tirto.id - Kapal bantuan bagi warga Gaza yang dibawa oleh aktivis asal Swedia, Greta Thunberg, beserta aktivis lainnya yang tergabung ke dalam Koalisi Armada Kebebasan (Freedom Flotilla Coalition) dibawa pasukan Israel ke Pelabuhan Ashdod, Israel, pada Senin (11/6/2025) malam.
Kapal tersebut bersandar di Pelabuhan Ashdod dengan pengawalan ketat dari kapal Angkatan Laut Israel. Setelah tiba di pelabuhan, ke-12 orang aktivis yang berada di kapal itu sempat menjalani pemeriksaan kesehatan.
Dilansir dari Associated Press (AP), tim kuasa hukum yang mewakili para aktivis, Adalah, menyebut, para aktivis yang ditangkap itu langsung ditahan di sebuah fasilitas penahanan yang berada di Kota Ramla, Israel, setelah tiba di Pelabuhan Ashdod. Mereka pun diperkirakan akan dideportasi ke negara asal mereka tidak lama setelah ditahan di Kota Ramla.
Sebelumnya, para aktivis dari kelompok Flotilla, yang menaiki kapal Madleen itu, ditahan dan dilarang memasuki wilayah Gaza oleh pasukan Israel pada Senin dini hari.
Koalisi Armada Kebebasan, selaku penyelenggara kegiatan membawa bantuan tersebut, mengatakan para aktivis itu diculik oleh pasukan Israel saat mencoba mengirimkan bantuan yang sangat dibutuhkan.
"Kapal itu dinaiki secara tidak sah, awak sipilnya yang tidak bersenjata diculik dan kargo penyelamatnya — termasuk susu formula bayi, makanan, dan perlengkapan medis — disita," kata mereka dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, otoritas Israel mengeklaim bahwa kapal Greta bukan kapal yang membawa bantuan.
"Ini bukan bantuan kemanusiaan. Ini aktivisme Instagram," kata Juru Bicara Pemerintah Israel, David Mencer, sebagaimana dikutip AP. Ia menambahkan, "Sementara itu, Israel telah mengirimkan bantuan lebih dari 1.200 truk dalam 2 minggu terakhir. Jadi, siapa yang memberi makan Gaza dan siapa yang memberi makan egonya sendiri? Greta tidak membawa bantuan, dia membawa dirinya sendiri," lanjut David.
Dikutip dari Al Jazeera, seorang aktivis asal Jerman, Yasemin Acar, yang ikut naik di atas kapal Madleen tersebut, mengungkapkan bahwa perjalanan mereka telah dekat untuk menuju Gaza.
Namun, saat kapal Madleen semakin dekat dengan Gaza, ada empat kapal pasukan Israel yang datang mendekat dan berusaha menghentikan mereka. Selain kapal, sejumlah pesawat nirawak (drone) ikut mendekat serta mengintimidasi para relawan. Para relawan pun telah bersiap dengan menggunakan pelampung untuk menghadapi segala kondisi.
"Kami sudah sangat dekat dengan Gaza hanya sekitar 161 kilometer. Kami menyalakan alarm karena kami melihat empat kapal yang mendekati kami di waktu yang sama. Dua di antaranya memiliki lampu biru, dan kami merasa sudah ada banyak lampu yang mengelilingi kami," kata Yasemin Acara, Minggu malam waktu setempat.
Di saat tentara Israel melakukan aksi intimidasi kepada para relawan, aktivis Greta Thunberg membagikan videonya ke media sosial yang mengungkap kondisinya yang tengah ditahan dan diblokir oleh tentara Israel.
"Apabila kamu melihat video ini, kami saat ini sedang diblokir dan ditahan di laut internasional oleh pasukan bersenjata Israel atau pasukan lainnya yang bersekutu dengan Israel," kata Greta.
Dia meminta teman-temannya, keluarga, dan seluruh kerabat untuk menekan pemerintah Swedia untuk membebaskannya dan aktivis lainnya yang tengah ditahan dan mendapat ancaman dari Israel.
"Saya mendorong seluruh teman-teman saya, keluarga, untuk menekan pemerintah Swedia agar mau mengeluarkan kami sesegera mungkin," kata Greta.
Penulis: Naufal Majid
Editor: Andrian Pratama Taher