Menuju konten utama

Kontrol Diri Kunci Jaga Kesehatan Tubuh saat Rayakan Iduladha

Masyarakat perlu bijak mengkonsumsi daging kurban Iduladha agar tidak menimbulkan masalah kesehatan.

Kontrol Diri Kunci Jaga Kesehatan Tubuh saat Rayakan Iduladha
Panitia dan remaja masjid memotong daging kurban sebelum dibagikan di kawasan Menteng Atas, Setiabudi, Jakarta.

tirto.id - Gulai kambing dan sop buntut adalah sajian andalan Lita, 28 tahun, saat mengolah jatah daging kurban saban tahun. Dia merasa Iduladha tahun ini jauh lebih spesial karena untuk pertama kali bakal dirayakan bersama pasangan. Perempuan yang bekerja sebagai barista di salah satu kedai kopi di Kota Bogor ini baru saja menikah dua bulan lalu.

“Tentu jadi lebih semangat buat masak, karena ada suami sekarang jadi menunya mungkin ditambah nurutin kesukaannya,” ujar Lita kepada reporter Tirto, Jumat (14/6/2024) malam.

Menurut Lita, pasangannya tersebut tidak begitu suka menu dari bahan daging kambing. Selain karena tak suka pada aromanya, suami Lita mengaku kerap pusing saat makan masakan berbahan dasar kambing. Karena itu, Lita akan mencoret menu sate kambing dari dapur rumahnya tahun ini.

“Paling kalau di rumah masak yang dari sapi aja, aku makan sih daging kambing, cuma kan kalau bawa ke rumah tetap ada baunya ya jadi paling nggak akan diolah banyak,” ucap Lita.

Sementara itu, Hafiz (32), justru sangat menantikan sajian olahan daging kambing kurban. Dia mengaku menggemari olahan daging kambing sebab menyukai tekstur dagingnya ketika disantap. Menu favorit pria yang berprofesi sebagai marketing pada salah satu perusahaan swasta di Jakarta ini adalah tongseng dan tengkleng.

“Kalau aku kayaknya sih mau dibikin tengkleng ya, keluargaku kan memang dari Solo mas jadi sudah khatam gitu loh untuk bikinnya juga, pasti enak,” kata Hafiz kepada reporter Tirto.

Hafiz sendiri mengaku memang lama-kelamaan ketika makan daging dalam porsi banyak membuatnya sedikit pusing. Biasanya, kata dia, hampir sepekan penuh pasti ada menu olahan daging kurban di meja makan keluarganya. Maka dari itu, dia berencana untuk tahun ini diimbangi dengan olahraga agar menjaga tubuh tetap fit di masa Idul Adha.

“Kayaknya aku pengen nambah jogging deh kalau sore, karena kan menu dagingnya nggak bisa dihindari di rumah. Sama itu juga sih paling kita akalin dengan makan dengan porsi minimalis juga,” ujar dia.

Euforia menyambut dan merayakan Iduladha memang tak bisa lepas dengan sajian olahan daging kurban yang bakal memenuhi meja makan. Menu-menu andalan seperti sate, gulai, rendang, tongseng, hingga sop akan sering disantap di masa Iduladha.

Tahun ini, Iduladha jatuh pada Senin (17/6/2024), sejumlah pakar kesehatan memberikan kiat dan wanti-wanti dalam mengolah dan menyantap daging kurban. Bukan tanpa sebab, meski mengandung banyak protein, konsumsi daging yang berlebihan juga bisa memicu berbagai kondisi penyakit. Kondisi seperti hipertensi, asam urat, hingga keluhan kolesterol jadi momok yang perlu diwaspadai dalam konsumsi daging kurban.

PAMBAGIAN DAGING KURBAN

Panitia dan remaja masjid menghitung berat daging kurban sebelum dibagikan di kawasan Menteng Atas, Setiabudi, Jakarta, Jumat (1/9/2017). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Narila Mutia Nasir, menyampaikan bahwa masyarakat perlu bijak mengkonsumsi daging kurban agar justru tidak menimbulkan masalah kesehatan. Meskipun daging kaya protein, kata dia, tetap harus diingat bahwa ada angka kecukupan protein yang dibutuhkan oleh tubuh per harinya.

“Kalau menurut Angka Kecukupan Gizi orang Indonesia itu antara 50-75 gram per hari, bervariasi berdasarkan umur dan jenis kelamin. Nah protein kalo dimakan lebih banyak dari yang dibutuhkan tubuh dia akan tersimpan menjadi lemak,” kata Narila kepada reporter Tirto.

Persentase lemak yang berlebih dalam tubuh bisa menjadi faktor risiko penyakit. Terutama pada penyakit tidak menular seperti jantung, diabetes, stroke, dan kanker.

Dia mencontohkan, satu gram protein akan menghasilkan 4 kalori, artinya jika saat sekali makan daging seseorang bisa sampai 200 gram protein maka akan menghasilkan 800 kalori. Menurut Narila, untuk membakar kalori yang tinggi tersebut butuh jalan kaki sekitar tiga jam atau lari sejauh 8 kilometer.

“Jadi mengkonsumsi daging sewajarnya saja,” ujar dia.

Di sisi lain, Narila juga mewanti-wanti dalam mengkonsumsi jeroan hewan kurban. Menu jeroan sapi atau kambing juga kerap menjadi andalan masyarakat selain daging. Namun, kata Narila, konsumsi jeroan tidak boleh banyak-banyak karena mengandung kolesterol yang tinggi.

“Bukan berarti nggak boleh, hati misalnya, sumber vitamin A dan Fe. Konsumsi sewajarnya karena itu tadi kalau kebanyakan malah menimbulkan masalah, kebanyakan makan hati ya malah jadi mual dan pusing karena ada efek toksiknya,” jelas Narila.

Mencegah penyakit akan lebih baik daripada mengobati. Hal tersebut bisa dicapai dengan kontrol diri dalam mengkonsumsi santapan-santapan dari olahan hewan kurban.

Sementara itu, Pengurus Ikatan Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Iqbal Mochtar, menyampaikan daging kambing dan sapi memang tinggi kolesterol, maka yang memiliki riwayat kondisi ini sebaiknya tidak lupa minum obat. Namun, hal ini bisa dicegah dengan tidak mengkonsumsi daging dalam jumlah terlampau banyak.

“Karena kan banyak pasti momen yang buka kesempatan makan daging. Kadang bisa di rumah, di tetangga atau kerabat, selama Iduladha ini,” kata Iqbal kepada reporter Tirto.

Waspada Penyakit Zoonosis

Di sisi lain, manajemen pemotongan hewan yang baik juga perlu diperhatikan para petugas kurban agar tidak menimbulkan masalah kesehatan. Dalam proses pemotongan hewan kurban tentu akan menimbulkan limbah seperti kotoran, isi perut, hingga darah. Pengelolaan limbah hewan kurban dengan tata kelola buruk dan serampangan justru rawan memicu penyebaran penyakit.

“Perlu disiapkan sarana pemotongan khusus, jangan seadanya di depan rumah atau tempat umum karena darahnya harus dialirkan ke tempat sesuai agar tidak menyebarkan penyakit,” ujar Iqbal.

Tempat pemotongan, kata dia, sebaiknya jauh dari tempat memasak daging. Adapun daging setelah dipotong disarankan untuk dicuci dan dibawa ke tempat bersih.

“Memang ada potensi penyakit zoonosis [dari hewan kurban], misalnya penyakit antrax dan salmonellosis. Jadi harus dimasak sampai benar-benar matang juga,” tambah dia.

Menurutnya, kesehatan dan kelayakan hewan kurban memang menjadi kunci penting untuk mencegah adanya penyebaran penyakit zoonosis atau penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia. Petugas kurban harus memastikan hewan yang akan dipotong tidak dalam kondisi sakit atau cacat.

“Yang memotong [hewan kurban] akan bagus lagi jika pakai apron dan kacamata ya agar percikan-percikan darah tidak mengenai mereka. Dan harus langsung mandi bersih setelah pemotongan,” tutur Iqbal.

Pemeriksaan hewan kurban di Kendari

Petugas mengecek mulut sapi saat pemeriksaan kesehatan hewan kurban di Kendari, Sulawesi Tenggara, Sabtu (15/6/2024). ANTARA FOTO/Andry Denisah/YU/aww.

Peneliti kesehatan lingkungan dari Global Health Security Griffith University, Dicky Budiman, memandang penyakit zoonosis yang perlu diwaspadai dari hewan kurban adalah anthrax dan brucellosis. Anthrax disebabkan oleh bakteri bacillus anthracis yang dapat menginfeksi manusia lewat kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi atau melalui konsumsi daging hewan yang terkontaminasi.

“Kalau brucellosis, infeksi bakteri brucella ini ditularkan melalui kontak dengan darah, cairan tubuh atau jaringan hewan terinfeksi. Termasuk salmonellosis, bakteri yang ditularkan melalui salmonella karena konsumsi daging kurang matang, makanya masak sampai matang, dibakar sampai matang,” ujar Dicky kepada reporter Tirto.

Dicky menyatakan kesehatan hewan kurban harus dicek rutin sebelum dipotong, atau jika memungkinkan memiliki sertifikasi sehat. Di sisi lain, diupayakan agar tidak kontak langsung dengan darah dan jaringan hewan tanpa pelindung seperti sarung tangan atau apron.

“Pisaunya [untuk sembelih hewan] harus betul-betul setajam, bersih, termasuk tempat untuk menyembelihnya juga harus bersih. Misalnya jauh dari sampah, bersih buat lubang untuk darahnya,” kata dia.

Termasuk, kata Dicky, dalam pembagian hewan kurban perlu diperhatikan tata kelolanya. Wadah atau kantong untuk daging hewan kurban harus dipastikan bersih dan steril.

“Setelah hewan itu disembelih, limbah hewan harus dikelola dengan baik untuk mencegah kontaminasi lingkungan dan penularan penyakit. Jadi, sebaiknya dikubur, jangan dibuang mendekati sumber air [untuk minum] ini penting disiapkan,” tutur Dicky.

Baca juga artikel terkait IDULADHA 2024 atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Anggun P Situmorang