Menuju konten utama

Melihat Peluang Merger Grab dan Gojek dari Kacamata Mitra

Para mitra khawatir merger Gojek dan Grab merugikan mereka. Misalnya, karena bonus semakin diperkecil dan persaingan semakin ketat.

Melihat Peluang Merger Grab dan Gojek dari Kacamata Mitra
Ribuan ojek online menggelar demonstrasi Gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta Jumat (28/2/2020). tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Isu penggabungan atau merger Grab Indonesia dan Gojek terus berembus. Media kenamaan Bloomberg melaporkan dua perusahaan telah membuat kemajuan signifikan dan rencana merger hampir pasti terwujud. Kehadiran bos Softbank Masayoshi Son disebut-sebut menjadi salah satu penentu kesepakatan itu.

Salah satu konsekuensi dari merger ini adalah Gojek akan dilebur ke dalam Grab. Pendiri Grab Anthony Tan bakal menjadi CEO perusahaan gabungan, sementara para petinggi Gojek bakal menjalankan bisnis baru dengan tetap pakai nama Gojek.

Ketika perbincangan di level investor tampak berjalan mulus, para pengemudi dua aplikasi justru waswas. Pratama (30), pengemudi ojol di Jakarta Utara, khawatir merger bakal semakin memangkas pendapatan. Penurunan tampaknya tak terhindarkan karena semakin banyak jumlah pengemudi dalam satu perusahaan, maka semakin sulit juga memperoleh order.

Ia juga khawatir bonus bisa berkurang, menyesuaikan dengan semakin banyak pengemudi yang bakal mengklaimnya. “Dua aplikator aja udah banyak banget. Kalau digabung, saya enggak tahu nanti nasib bonus gimana,” ucap Pratama kepada reporter Tirto, Rabu (9/12/2020).

Pratama sudah empat tahun menjadi mitra pengemudi. Ia masih ingat awalnya nilai bonus bisa lebih dari Rp200 ribu dengan hanya 20 kali order. Pada 2019, jumlah bonus jauh berkurang dan syaratnya pun semakin ketat. Para pengemudi juga semakin sulit mendapatkan order.

Kusni (39), pengemudi ojol di Jakarta Timur, juga mengkhawatirkan dampak merger terhadap bonus. “Takutnya jumlah bonus berkurang. Kan, driver semakin banyak,” ucap Kusni kepada reporter Tirto, Rabu.

Ia sudah tiga tahun menjadi mitra salah satu aplikator. Di tahun pertama, ia masih bisa mendapat bonus setidaknya Rp200 ribu dengan syarat mendapat 25 order. Jumlah itu kemudian turun menjadi Rp90 ribu pada 2019. Di masa pandemi, angkanya turun lagi menjadi kira-kira Rp13 ribu untuk bonus tahap satu dengan syarat 15 kali order dan Rp35 ribu untuk bonus tahap dua dengan syarat 20 kali order.

Ketua Presidium Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Igun Wicaksono mengatakan kekhawatiran pengemudi soal bonus dapat dipahami. Ia memperkirakan di awal bisnis ride hailing, jumlah pengemudi hanya mencapai puluhan ribu. Jumlah itu sudah bertambah pesat dan diperkirakan tahun lalu mencapai 5 juta.

Persoalan merger dari sudut pandang pengemudi menurutnya juga tidak hanya berhenti pada urusan bonus. Ia yakin dampaknya bisa mengarah pada pemutusan sepihak mitra pengemudi. Perusahaan bisa saja memangkas biaya operasional selekas mungkin demi mencapai target keuntungan yang diharapkan investor.

Superholding yang akan terbentuk nanti, yang akan menggabungkan Grab-Gojek, mereka akan profit oriented,” ucap Igun kepada reporter Tirto, Kamis (10/12/2020).

Kalaupun jumlah pengemudi dipertahankan, Igun yakin perusahaan pasti mempertimbangkan pemangkasan insentif dan bonus untuk tetap menjaga biaya operasional yang bisa membengkak akibat lonjakan jumlah pengemudi.

Atas dasar itu, Igun menentang rencana merger Grab-Gojek. Ia mengingatkan jauh sebelum merger saja, mereka sudah pernah mengambil langkah yang merugikan pengemudi demi keuntungan perusahaan. Misalnya mengurangi tarif yang bisa diterima pengemudi hingga berujung intervensi Kementerian Perhubungan untuk mengatur tarif demi menjaga kesejahteraan mitra.

Igun berharap pemerintah dapat menjembatani suara pengemudi dengan investor maupun kedua perusahaan. Saat ini Igun bilang pengemudi masih ingin berdialog. Jika rencana merger tetap berjalan dan mereka diabaikan, Igun mengancam, “kami akan lakukan aksi pergerakan menurunkan massa besar di seluruh RI, protes penggabungan Gojek dan Grab.”

Juru Bicara Grab Indonesia menyatakan belum dapat berkomentar mengenai kekhawatiran para pengemudi lantaran penggabungan masih sebatas rumor.

Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita juga menyatakan serupa. Nila hanya memastikan kondisi Gojek saat ini masih cukup baik. Saat dihubungi, Kamis, ia berkata, “fundamental bisnis Gojek semakin kuat termasuk di masa pandemi. Beberapa layanan kami bahkan telah mencatatkan kontribusi margin positif.”

Baca juga artikel terkait OJEK ONLINE atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Bisnis
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Rio Apinino