Menuju konten utama

IMF Ramal Bakal Banyak Gelandangan di Dunia

IMF mengingatkan akan terjadi ledakan besar terhadap jumlah gelandangan secara global. Hal itu terjadi karena meningkatnya inflasi di beberapa negara dunia.

IMF Ramal Bakal Banyak Gelandangan di Dunia
Petugas menggiring gelandangan yang terjaring razia pengemis gelandangan dan orang terlantar (PGOT) saat tiba di Dinas Sosial Tegal, Jawa Tengah, Selasa (30/8). Sebanyak 30 gelandangan dan satu balita yang terjaring razia itu kemudian menjalani pemeriksaan infeksi menular seksual (IMS) untuk selanjutnya dikirim ke panti sosial guna mendapat pembinaan dan latihan keterampilan. ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/kye/16

tirto.id - Dana Moneter Internasional (IMF) mengingatkan akan terjadi ledakan besar terhadap jumlah orang-orang di jalan atau gelandangan secara global. Kondisi itu tidak terlepas akibat meningkatnya inflasi di beberapa negara dunia.

"Akan ada 'orang-orang di jalan' secara global kecuali langkah-langkah diambil untuk melindungi yang paling rentan dari inflasi," kata Kepala Dana Moneter Internasional (IMF), Kristalina Georgieva dikutip dari CNN, Senin (26/9/2022).

Dia berharap seluruh negara bisa mengambil tindakan agar tidak meningkatnya golongan tunawisma. Hal itu penting untuk menekan angka krisis yang akan terjadi.

“Jika kita tidak menurunkan inflasi, ini akan merugikan mereka yang paling rentan, karena ledakan harga pangan dan energi bagi mereka yang lebih mampu adalah ketidaknyamanan bagi orang miskin, tragedi. Jadi kita memikirkan orang miskin terlebih dahulu ketika kita menganjurkan untuk menyerang inflasi dengan paksa," katanya.

Dia mengatakan, lonjakan inflasi akan diikuti dengan kebijakan hawkish atau agresif bank sentral di seluruh dunia dengan menaikkan suku bunga. Karena tidak ada pilihan lain yang bisa ditempuh untuk menekan inflasi yang tinggi.

Karenanya, kebijakan fiskal harus menjadi penolong bagi masyarakat di tengah kondisi tersebut. Sebab, kenaikan suku bunga bank sentral akan membuat masyarakat rentan lebih tertekan.

"Kebijakan fiskal, itu akan menjadi musuh kebijakan moneter, karena Anda meningkatkan permintaan dan itu mendorong harga naik lagi, dan kemudian harus ada pengetatan lebih lanjut," kata dia.

Lebih lanjut, Kristalina menuturkan peristiwa yang telah mendorong kenaikan harga terjadi saat varian Omicron dari COVID-19 dan invasi Rusia ke Ukraina. Kedua peristiwa itu menjadikan inflasi hari ini sebagai musuh terbesar bagi banyak negara.

“Tahun ini berat, tahun depan lebih berat. Mengapa? Karena goncangan demi goncangan. Hanya dalam waktu tiga tahun: pandemi (belum berakhir), perang, invasi Rusia mendorong harga energi dan pangan naik, dan kemudian hasilnya adalah krisis biaya hidup," katanya.

Baca juga artikel terkait DAMPAK INFLASI atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin