Menuju konten utama

Hewan Kurban Laris Manis, Dompet Warga Bali Kian Gemuk

Menjelang Iduladha, permintaan terhadap kambing dan sapi melonjak signifikan tak terkecuali di Bali. Simak selengkapnya.

Hewan Kurban Laris Manis, Dompet Warga Bali Kian Gemuk
Kambing-kambing milik pedagang di sekitar Kampung Muslim Wanasari yang terletak di Kota Denpasar, Senin (26/05/2025). tirto.id/Sandra Gisela

tirto.id - Iduladha sebentar lagi tiba. 1 Dzulhijjah 1446 H ditetapkan jatuh pada Rabu, 28 Mei 2025. Dengan demikian, hari raya Iduladha atau 10 Dzulhijjah 1446 H dipastikan jatuh pada Jumat pagi, 6 Juni 2025, bertepatan dengan penetapan yang dilakukan oleh Muhammadiyah melalui metode hisab hakiki wujudul hilal.

Hari raya ini juga menjadi tonggak diadakannya ibadah besar, yakni haji dan kurban. Bagi muslim yang mampu, maka mereka akan berangkat haji ke Mekkah. Namun, untuk yang belum mendapatkan kesempatan berangkat haji, mereka akan membeli ternak untuk disembelih. Daging sembelihan itu nantinya akan dinikmati sebagian oleh shohibul qurban (orang yang melakukan ibadah kurban) dan sebagian dibagikan kepada fakir miskin.

Tidak heran, menjelang Iduladha, permintaan terhadap kambing dan sapi melonjak signifikan. Keduanya merupakan ternak yang kerap digunakan sebagai kurban bagi umat muslim usai salat Iduladha. Di Bali, kini penjual dan peternak hewan ternak terus didatangi pembeli yang mencari hewan kurban terbaik untuk hari suci mendatang.

Gairah transaksi sapi kurban di Pasar Beringkit, misalnya, kian menggelora beberapa hari menjelang Iduladha. Pasar yang terletak di Desa Mengwitani, Kabupaten Badung tersebut merupakan pasar hewan terbesar di Bali yang mampu menjual ratusan hingga ribuan ternak sapi setiap hari Rabu dan Minggu. Tidak hanya untuk keperluan warga lokal saja, tetapi terdapat transaksi dengan eksportir antar-pulau yang membeli sapi untuk pembeli di luar Bali.

Hewan Kurban di Kota Denpasar

Kambing-kambing milik pedagang di sekitar Kampung Muslim Wanasari yang terletak di Kota Denpasar, Senin (26/05/2025). tirto.id/Sandra Gisela

Sapi-sapi tersebut ramai ditambatkan di los-los pasar. Sejumlah juragan sapi terlihat bercakap-cakap dengan para pembeli, bernegosiasi mengenai harga dan jumlah sapi yang hendak dibeli. Besar harapan mereka agar sapi tersebut laku terjual, terutama Iduladha merupakan momen yang dinantikan. Biasanya, ketika momen hari besar, sapi-sapi akan tandas ketika matahari sudah berada di atas kepala sebab habis diborong pembeli.

“Namun, tahun ini turun. Kurang lebih 20 sampai 25 persen dibandingkan tahun sebelumnya,” kata Putu, seorang penjual sapi, kepada Tirto yang berkunjung ke lokasi, Rabu (28/05/2025).

Menurut Putu, ada beberapa penyebab yang membuat penjualan sapi di Pasar Beringkit menjadi lesu. Pertama, kondisi ekonomi masyarakat yang turut lesu membuat pembelian sapi bergeser dari perorangan menjadi kelompok. Daging yang dibeli secara berkelompok tersebut dapat dibagi-bagi, sehingga menjadi lebih murah.

Kedua, faktor kuantitas pengiriman sapi ke luar daerah yang menurun. Para penjual menduga bibit sapi Bali sudah banyak dikembangkan di luar pulau, sehingga tidak perlu lagi menunggu pasokan sapi dari Bali untuk datang. Selain itu, merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK) sapi di berbagai daerah luar Bali menjadikan masyarakat takut untuk membeli ternak sapi.

Meskipun secara kuantitas lebih rendah dibandingkan momen Iduladha tahun sebelumnya, Putu mengeklaim penjualan sapi menjelang Iduladha 2025 lebih tinggi 30 hingga 35 persen dibandingkan penjualan sapi hari biasa. Peningkatan tersebut terasa dari jumlah truk yang mengangkut sapi-sapi dari losnya, bahkan pengiriman mencapai puluhan truk dalam satu bulan. Per hari Rabu (28/05/2025), menurut Putu, penjualan sapi di Pasar Beringkit sudah mencapai 400 ekor.

“Banyak yang mengincar sapi Bali karena mungkin kualitas dagingnya. Biasanya ini diekspor ke Jawa, seperti Jakarta. Kalau (permintaan) lokal, bisa di seluruh Bali. Keliling,” terangnya.

Hewan Kurban di Pasar Beringkit

Sapi yang diperdagangkan di Pasar Beringkit, Desa Mengwitani menjelang Idul Adha, Rabu (28/05/2025). tirto.id/Sandra Gisela

Seorang penjaga ternak sapi milik seorang juragan, Matkribo, juga mengungkap hal yang sama. Pasar sentral untuk hewan di Kabupaten Badung itu baru akan ramai menjelang hari raya. Meskipun demikian, dia memastikan ternak-ternak milik juragannya itu dalam keadaan sehat dan memenuhi syarat yang sah untuk nantinya dijadikan hewan kurban.

“Kalau lokalan belum (laku). Kayaknya baru terasa tiga atau empat hari menjelang Iduladha. Sekarang belum terlalu terlihat,” katanya.

Untuk harga, ternak sapi tergantung ukuran dan berat hewannya dengan kisaran Rp47.000 hingga Rp49.000 per kilogram. Sapi yang paling banyak dicari adalah sapi berukuran sedang dengan berat 250 hingga 350 kilogram. Sementara sapi besar atau premium berukuran 350 hingga 450 kilogram dan biasa dibeli oleh kalangan tertentu, misalnya pejabat.

Matkribo menambahkan, keseluruhan ternak sapi yang ada di Pasar Beringkit berasal dari Bali. Mereka mendapatkannya dari peternak di kawasan Kintamani, Kabupaten Bangli atau Kabupaten Karangasem, lalu dibawa ke Beringkit untuk dijual kepada eksportir atau pembeli individu.

Penjualan Kambing Mulai Menanjak

Tidak hanya sapi yang diminati menjelang Iduladha. Bergeser menuju Kota Denpasar, pembeli sudah mulai tampak membeli kambing di Kampung Muslim Wanasari untuk kurban. Wilda Al’alu, seorang pemilik usaha ternak kambing, menyebutkan 150 ekor ternak kambing milik keluarganya sudah laris. Dia memperkirakan jumlah tersebut akan menanjak tiga hari menjelang Iduladha.

“Paling lakunya yang harga Rp3,5 juta ke atas, yang paling murah. Yang beli banyaknya dari luar sini (Denpasar),” terang Wilda ketika diwawancarai Tirto, Senin (26/05/2025).

Penjualan 150 ekor ternak kambing merupakan hal yang Wilda syukuri, sebab dibandingkan hari biasa, angka tersebut cukup fantastis. Pada hari-hari biasa, belum tentu ada orang yang membeli ternak kambing. Hanya pada saat ada hajatan, seperti akikah atau pernikahan, barulah kambing-kambing tersebut laku hingga tujuh ekor per acara.

“Tahun lalu bisa 200 ekor. InsyaAllah sekarang masih ada potensi (untuk menjual lebih banyak),” ucapnya.

Hewan Kurban di Kota Denpasar

Kambing-kambing milik pedagang di sekitar Kampung Muslim Wanasari yang terletak di Kota Denpasar, Senin (26/05/2025). tirto.id/Sandra Gisela

Pedagang kambing lainnya, Karimawan, sepakat dengan Wilda. Penjualan kambing memang baru menggeliat seminggu menjelang Iduladha. Pada hari Senin (26/05/2025), pedagang yang sudah melapak sejak tahun 1980-an tersebut sudah menjual sebanyak 25 ekor kambing. Sebagai tambahan rezeki, dia juga mendapatkan pesanan satu ekor sapi dari sebuah garmen senilai Rp25 juta.

“Tahun ini sudah menyiapkan 200 ekor. Tahun lalu sempat laku sebanyak 300 ekor, termasuk tinggi. Pemasoknya dari Singaraja, Pupuan, dan Asah Gobleg. Dari dalam Bali,” kata Karimawan.

Di wilayah Kampung Muslim Wanasari, menurut Karimawan, kisaran harga untuk ternak kambing berkisar antara Rp2,5 juta hingga 5 juta. Terdapat pula kambing berukuran besar atau kambing super yang berada di angka Rp6 juta per ekornya. Berbeda dengan sapi yang dibeli secara berkelompok, kambing kurban kerap dibeli secara individual.

Karimawan menambahkan, kambing-kambing tersebut dipastikan kualitas kesehatannya sebelum dijual. Dia rutin memastikan kesehatan hewannya dengan cara melihat berat badan dan semangat untuk makan.

“Kalau dia enggak sehat, seperti dia enggak mau makan. Tapi sekarang aman,” tutupnya.

Pulau Dewata Siap Menyambut Iduladha

Iduladha momen meningkatkan ketakwaan kepada Allah dengan melaksanakan kurban dari ternak sapi, kambing, atau domba. Menurut Kepala Bidang Bimbingan Masyarakat Islam Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Provinsi Bali, Abu Siri, hewan yang digunakan untuk berkurban harus memenuhi syarat-syarat dan ketentuan.

“Termasuk di antaranya, hewan yang dipakai untuk berkurban itu adalah hewan yang sehat. Yang gemuk, bukan yang kurus. Hewannya harus tidak cacat, harus sempurna hewannya itu,” terang Abu Siri kepada Tirto yang bertandang ke kantornya, Selasa (27/05/2025).

Nantinya, umat Islam akan langsung memberikan kurbannya kepada masjid atau lembaga yang mengelola hewan kurban. Panitia kurban yang berada dalam tiap-tiap tempat tersebut yang merawat hewan-hewan tersebut sebelum salat Idul Adha. Setelah salat dilaksanakan pada 6 Juni, barulah hewan-hewan itu dikurbankan.

Selain kurban-kurban oleh masyarakat, Presiden Prabowo Subianto juga akan memberikan bantuan hewan kurban. Menurut Abu Siri, sapi yang terpilih menjadi kurban Presiden memiliki standar dan berat tertentu. Biasanya sapi tersebut berukuran jumbo dengan bobot melebihi 600 kilogram. Pengadaan sapinya pun mengutamakan sapi lokal hasil ternak masyarakat Bali sendiri.

“Biasanya tahun-tahun yang lalu itu, satu provinsi hanya satu hewan kurban saja untuk bantuan Presiden. Namun, untuk tahun ini, sembilan kabupaten dan kota di Bali semuanya mendapatkan satu-satu,” ungkapnya.

Kementan pastikan stok sapi dalam negeri bebas PMK

Pekerja menunjukkan stiker keterangan kesehatan hewan kurban usai pemeriksaan di Karawaci, Kota Tangerang, Banten, Rabu (28/5/2025). Kementerian Pertanian memastikan ketersediaan stok sapi dalam negeri yang mencapai sebanyak 784.668 ekor aman untuk kebutuhan menjelang Idul Adha 1446 H dan bebas dari ancaman penyakit mulut dan kuku (PMK). ANTARA FOTO/Putra M. Akbar/rwa.

Kanwil Kemenag Provinsi Bali mengaku sudah merekomendasikan satu masjid di setiap kabupaten dan kota kepada Pemprov Bali. Untuk Denpasar sendiri, masjid yang menjadi rekomendasi adalah Musala Thoriiqussalam yang terletak di Sanur Kauh, Denpasar Selatan.

Euforia pembelian hewan kurban ini lantas akan menanjak pesat seiring dengan mendekatnya hari besar tersebut. Lalu lintas perdagangan hewan ternak yang melonjak jelang Idul Adha membuat Balai Besar Karantina Provinsi Bali turun tangan. Mereka memastikan agar setiap ternak yang dilalulintaskan melalui Bali telah memenuhi standar kesehatan dan kelayakan.

“Peningkatan pengawasan ini dilakukan karena adanya lonjakan pengiriman hewan kurban, serta untuk memastikan kesehatan hewan kurban yang dilalulintaskan melalui Bali,” kata Kepala Balai Besar Karantina Provinsi Bali, Heri Yuwono, di Denpasar, Rabu (28/05/2025).

Sejak Januari hingga Mei 2025, sebanyak 40.995 sapi telah dilalulintaskan melalui 1.443 kali pengiriman melalui Bali. Heri mengungkap, seluruh pengiriman tersebut dipastikan sudah melalui prosedur pemeriksaan karantina yang ketat, meliputi verifikasi dokumen persyaratan dan evaluasi kondisi kesehatan ternak untuk memastikan bebas dari Hama dan Penyakit Hewan Karantina (HPHK).

“Pemeriksaan tersebut dilakukan oleh tim profesional Karantina Bali yang terdiri dari dokter hewan dan paramedik karantina hewan di tiga titik utama: Pelabuhan Gilimanuk, Pelabuhan Celukan Bawang, dan Pelabuhan Benoa,” tegasnya.

Infografik SC Kurban Bebas PMK

Infografik SC Kurban Bebas PMK. tirto.id/Quita

Bali, menurut Heri, merupakan salah satu daerah pemasok utama sapi potong di wilayah timur Indonesia. Oleh sebab itu, pengawasan karantina yang optimal menjadi kunci untuk memastikan bahwa distribusi hewan kurban ke daerah lain lancar, aman, dan tidak menjadi sumber penularan penyakit hewan antar-wilayah.

“Kami ingin memastikan bahwa hewan kurban yang dikonsumsi benar-benar sehat dan aman. Upaya ini adalah bagian dari pelayanan publik yang berdampak langsung terhadap kesehatan dan kesejahteraan masyarakat luas,” pungkas Heri.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Kadistan) Bali, I Wayan Sunada, mengungkap hewan ternak, khususnya sapi, di Pulau Dewata telah diberi vaksinasi untuk mencegah PMK. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali bahkan menyuntikkan vaksin tersebut sebanyak lima kali untuk mengantisipasi PMK menjelang Iduladha.

“Walaupun PMK itu bersifat carrier, tetapi kita sudah melakukan vaksinasi lima kali untuk menjaga antibodi dari sapi tersebut, sehingga laporan dari peternak kita atau dari kabupaten, tidak ada (sapi yang terserang PMK),” ungkap Sunada di Kantor DPRD Provinsi Bali, Rabu (14/05/2025).

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali juga memberikan jatah sekitar 40 ribu ekor sapi kepada peternak lokal yang ingin mengirimkan sapi ke Jawa sepanjang 2025. Kuota tersebut termasuk kebutuhan pengiriman sapi untuk Iduladha.

“Sekarang tidak ada (pembatasan per caturwulan). Kita sudah buka semua, bebas pelaku usaha kita untuk memasarkan ternak sapinya, tetapi dengan target 40 ribu itu. Jangan lebih dari itu. Kalau kita tambah, habis sapi di Bali. Tahun depan, apa yang mau dipasarkan?” tutupnya.

Baca juga artikel terkait IDULADHA atau tulisan lainnya dari Sandra Gisela

tirto.id - News Plus
Kontributor: Sandra Gisela
Penulis: Sandra Gisela
Editor: Anggun P Situmorang