tirto.id -
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Iskandar Simorangkir mengatakan, penetapan angka inflasi dilakukan akibat adamya gejolak volatile food [harga pangan] sebesar 3-5 persen.
Hal tersebut ia sampaikan usai rapat yang Menteri Ekonomi Sri Mulyani, dalam High Level Meeting (HLM) TPIP usai mengikuti rapat yang dilakukan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
"Inflasi untuk volatile food ditarget empat plus minus satu persen. Ini jadi perhatian pemerintah dalam rangka menjaga daya beli dan kesejahteraan masyarakat," kata dia di Gedung Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Perekonomian, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat Kamis (13/2/2020).
Ia menjelaskan, penetapan tersebut dilakukan mengingat volatile food merupakan penyumbang terbesar inflasi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada Januari 2020, gejolak harga bahan makanan terhadap inflasi secara keseluruhan adalah 0,32 persen.
Iskandar mengungkapkan TPID pemerintah pusat memutuskan beberapa upaya seperti menjaga disparitas harga baik antar tempat maupun antar waktu.
Misalnya, pemerintah harus tetap menjaga harga pangan di saat waktu panen maupun tidak. Biasanya jika waktu panen harga pangan menjadi murah dan sebaliknya.
"Bukan hanya terbatas pada tempat tapi juga antar waktu," kata dia.
Lebih lanjut ia mengatakan, pihaknya telah diputuskan oleh TPID dalam menjaga harga dan pasokan pangan menjelang puasa dan Lebaran tahun 2020. Salah satu upayanya dengan mempercepat penerapan digitalisasi sektor pertanian.
Digitalisasi pertanian ini dalam rangka meningkatkan produktivitas dari komoditas pangan yang memiliki andil besar terhadap pembentukan angka inflasi nasional.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Hendra Friana