Menuju konten utama

Jadi Presiden Venezuela Lagi, Maduro Bantah Tudingan Diktator

“Tidak sebelumnya, tidak sekarang, tidak akan ada kediktatoran di Venezuela!” tandas Nicolas Maduro.

Jadi Presiden Venezuela Lagi, Maduro Bantah Tudingan Diktator
Presiden Venezuela Nicolas Maduro. ANTARA FOTO/REUTERS/Carlos Jasso

tirto.id - Nicolas Maduro dilantik sebagai Presiden Venezuela untuk masa jabatan kedua, Kamis (10/01/2019). Ia memenangkan pemilu yang berlangsung pada 20 Mei 2018 lalu. Usai terpilih lagi, Maduro membantah tudingan yang menganggap dirinya seorang penguasa diktator.

Maduro mulai berkuasa sejak presiden sebelumnya, Hugo Chaves, meninggal dunia pada 2013 silam. Kecaman internasional atas krisis yang terjadi di Venezuela mengiringi pelantikan Maduro, termasuk lantaran ia meneruskan kebijakan ekonomi Chavez.

Beberapa negara Amerika Latin menolak keabsahan hasil pemilu tersebut. Namun, Maduro mendapat dukungan dari Presiden Bolivia Evo Morales dan Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel. Keduanya datang langsung ke Caracas, ibukota Venezuela, demi Maduro.

Krisis menerpa Venezuela ketika harga minyak dunia mengalami penurunan pada 2014. Perekonomian negara ini goyah karena amat tergantung terhadap minyak. Venezuela pernah menjadi negara terkaya di Amerika Selatan dengan menghasilkan 3,5 juta barel minyak per hari.

Sebelum wafat, Chavez –yang kebijakan ekonominya dilanjutkan oleh Maduro– sempat menjadi sasaran tembak para pengecamnya. Kebijakan Chavez bertumpu pada pemasukan dari minyak untuk mengurangi angka kemiskinan.

Di sisi lain, kelompok pendukung pemerintah menganggap bahwa golongan oposisi telah menambah parah kondisi perekonomian negara. Barisan pro-Maduro ini juga menuding Amerika Serikat semakin mempersulit pemerintah Venezuela untuk melakukan restrukturisasi utang.

Akibat gejolak ekonomi, jutaan rakyat Venezuela mengungsi dari negara itu. Menurut PBB, pada pertengahan 2018 lalu, diperkirakan terdapat 2,4 juta warga Venezuela yang meninggalkan kampung halamannya. Negara-negara Amerika Latin seperti Peru, Kolombia, atau Ekuador menjadi tujuan para migran ini.

Krisis ekonomi juga memicu kerusuhan di berbagai ruas titik di Venezuela. Tahun 2017 lalu, misalnya, ribuan massa anti-pemerintah bentrok dengan aparat yang menyebabkan sekitar 120 orang tewas. Namun, Maduro tetap tak goyah.

Maduro pun mendapat tudingan sebagai diktator karena dianggap abai terhadap keluhan masyarakat. Namun, dalam konferensi pers yang diadakan pada Rabu (9/1/2019) kemarin, Maduro membantah.

“Tidak sebelumnya, tidak sekarang, juga tidak akan ada kediktatoran di Venezuela!” tandasnya seperti dikutip dari APNews.

Baca juga artikel terkait KRISIS VENEZUELA atau tulisan lainnya dari AS Rimbawana

tirto.id - Politik
Penulis: AS Rimbawana
Editor: Iswara N Raditya