tirto.id - Dokter Fernando Guedes da Cunha asal Brazil viral karena menari bersama seorang wanita hamil. Di dalam ruangan yang penuh dengan peralatan medis itu, ia memutar lagu “Despacito” dan mulai bergoyang dengan pasiennya. Sang wanita, sesaat lagi menghadapi persalinan, Fernando mengajaknya menari untuk membuatnya rileks.
Selama masa kehamilan, selain mencukupi kebutuhan gizi, para ibu juga dianjurkan untuk berolahraga. Alasan utamanya tentu agar badan tetap bugar. Selain itu, penelitian oleh Sarah G. Sanders (2008), menyatakan olahraga bisa memperbaiki suasana hati dan bagus buat kesehatan mental.
Bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang rajin berolahraga juga diyakini punya kemampuan neurologis lebih baik. Bagi orang yang sudah terbiasa berolahraga, menurunkan frekuensi olahraga selama hamil malah bisa menimbulkan efek buruk: energi berkurang dan cenderung depresi.
Jika Anda menganggap olahraga sebagai aktivitas membosankan dan sulit dilakukan ketika hamil, menari adalah salah satu hal yang patut dicoba.
Menari sebelum bersalin, seperti yang dianjurkan dokter da Cunha kepada pasiennya, memang memiliki beragam manfaat. Di antaranya adalah membuat tubuh lebih berstamina dan menghilangkan rasa tak nyaman seperti pegal-pegal saat hamil. Rutinitas ini juga bisa meminimalkan tindakan medis selama persalinan dan mempersingkat periode pemulihan pasca-persalinan.
Gerakan menari membantu mempersiapkan persalinan karena melatih kekuatan perut, punggung atas, dan kekuatan kaki. Ann Cowlin, penggagas sekaligus pemilik Dancing Thru Pregnancy (DTP), mengamini hal ini. Ia menyatakan, konsistensi menari meminimalkan risiko diabetes gestasional dan komplikasi kehamilan lainnya.
“Tarian aerobik sangat penting, karena bisa mengurangi risiko gangguan hipertensi (misalnya preeklamsia) dan [bayi] prematur,” katanya, seperti ditulis Parents.com.
Menari merupakan salah satu cara aman dan menyenangkan untuk olahraga selama hamil. Aktivitas ini membantu para calon ibu untuk tetap bisa bergerak secara fleksibel. Menari juga membantu membuat otot, jantung, dan paru-paru lebih kuat. Untuk menjaga intensitas berolahraga, cobalah menari minimal 30 menit sebanyak tiga atau empat kali dalam seminggu. Atau, supaya tidak bosan, gabungkan dengan jenis olahraga ringan lainnya, seperti renang atau yoga hamil.
Manfaat menari saat hamil tak hanya didapat oleh ibu, tapi juga anak yang dilahirkan. Bellieni C.V di tahun 2004 meneliti 44 wanita yang menari selama kehamilan. Hasilnya menunjukkan anak-anak yang mereka lahirkan cenderung harus ditimang sebelum tidur. Di sisi lain, penelitian itu menunjukkan anak-anak ini jadi memiliki ketertarikan lebih untuk memainkan alat musik ketimbang anak lain.
Jenis Tarian Aman saat Hamil
Meski bermanfaat, para ibu hamil juga perlu memilih jenis tarian yang cocok dilakukan. Pilih gerakan tari yang tidak terlalu menekan persendian atau bertopang pada satu kaki. Perubahan hormon saat hamil membuat tubuh lebih rentan karena terjadi peregangan atau stres pada sendi. Tarian jazz, samba, ballroom, dan salsa masih aman dilakukan, terutama di awal kehamilan. Hanya saja, butuh penyesuaian ritme gerakan saat kehamilan mulai membesar.
Tari perut dengan ritme lambat juga bagus untuk mengencangkan otot perut, menjaga fleksibilitas, dan menjaga postur tubuh. Sementara tari yang gerakannya terlalu menghentak seperti hip-hop, urban street, dan balet perlu dihindari.
Jenis tari yang terakhir hanya boleh dilakukan ketika sudah terbiasa. Sebab gerakannya memberi banyak tekanan pada persendian, terutama pelvis. Gerakan yang sering dilakukan dalam tarian balet, seperti berdiri dengan satu kaki dan berulang kali melompat, dapat merusak sendi dan mengakibatkan rasa sakit di panggul.
Sebelum bergoyang, lakukan pemanasan untuk mempersiapkan otot dan jantung. Melewatkan pemanasan bisa menyiksa ligamen, sendi, dan menyebabkan cedera. Jangan lupa pula membawa air minum dan camilan agar asupan makanan dan cairan tetap terjaga selama menari.
Anda harus bersemangat, tapi jangan ngoyo. Aktivitas menari perlu dihentikan ketika Anda merasa pusing atau terhuyung, sesak napas, nyeri dada, sakit kepala, kelemahan otot, nyeri pada betis atau mengalami pembengkakan. Waspadai pendarahan pada vagina, kontraksi rahim, penurunan janin, dan kebocoran cairan dari vagina. Hal-hal itu menandakan Anda berlatih terlalu keras.
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani