tirto.id - Berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk beriklan di TV kurang lebih 60 detik? Angkanya tentu berbeda-beda tergantung kapan iklan itu tayang, tapi yang jelas beriklan di TV butuh uang puluhan juta sampai ratusan juta rupiah untuk sekali tayang.
Secara konvensional, TV adalah medium utama untuk memasarkan suatu produk. Dalam penelitian yang dilakukan Nielsen, uang senilai Rp145 triliun habis digunakan untuk belanja iklan televisi di Indonesia sepanjang tahun lalu atau naik 8 persen. Nilai itu merupakan 80 persen dari total belanja iklan secara keseluruhan. TV unggul dibandingkan kanal media lain seperti cetak maupun online.
Namun, beriklan di TV bagian dari cara konvensional yang selama ini sudah lazim dengan target pasar yang massal. Kedigdayaan beriklan secara konvensional berpotensi berangsur-angsur tergusur oleh platform baru. Internet, terutama media sosial, perlahan berpeluang menjadi momok bagi iklan gaya lama.
Menurut GetCRAFT, firma pemasaran berbasis di Asia Tenggara, dalam laporannya bertajuk “Indonesia Native Advertising and Influencer marketing Report 2018” yang menyatakan bahwa orang Indonesia mengkonsumsi media sosial lebih banyak dibandingkan TV. Angkanya mencapai 3 jam 16 menit berbanding dengan 2 jam 23 menit.
Di media sosial, perusahaan dapat beriklan melalui saluran resmi alias berhubungan langsung dengan pemilik platform. Namun, satu fenomena yang kini muncul adalah beriklan di media sosial melalui influencer. Pemasaran melalui influencer, dalam laporan Forbes, adalah mengkapitalisasi jangkauan media sosial dengan membayar selebritas di internet dengan tingkat ketenaran yang bervariasi untuk diunggah di akun media sosial mereka guna menjangkau para pengikut setia.
Instagram adalah kanal media sosial terfavorit yang digunakan influencer. Selebihnya ada blog, Twitter, dan YouTube. Alasan utama mengapa Instagram jadi wadah paling favorit para influencer karena kekuatan platform yang lebih menekankan pada tampilan visual.
“Kini semuanya telah berubah, ada disrupsi besar di sini,” ucap Mike Heller, Chief Executive Officer Talent Resource, agensi influencer asal AS, sebagaimana dikutip dari Fortune. “Ketika kamu memiliki influencer yang punya 30 juta, 20 juta, lima juta (pengikut), itu jauh lebih berpengaruh dibandingkan saluran media konvensional lain di luar sana,” kata Heller.
Salah satu alasan beriklan melalui influencer akan jadi cara yang populer adalah harga yang dipatok relatif murah, terutama dibandingkan TV. Biaya iklan melalui influencer hanya membutuhkan 10 persen dibandingkan biaya produksi dan penayangan iklan di TV.
Temuan GetCRAFT, dengan views pada platform Instagram sebanyak 37.270 view misalnya, pengiklan hanya membutuhkan biaya Rp590 per view untuk membiayai teknik pemasaran ini. Namun, ada banyak faktor yang menentukan harga beriklan melalui influencer. Dalam laporan GetCRAFT disebutkan bahwa kualitas konten yang akan dibagikan influencer jadi yang utama disusul brand dan sang influencer sendiri.
Belanja iklan sebesar $5 miliar hingga $10 miliar akan dihabiskan untuk kanal ini dalam lima tahun mendatang. GetCRAFT menyatakan bahwa 51 persen dari brand yang disurvei akan lebih memanfaatkan influencer di 2018.
Selain relatif lebih murah, keunggulan beriklan melalui influencer lainnya adalah kepercayaan. GetCRAFT, mengutip temuan Nielsen, menyatakan bahwa rekomendasi teman dan keluarga mendapat tempat kepercayaan yang tinggi di masyarakat. Selain itu, rekomendasi atau review yang dilakukan orang asing di internet juga memiliki pengaruh yang signifikan.
“Pemasaran melalui influencer akan dilihat sebagai evolusi dari (pemasaran) dari mulut ke mulut, diperkuat oleh kecepatan kilat,” kata Anthony Reza, pendiri GetCRAFT.
Influencer, secara sederhana, merupakan brand tersendiri. Sosoknya menjadi penarik minat masyarakat.
“Influencer adalah brand. Ini mengapa jumlah pengikut atau statistik ketertarikan tidak dapat mempengaruhi tarif. Faktor kunci adalah brand. Saya tahu nilai dari brand saya. Jika brand kamu ingin berhubungan dengan saya, ini tarifnya,” ucap Ernest Prakasa, selebritas Indonesia yang juga menjadi influencer, sebagaimana dimuat dalam laporan GetCRAFT.
“Brand lebih mengkhawatirkan like dan engagement, lebih dari hanya sekedar ‘views’,” ucap Edho Zell, seorang YouTuber.
Fenomena influencer tak terbendung. Forbes bahkan merilis daftar influencer paling top sejagat. Uniknya influencer yang masuk daftar Forbes itu tak memasukkan selebritas. “Kami hanya memasukkan influencer yang menciptakan ketenarannya hanya melalui internet daripada selebritas yang (memang telah terkenal) dan juga memiliki pengikut besar secara online,” tulis keterangan resmi pada situs resmi mereka.
Pada sub “fashion” tercetus nama Chiara Ferragni sebagai influencer paling top. Wanita berusia 30 tahun itu disebut sukses membuat situsweb TheBlondeSalad.com memperoleh 1 juta pengunjung unik pada 2011 silam. Ada pula Lilly Singh yang menjadi top influencer di sub “entertainment”. YouTuber asal Kanada itu disebut memiliki 11 juta pemirsa.
Selain tokoh manusia, daftar Forbes juga memasukkan hewan sebagai influencer. Kucing bernama Grumpy Cat didaulat media itu sebagai yang paling top di sub “pet”. Sang kucing yang lahir pada 2012 itu memperoleh penghasilan atas kerjasamanya dengan produsen makanan hewan Friskies.
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra