tirto.id - Israel kembali menyerang daerah selatan Kota Nabatieh, Lebanon pada Rabu (16/10/2024). Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan sedikitnya 5 orang meninggal, termasuk Wali Kota Nabatieh.
Militer Israel mengakui sebagai pelaku penyerangan di wilayah Nabatieh dengan dalih mengincar target kelompok Hizbullah.
Koordinator Khusus PBB untuk Lebanon, Jeanine Hennis-Plasschaert mengatakan, serangan Israel ikut menyasar warga dan infrastruktur sipil di Lebanon. Hennis-Plasschaert pun menilai, penderitaan warga Lebanon saat ini mencapai tingkat yang belum pernah dialami sebelumnya.
“Sudah saatnya bagi semua aktor yang berkepentingan untuk segera menghentikan tembakan mereka dan membuka pintu bagi solusi diplomatik yang mampu mewujudkan kebutuhan warga negara dan memajukan stabilitas regional,” kata Hennis-Plasschaert dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (17/10/2024).
Selain wilayah Nabatieh, Israel juga melakukan serangan udara di pinggiran selatan Beirut (Ibu Kota Lebanon) pada Rabu (16/10/2024). Militer Israel kembali mengeklaim jet tempurnya menyerang gudang senjata bawah tanah Hizbullah. Sebelumnya, Israel sudah memberikan peringatan kepada warga untuk meninggalkan daerah Beirut yang diklaim berada di dekat fasilitas Hizbullah.
Di hari yang sama, Rabu (16/10/2024), militer Israel mengeklaim lebih dari 50 proyektil ditembakkan dari Lebanon sementara Hizbullah mengakui mereka menembakkan rudal ke wilayah Israel utara.
Serangan Israel juga direspons keras oleh Amerika Serikat. Mereka menyayangkan sikap Israel yang menyerang Beirut.
“Mengenai cakupan dan sifat kampanye pengeboman yang kami lihat di Beirut selama beberapa minggu terakhir, itu adalah sesuatu yang kami jelaskan kepada pemerintah Israel bahwa kami prihatin dan kami menentangnya,” kata Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Matthew Miller, kepada para wartawan, Kamis (17/10/2024).
Sikap AS yang semakin keras kepada agresi Israel tidak lepas dari keinginan negara Paman Sam agar Israel memperbolehkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, dan Menteri Pertahanan, Lloyd Austin, mengirimkan surat kepada petinggi pemerintah Israel untuk membuka keran bantuan kemanusiaan seperti makanan, air, pasokan medis, bahan bakar dan barang lain untuk warga Palestina. Akan tetapi bantuan tersebut semakin berkurang karena terhambat pencurian oleh kelompok militan, pertempuran yang terjadi di lokasi pemberian bantuan, hingga perselisihan titik-titik masuk Gaza.
Dalam surat tersebut, dua pejabat tinggi Amerika itu mendesak agar Israel memuaskan permintaan Amerika Serikat, termasuk mengizinkan minimal 350 truk bantuan memasuki Gaza setiap hari lewat 4 penyebrangan di Gaza dan membuka titik masuk kelima. Mereka juga menuntut jeda pertempuran untuk pengiriman bantuan dan mencabut perintah evakuasi warga sipil Palestina. Mereka pun mengutip Undang-Undang Bantuan Luar Negeri Amerika Serikat sebagai bentuk tekanan jika Israel tidak ingin kehilangan bantuan persenjataan.
Sumber: VOA Indonesia
#voaindonesia
Editor: Abdul Aziz