tirto.id - Wakil Menteri Sosial (Wamensos), Agus Jabo Priyono, menyampaikan pesan tentang pentingnya Pancasila sebagai cita-cita luhur bangsa yang mengusung tercapainya kemakmuran, keadilan, dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pesan ini ia sampaikan dalam Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila yang digelar di kantor Kementerian Sosial, Jakarta, pada Senin (2/6/2025). Dalam kesempatan tersebut, Agus Jabo juga membacakan sebuah puisi.
Dalam pidatonya, ia menekankan bahwa pembangunan harus berlangsung secara merata dan inklusif, tanpa ada satu pun warga negara yang tertinggal dari tanggung jawab kolektif ini.
"Kita masih memikul tanggung jawab besar, yaitu menurunkan angka kemiskinan, mengurangi ketimpangan, serta membangun sistem perlindungan sosial yang kuat dan benar-benar bermanfaat," kata Agus Jabo.
Menurut dia, tugas tersebut harus diemban bersama dengan langkah nyata, bukan sekadar kata. Kolaborasi dan keberpihakan pun menjadi kunci utama, di samping koordinasi dan regulasi.
"Mari kita jadikan peringatan Hari Lahir Pancasila bukan hanya untuk mengingat tapi untuk bergerak lebih cepat dan luas," ujar dia.
Agus Jabo menambahkan, Pancasila yang dicetuskan pada 1 Juni 1945 lahir dari rahim perdebatan, penderitaan, dan cinta mendalam kepada Indonesia. Sebagai dasar negara, Pancasila hadir ketika rakyat hidup dalam ketertinggalan di bawah sistem yang menindas.
"Pancasila lahir sebagai jalan tengah yang bijaksana," kata Agus Jabo.
Selain menjadi pemersatu bangsa, Pancasila memuat janji keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam konteks ini, Agus Jabo mengungkapkan masalah kemiskinan masih belum selesai meski Indonesia sudah 79 tahun merdeka.
"Keterbatasan masih menjadi wajah sebagian rakyat kita, di sinilah Kemensos selalu ada," ujar dia menegaskan.
Kemensos, kata Agus Jabo, hadir bukan sekadar untuk urusan administrasi saja melainkan menjadi garda terdepan perjuangan kemanusiaan. Hal ini diwujudkan lewat Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional (DTSEN) sebagai acuan agar bantuan sosial lebih adil dan tepat sasaran.
Selain DTSEN, Sekolah Rakyat juga menjadi program prioritas Kemensos. Program tersebut diharapkan dapat memutus rantai kemiskinan. Kemensos hadir lewat sekolah-sekolah yang memberi harapan baru bagi anak-anak keluarga miskin ekstrem yang selama ini kesulitan mengakses pendidikan. Di Sekolah Rakyat, mereka bisa tinggal di asrama dan belajar dengan layak untuk mengejar masa depan.
Pada kesempatan itu, Agus Jabo tidak lupa menyampaikan rasa bangga dan hormat kepada seluruh ASN serta para pegawai Kemensos yang menurut dia, "bekerja dalam diam, namun penuh arti."
Kepada para pendamping Program Keluarga Harapan (PKH), Taruna Siaga Bencana (Tagana), Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), Karang Taruna, Pelopor Perdamaian (Pordam), dan Pekerja Sosial Masyarakat (PSM), Agus Jabo lpun menyampaikan pujian. Mereka dianggap telah bekerja keras serta memberikan harapan dan rasa peduli untuk memastikan masyarakat tidak terjebak Dalam jurang kemiskinan.
"Mereka semua adalah wujud nyata dari Pancasila, yang bekerja, bergerak, dan menyentuh langsung bagi rakyat," kata dia.
Sebagai penutup, Wamensos Agus Jabo membacakan sebuah puisi sebagai berikut:
Pancasila di Tangan yang Bekerja
Pancasila bukan sekadar sila
Ia suara hati dan suara jiwa
dari Sentra Darussa'adah Aceh hingga Balai Kemensos yang ada di Papua
Ia hidup dalam tekad bersama
Pancasila hidup dalam keringat petani, nelayan, pemulung, tukang tambal ban, dan calon-calon siswa Sekolah Rakyat
Kami lihat Pancasila di tangan-tangan pendamping sosial yang menyapa
Kami lihat Pancasila di dapur-dapur Tagana yang menanak harapan dari bantuan yang tiba
Kami lihat Pancasila di langkah letih pendamping PKH yang tak pernah mengeluh
Kami juga melihat Pancasila di mata ibu penulung yang berkata lirih: Terima kasih negara telah peduli pada kami
Pancasila bukan sekadar lima sila di kertas kerja
Tetapi Pancasila adalah lima cahaya yang membelah gelapnya luka
Ia tumbuh dalam gerimis Sekolah Rakyat yang tak gentar mengajak anak negeri menatap masa depan yang lebih mandiri
Pancasila bukan sekadar lambang
Ia adalah tangan yang menghapus air mata, jembatan dari luka ke cita-cita
Pancasila adalah kita untuk selalu menjaga sesama
Memastikan tak ada warga yang bertinggal, tak ada kemiskinan yang dibiarkan kekal.
Sebelum menutup upacara, Agus Jabo juga menyelipkan sebuah pantun:
Kirim bansos ke Cikini,
Hujan turun basahi Salemba,
Pancasila bukan hanya hari ini,
Tapi janji kita sepanjang masa
Dirgahayu Pancasila,
Mari kita menangkan Pancasila.
(INFO KINI)
Penulis: Tim Media Servis
Masuk tirto.id


































