tirto.id - Kakak dari aktivis buruh Marsinah, Marsini, meminta perjuangan buruh terus dilanjutkan usai adiknya mendapatkan gelar pahlawan nasional dari Presiden Prabowo Subianto.
"Perjuangan Marsinah semoga dilanjutkan oleh teman-temannya yang dulu masih kecil, sekarang sudah berdiri di depan saya, bisa berjuang terus. Jangan melepaskan semua perjuangan Marsinah," ucap Marsini di Istana Negara, Jakarta Pusat, Senin (10/11/2025).
Marsini berharap pemberian gelar pahlawan nasional dapat menambah semangat bagi para buruh untuk terus memperjuangkan hak-hak buruh, seperti soal nilai upah minimum. Dalam kesempatan itu, ia juga berharap pemerintah dapat menghapus sistem outsourcing serta meminimalisir pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Siapa tahu dengan Pak Prabowo dibuat seperti zaman dulu, tidak ada outsourcing, sehingga untuk kehidupan rumah tangga itu bisa berjalan lancar," ucapnya.
Menurut dia, PHK dapat menjadi bencana untuk karyawan, terutama yang telah berkeluarga. Sebab, seorang karyawan yang di-PHK disebut berpotensi diceraikan pasangannya.
"Kalau sudah berumah tangga, itu [PHK] bisa menjadi pertengkaran di dalam rumah tangga sehingga banyak perceraian," tutur Marsini.
Diberitakan sebelumnya, Prabowo menganugerahkan gelar pahlawan nasional periode 2025 kepada 10 tokoh. Beberapa tokoh yang menerima gelar tersebut, yakni Presiden ke-2 Soeharto, Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid, serta Marsinah.
Penganugerahan tersebut dilakukan di Istana Negara tepat pada peringatan Hari Pahlawan yang jatuh pada hari ini, Senin.
Penganugerahan dilakukan berdasar Keputusan Presiden Republik Indonesia (Keppres) Nomor 116/TK/Tahun 2025 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.
Marsinah merupakan seorang aktivis buruh pabrik pada masa Orde Baru. Meski usianya masih muda, ia menjadi sosok yang lantang menyuarakan hak-hak unttuk para pekerja. Ia berani memperjuangan ketidakadilan dan ketimpangan yang diterima oleh para buruh.
Ia juga berani memimpin aksi mogok kerja untuk menuntut kenaikan upah dan tunjangan. Aksi yang dipimpin oleh Marsinah ini diduga membuat aparat murka hingga kemudian Marsinah dan buruh lain ditangkap.
Marsinah kemudian menghilang dan tak ada satu pun rekannya yang mengetahui keberadaannya. Beberapa hari kemudian, jasad Marsinah ditemukan di sebuh gubug di hutan Wilangan, Nganjuk. Tubuhnya tampak penuh luka memar, patah tulang, bekas penyiksaan, dan kekejian lainnya. Hingga saat ini, pelaku sebenarnya dari kasus Marsinah tidak pernah diadili.
Penulis: Muhammad Naufal
Editor: Bayu Septianto
Masuk tirto.id

































