tirto.id - Inflasi di Indonesia tahun lalu ada di angka 2,72 persen atau yang terendah selama lima tahun terakhir. Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengatakan fakta ini mengindikasikan ada perlambatan permintaan atau penurunan daya beli masyarakat.
Tahun lalu pertumbuhan konsumsi berada di bawah 5 persen atau di kisaran 4,97 persen pada kuartal IV 2019.
Meskipun demikian, Destry mengatakan ada faktor lain yang membikin inflasi rendah.
“Kami pun banyak lakukan kajian dan bertanya ke teman-teman ekonom, apakah inflasi rendah struktrual atau temporal sebab demand side rendah. Kesimpulan ini gabungan,” ucap Destry di Jakarta, Rabu (26/2/2020).
Di luar penurunan konsumsi dan permintaan, Destry mengatakan ada pula faktor perkembangan mekanisme pembentukan harga. Kebetulan, perkembangan ini mengarahkan ke harga yang jadi lebih terkontrol. Misalnya kehadiran gerai ritel Indomaret, Alfarmart dan lainnya.
“Harga lebih standar, harga di pasar rakyat jadi mengikuti harga itu,” ucap Destry.
Lalu ada juga peran ekonomi digital seperti marketplace. Dengan fasilitas ini, katanya, masyarakat lebih mudah membandingkan harga sehingga otomatis mendorong penjual untuk memberikan harga yang lebih rendah.
Terakhir ia juga menyebutkan peran dari tim pengendali inflasi daerah (TPID) di bawah kementerian koordinator bidang perekonomian. Upaya pengendalian inflasi pemerintah juga turut menyumbang pada angka di 2019 itu.
“Itu efektif termasuk di daerah kita melihat sumber yang buat inflasi meningkat, yakni masih makanan,” ucap Destry.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Rio Apinino