Menuju konten utama

Guru Besar FKUI: Framing Dokter Spesialis Mahal Ganggu Kinerja

Bila hal tersebut terus digulirkan akan berdampak pada stigma pendidikan dokter yang menakutkan di publik.

Guru Besar FKUI: Framing Dokter Spesialis Mahal Ganggu Kinerja
Lebih dari 70 Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menyampaikan keprihatinan mereka terhadap arah kebijakan kesehatan dan pendidikan dokter yang tengah berlangsung di Indonesia. Adapun pernyataan tersebut disampaikan dalam bentuk ‘Salemba Berseru’ yang sikap dan tuntutannya dibacakan di Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI), Salemba, Jakarta Pusat, pada Jumat (16/5/2025).

tirto.id - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Profesor Ari Fahrial Syam, menyampaikan kekesalannya terhadap maraknya framing negatif terhadap pendidikan dokter spesialis di Indonesia. Salah satunya adalah pernyataan soal mahalnya biaya pendidikan dokter spesialis dan hanya orang kaya yang dapat menempuhnya.

“Lalu, soal framing bahwa pendidikan dokter spesialis itu mahal. Hanya orang kaya yang bisa sekolah di situ. Itu kan terus dibuat sehingga memang ini suatu kesalahan yang sudah puluhan tahun terjadi,” kata Ari dalam konferensi Pers bersama Guru Besar FKUI di Gedung FKUI Salemba, Jakarta Pusat, Jumat (16/5/2025).

Menurut Ari, framing semacam itu mengganggu kinerja guru-guru besar yang sudah bekerja keras untuk mempertahankan kualitas dunia kedokteran di Indonesia.

“Kalau ini terus digulirkan, ini akan memperburuk atau pandangan buruk masyarakat terhadap para dokter kita,” ujarnya.

Selain soal biaya, Ari juga menyinggung soal framing adanya bullying di Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) dan pelecehan seksual yang terjadi lingkup pelayanan kesehatan. Menurut dia, apabila hal tersebut terus digulirkan akan berdampak pada stigma pendidikan dokter yang menakutkan di kalangan masyarakat.

“Kemudian, netizen nambah-nambahin dianggap pantas kalau kualitas seperti itu karena mereka dididik seperti itu. Artinya, senior menekan Junior. Itu terus digulirkan,” ujarnya.

Selain itu, framing lainnya soal latar belakang peserta dokter spesialis yang dianggap harus berasal dari kalangan kerabat profesor. Ari memastikan jumlah peserta PPDS di FK UI yang berlatar belakang orang tua dokter maupun profesor tidak lebih dari 10 persen.

“Belum lagi, dibilang bahwa yang bisa sekolah spesialis yang orang tuanya profesor. Kalau dihitung, yang orang tuanya dokter itu kurang dari 10 persen kok,” ujar Ari.

“Harusnya, Kemenkes bisa membantu suasana kondusif, bukan memperburuk kondisi yang ada,” sambung Ari.

Baca juga artikel terkait KEDOKTERAN atau tulisan lainnya dari Rahma Dwi Safitri

tirto.id - Flash News
Reporter: Rahma Dwi Safitri
Penulis: Rahma Dwi Safitri
Editor: Fadrik Aziz Firdausi