commerce, serta e-procurement BUMN dan pameran industri.