tirto.id - Di antara kamu yang pernah tertarik melakukan personal color analysis, seberapa penasaran dengan kategori kulitmu? Cool undertone atau warm undertone?
Tenang, hasrat untuk menganalisis warna diri juga dialami oleh artis papan atas di Korea Selatan, tempat di mana color analysis ini bangkit sebagai tren untuk kesekian kali.
Salah satu artis yang ikut-ikutan color analysis tidak lain adalah Jisoo Blackpink.
Dalam salah satu episode di vlog pribadinya yang rilis 2023 silam, Jisoo mengaku suka dengan padu padan dalam spektrum warna muted.
Muted color adalah salah satu klasifikasi warna dengan ciri khas campuran abu yang membuat warna cerah menjadi lebih kalem.
Terracotta, dusty rose, mustard yellow, olive green, sage green, hingga dusty blue adalah beberapa warna yang masuk dalam klasifikasi muted color.
Meski gandrung dengan warna-warna muted, aura sang idol akan semakin keluar ketika mengenakan warna dark purple, hitam, dan juga merah merona.
Penampilan Jisoo bakal semakin segar jika warna dark tersebut dipadu dengan warna-warna pucat (very pale).
Konsep color analysis bertujuan membantu—terutama perempuan—untuk menemukan warna yang dapat menyorot penampilannya. Konsep ini bisa diterapkan pada warna rambut, make-up, dan pakaian.
Color theory adalah hasil penelitian ilmiah dari pengamatan terhadap alam sekitar.
Istituto Europeo di Design menelusuri bahwa teori ini sudah diperkenalkan sejak awal abad ke-20 oleh seniman Swiss, Johannes Itten.
Lantas pada tahun 1980, terbit buku berjudul Color Me Beautiful yang ditulis oleh Carole Jackson.
Buku inilah yang menjadi dasar argumen bahwa setiap manusia memiliki “warna” masing-masing.
Apabila Itten membagi kategori warm undertone dari warna yellow-based dan cool undertone dari warna blue-based, memasuki abad ke-20 teorinya kian berkembang.
Hari ini, kita mengenal color season yang terdiri atas winter, autumn, summer, dan spring.
Proses analisis warna bekerja melalui tahapan yang cukup sederhana.
Analis memberikan opsi warna kain yang bisa dicoba, kemudian ia akan mencocokkannya dengan warna mata, kulit, dan rambut klien.
Lewat cermin, klien akan dipandu untuk menilai warna yang membuat wajahnya cerah dan mana yang menjadikannya kusam.
Pertanyaannya, benarkah cara ini akurat untuk menilai warna apa yang sesuai untuk dipakai seseorang?
BLINK, sebutan bagi penggemar Blackpink, tentu setuju bahwa penyanyi kelahiran tahun 1995 ini tetap memesona saat mengenakan busana di luar warna yang disarankan oleh si analis.
Blogger bernama Isa Montanari juga punya pengalaman yang mirip.
Ia pernah mencoba analisis warna menggunakan teknologi Akal Imitasi (AI), kuis warna di situs gratisan, hingga panduan dari akun TikTok @msfrizzleart.
@msfrizzleart The ultimate color analysis guide! Shoutout to @magnifisenses for making this AMAZING filters #coloranalysis#colorseasons#beauty#trend
♬ Chopin Nocturne No. 2 Piano Mono - moshimo sound design
Sayangnya, banyak faktor membuat analisis warna yang dilakukan Isa menjadi sulit, seperti pencahayaan, pemakaian make-up, penggunaan pensil alis, dan lain sebagainya.
Mempertimbangkan pengalamannya yang tidak berjalan mulus, Isa meyakini analisis warna bisa menjadi lebih akurat jika dilakukan oleh ahlinya.
“Gunakan hasil analisis warna sebagai panduan umum, alih-alih aturan yang mengikat. Jika ada pakaian dengan warna yang sangat ingin kamu kenakan, ya, pakai saja. Tidak seharusnya hasil analisis warna berhenti membuatmu mengenakan sesuatu," tambah Isa.
Kritik lain yang muncul soal analisis warna pada manusia adalah color palette yang tersedia gagal menangkap keberagaman warna kulit perempuan.
“Sistem ini gagal merangkul perempuan kulit berwarna karena sedari awal konsep analisis warna tidak berhasil memahami bahwa perempuan kulit bewarna terdiri dari spektrum yang luas," bunyi kritik dalam blog Truth Is Beauty.
Menurut si penulis, hasil color analysis nyaris selalu menempatkan perempuan kulit bewarna dalam kategori dark autumn dan dark winter yang cenderung jauh dari warna-warna cerah.
Sebagai pembuktian, ia menampilkan foto para pesohor kulit berwarna saat mengenakan pakaian cerah dan mencolok. Hasilnya?
They are stunning!
Sampai hari ini, perdebatan cool undertone versus warm undertone masih dapat ditemui di berbagai lini masa media sosial. Sebagian besar perempuan berlomba-lomba untuk mencari warna yang sesuai dengan dirinya sendiri.
Hal inilah yang membuat kelompok perempuan lebih sering terjebak dalam tren yang berhubungan dengan penampilan.
Akibatnya, perempuan rentan menjadi target empuk dari paparan iklan produk hingga mode terbaru yang diklaim dapat membuat tampilannya semakin menarik.
Color theory telah melewati uji ilmiah, tetapi penerapannya dalam ekspresi individu bisa dibilang hanya sebatas trik psikologi saja.
Kalangan analis warna sepertinya tidak memperhitungkan, palet warna hanya akan berhasil jika pemakainya percaya diri.
Jadi, let’s wear every color we love!
Penulis: Erika Rizqi
Editor: Sekar Kinasih
Masuk tirto.id







































