Menuju konten utama

Gojek Akuisisi 22% Saham Bank Jago Demi Percepat Inklusi Keuangan

Gojek mengakuisisi 22% saham Bank Jago. Sementara MEI dan WTT tetap sebagai pemegang saham pengendali dengan total kepemilikan 51%.

Gojek Akuisisi 22% Saham Bank Jago Demi Percepat Inklusi Keuangan
(Kiri-kanan) Presiden Grup Gojek Andre Soelistyo, salah seorang pendiri Gojek Kevin Aluwi dan CEO Grup Gojek Nadiem Makarim saat peluncuran logo baru Gojek di Jakarta, Senin (22/7/2019). ANTARA News/Natisha Andarningtyas

tirto.id - Perusahaan penyedia layanan pembayaran Gojek berinvestasi di PT Bank Jago Tbk yang merupakan bank berbasis teknologi di Indonesia sebagai bagian dari rencana investasi jangka panjang dan kemitraan strategis untuk mendorong percepatan inklusi keuangan di Indonesia.

Hal itu dingkapkan Co-CEO Gojek Andre Soelistyo dalam keterangan di Jakarta, Jumat (18/12/2020). Ia berkata investasi di Bank Jago merupakan bagian dari strategi bisnis jangka panjang yang akan memperkuat pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis Gojek ke depannya.

Kemitraan dengan Bank Jago adalah sebuah pencapaian baru bagi Gojek dalam menyediakan berbagai solusi dari masalah sehari-hari melalui teknologi, kata Andre.

Menurut Andre, bank berbasis teknologi seperti Bank Jago akan memperkuat ekosistem Gojek sekaligus akan membuka akses yang lebih luas kepada layanan perbankan digital bagi masyarakat Indonesia. Hal itu sejalan dengan visi kedua perusahaan untuk mendorong percepatan inklusi keuangan di Indonesia.

"Kolaborasi ini akan menjadi awal dari cara baru dalam menawarkan layanan keuangan kepada para pengguna Gojek. Melalui kolaborasi ini, kami juga dapat mengembangkan model agar bisa bermitra dengan berbagai institusi perbankan lainnya. Kami ingin terus meningkatkan kerja sama seperti ini, agar aplikasi Gojek dapat semakin menjadi andalan masyarakat dalam memenuhi berbagai kebutuhan finansial mereka," ujar Andre.

Tujuan utama dari kolaborasi strategis itu adalah menyediakan layanan perbankan digital melalui platform Gojek, sehingga jutaan pelanggan Gojek dapat membuka rekening Bank Jago dan mengelola keuangan lebih mudah lewat aplikasi Gojek. Kolaborasi itu juga membuka potensi kerja sama dengan berbagai institusi keuangan dan perbankan lain untuk mendukung mereka menjangkau lebih banyak konsumen.

Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar mengatakan pihaknya bangga dan sangat menanti untuk bekerja sama dengan Gojek yang memiliki jutaan konsumen dan mitra usaha di seluruh Indonesia. Bank Jago dan Gojek akan saling melengkapi karena Bank Jago memiliki pengalaman dan keahlian dalam memahami kebutuhan finansial masyarakat Indonesia.

Kolaborasi strategis antara bank berbasis teknologi seperti Jago dan super-app seperti Gojek merupakan yang pertama di Indonesia dan Asia Tenggara. Kolaborasi mendalam tersebut dinilai akan menjadi kunci pertumbuhan ekonomi digital Indonesia dan bisa terus menjadikan Indonesia tuan rumah di negeri sendiri.

"Sebagai bank berbasis teknologi yang dirancang khusus dengan sistem API terbuka, kami juga akan bekerja sama dengan pemain-pemain ekosistem digital lain untuk memperluas akses keuangan sekaligus mewujudkan aspirasi kami yaitu, meningkatkan kesempatan tumbuh berjuta insan melalui solusi finansial digital yang berfokus pada kehidupan," ujar Kharim.

Investasi yang dilakukan melalui bisnis layanan keuangan dan pembayaran digital ini, menjadikan Gojek sebagai pemegang 22 persen saham Bank Jago. Namun, terlaksananya transaksi ini tidak mengubah pengendalian saham di Bank Jago.

PT Metamorfosis Ekosistem Indonesia (MEI) dan Wealth Track Technology (WTT) tetap sebagai pemegang saham pengendali dengan total kepemilikan saham 51 persen.

Bank Jago didirikan pada 1992 dengan nama PT Bank Artos Indonesia (Bank Artos). Pada 2020, Bank Artos melakukan perubahan nama menjadi PT Bank Jago Tbk sebagai bagian dari transformasi perusahaan untuk menjadi bank berbasis teknologi (digital bank). Hal ini sejalan dengan aspirasi perusahaan untuk meningkatkan kesempatan tumbuh masyarakat melalui layanan keuangan dengan mengoptimalkan teknologi.

Sekitar 52 persen penduduk dewasa atau sekitar 95 juta jiwa tidak memiliki rekening bank dan lebih dari 47 juta penduduk dewasa tidak memiliki akses memadai pada kredit, investasi dan asuransi. Sementara di lain pihak, penetrasi smartphone di Indonesia mencapai hingga 70-80 persen yang menandakan masyarakat Indonesia secara infrastruktur siap untuk perbankan digital.

Baca juga artikel terkait GOJEK

tirto.id - Bisnis
Sumber: Antara
Editor: Abdul Aziz