tirto.id - Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra memprediksi total kasus subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 di Indonesia bisa sampai 5 sampai 10 kali lipat di populasi masyarakat dari yang sudah dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yaitu sebanyak 143 kasus.
Menurut dia, angka yang dilaporkan Kemenkes itu baru yang terdeteksi melalui pemeriksaan whole genome sequencing (WGS).
“Tetapi sesungguhnya, angka ini kan angka yang kecil kalau kita pahami fenomena gunung es. Artinya, kemungkinan di populasi itu angkanya jauh lebih besar bisa 5 sampai 10 kali lipat,” terang Hermawan ketika dihubungi Tirto pada Jumat (24/6/2022) siang.
Oleh karena itu, pihaknya menduga kenaikan kasus kedua subvarian Omicron ini akan terus terjadi ke depannya. Dia juga menyebut dalam sebulan terakhir ini, kasusnya banyak disumbangkan oleh BA.4 dan BA.5.
Hermawan mengusulkan, upaya yang harus dilakukan Indonesia di samping penguatan pemeriksaan WGS, tetapi juga adanya kesadaran kembali kepada protokol kesehatan atau prokes. Selain itu, juga bisa disiasati oleh pendekatan strategi yang tepat melalui penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
“Dan saya pikir, pendekatan ini harus mulai dievaluasi secara serius, fokus, dan terarah sesuai dengan peta risiko yang sudah diidentifikasi dengan adanya 143 kasus subvarian Omicron ini,” tambah dia.
Hermawan juga mengatakan bahwa penguatan upaya melakukan tes COVID-19 (testing) dan penelusuran kontak erat (tracing) juga perlu dilakukan ke depannya dan jangan kendor. “Karena situasi perilaku [masyarakat terhadap prokes] juga sangat kendor, jadi kebijakan dan upaya testing, tracing, jangan sampai kendor,” kata dia.
Penulis: Farid Nurhakim
Editor: Restu Diantina Putri