tirto.id - Flu babi Afrika kembali masuk RI. Hal ini dibuktikan dari adanya babi asal Pulau Batam, Kepri, yang terserang African Swine Fever (ASF) atau flu babi Afrika.
“Di dunia, virus itu berputar, bakteri lagi bekerja sehingga (wajar) penyakit yang sudah tertimbun 20-30 tahun lalu (muncul kembali). Kayaknya virus bangkit lagi,” ujar Mentan Syahrul Yasin Limpo, sebagaimana dilansir dari Antara News.
Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pemerintah telah menginstruksikan untuk melakukan isolasi wilayah secara total.
Selain itu, pemerintah juga akan melakukan vaksinasi kepada hewan lainnya yang belum terinfeksi virus flu babi Afrika.
Apakah Penyakit Flu Babi Afrika itu?
Menurut Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah, penyakit flu babi afrika (ASF) adalah penyakit viral pada babi yang sangat menular.
Penyakit ini dapat menimbulkan sejumlah pendarahan pada organ internal hingga dapat menimbulkan angka kematian yang sangat tinggi.
Dilansir laman Department of Natural Resources and Environment Tasmania, flu babi Afrika (ASF) dan flu babi biasa (CSF) adalah penyakit yang secara klinis memiliki banyak kesamaan,
Kedua penyakit ini, secara definitif tidak dapat dibedakan. Oleh karena itu, dibutuhkan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan diagnosis terhadap kedua penyakit ini.
Meskipun penyakitnya tampak serupa, penyakit flu babi Afrika dan flu babi biasa disebabkan oleh virus yang sama sekali berbeda dan tidak berhubungan.
Flu babi biasa sering dikenal sebagai 'hog cholera' dan disebabkan oleh virus dari genus pestivirus dari famili Flaviviridae.
Selain itu, virus flu babi biasa juga berkerabat dekat dengan virus penyebab diare virus bovine (penyakit mukosa) pada sapi.
Sementara itu, flu babi Afrika disebabkan oleh virus yang memiliki struktur genetik lebih kompleks dibandingkan virus flu babi biasa.
Kabar baiknya, baik virus flu biasa virus flu babi Afrika, sama-sama hanya menyerang babi, dan tidak menginfeksi manusia, termasuk ternak lainnya.
Gejala Flu Babi Afrika
Sejumlah gejala pada flu babi Afrika, menurut Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah, adalah:
Masa inkubasi pada flu babi Afrika biasa terjadi antara 3–15 hari. Masa inkubasi pada flu babi Afrika ini bisa terjadi dalam bentuk perakut, akut, sub akut dan kronis.
- Pada bentuk perakut biasanya babi ditemukan mati tanpa gejala apapun
- Pada bentuk akut, masa inkubasi biasanya berlangsung lebih singkat (3-7 hari).
- Demam tinggi hingga 42 °C
- Babi mengalami depresi
- Nafsu makan menurun
- Malas bergerak
- Babi cenderung berkumpul
- Hemoragi pada kulit dan organ dalam
- Abortus pada babi bunting
- Sianosis (warna kulit kebiruan)
- Muntah
- Diare
- Pada bentuk subakut dan kronis, penyebabnya adalah virus dengan virulensi yang rendah.
Tingkat kematian pada fase ini lebih rendah, berkisar antara 30-70%.
Beberapa gejala pada fase kronis adalah:
- Penurunan berat badan pada babi
- Demam intermiten atau berkala
- Gangguan pernapasan
- Ulser pada kulit
- Radang sendi
Penyebab Flu Babi Afrika
ASF atau flu babi Afrika disebabkan oleh virus DNA dengan untai ganda dari genus Asfivirus dan famili Asfarviridae.
Virus flu Babi Afrika sangat tahan terhadap kondisi dan pengaruh lingkungan di sekitarnya. Virus ini juga tetap hidup dalam kondisi stabil pada pH 4-13.
Selain itu, virus ini juga dapat bertahan hidup dalam:
- Darah (4 oC) selama 18 bulan
- Daging dingin selama 15 minggu
- Daging beku selama beberapa tahun
- Ham selama 6 bulan
- Kandang babi selama 1 bulan
Faktor Risiko Flu Babi Afrika
Beberapa faktor risiko yang memungkinkan flu babi Afrika menyebar, sebagaimana dilansir Department of Natural Resources and Environment Tasmania, adalah:
- Kontak langsung dengan babi yang terinfeksi
- Kontak dengan kandang, truk atau pakaian yang terkontaminasi
- Memindahkan babi selama wabah flu babi
- Pemberian pakan, bahan yang terkontaminasi, misalnya limbah dapur, kepada babi
Cara Mencegah Flu Babi Afrika
Hingga kini, belum ada vaksin untuk mencegah vaksin flu babi Afrika. Namun, flu babi Afrika dapat dicegah dengan:
1. Mencegah lalu lintas media pembawa virus flu babi Afrika.
2. Tidak menjual babi yang terkontaminasi.
3. Tidak mengonsumsi babi yang terkontaminasi.
4. Melakukan isolasi terhadap babi yang terinfeksi, termasuk berbagai peralatan yang terkena babi terinfeksi.
5. Melakukan pengosongan kandang selama 2 bulan.
6. Babi yang mati karena infeksi ASF harus dimasukkan ke dalam kantong dan segera dikubur.
7. Menerapkan biosekuriti dan manajemen peternakan babi yang baik, seperti:
- Menjaga kesehatan babi dengan memberikan pakan yang baik;
- Jangan memberikan pakan babi dengan sisa makanan restoran atau hotel;
- Jika menggunakan makanan dari sisa-sisa makanan restoran atau hotel, maka makanan tersebut harus dimasak mendidih, sekurangnya satu jam agar bebas dari virus ASF;
- Menjaga kebersihan kandang;
- Memisahkan babi yang sakit dari babi-babi yang sehat;
- Tidak mengizinkan orang lain bebas keluar masuk ke dalam peternakan babi;
- Mencelupkan alas kaki atau sepatu kandang dalam desinfektan sebelum memasuki kandang babi;
- Mencuci tangan dengan sabun sebelum masuk ke dalam kandang babi, juga setelah keluar dari kandang babi.
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Dhita Koesno