tirto.id - PT PLN (Persero) mengungkapkan bahwa kendaraan listrik (electric vehicle/EV), pendingin ruangan (AC), hingga pusat data artificial intelligence (AI) akan menjadi penopang utama pertumbuhan bisnis dan permintaan listrik ke depan.
Direktur Teknologi, Engineering, dan Keberlanjutan PLN, Evy Haryadi, mengatakan bahwa ketiga sektor ini memiliki potensi pertumbuhan yang sangat tinggi dan akan menjadi penggerak permintaan listrik baru.
“Data center ini khususnya yang terkait dengan AI akan tumbuh sangat tinggi, terutama ke Indonesia karena kita punya renewable. Kita punya air. Ini yang tidak dipunyai Singapura,” katanya dalam Katadata SAFE 2025, dikutip Kamis (10/9/2025.
Dia mengungkapkan, banyak pelaku bisnis data center telah datang ke PLN dan mengatakan bahwa Indonesia memiliki semua kebutuhan untuk menyokong energi data center tersebut.
“Banyak data center yang sudah bicara dengan kami karena kita punya energi terbarukan dan air untuk pendingin,” ujarnya.
Selain data center AI, adopsi kendaraan listrik juga diproyeksikan melonjak dan berkontribusi signifikan terhadap konsumsi energi nasional. Begitu pula dengan AC.
Pasalnya, perubahan iklim yang terjadi saat ini telah menyebabkan peningkatan suhu bumi, sehingga diperkirakan ke depan masyarakat akan membutuhkan pendingin udara yang lebih banyak.
“Air conditioning ini dengan adanya climate change akan tumbuh cukup tinggi, panas yang terlalu tinggi ini akan menggunakan air conditioning,” ucapnya.
Evy menambahkan, potensi besar dari data center, AC, dan EV ini sejalan dengan peta jalan hijau RUPTL 2025-2034, yang menargetkan tambahan kapasitas 69,5 Gigawatt (GW).
Sebanyak 76 persen atau 52,9 GW di antaranya direncanakan bersumber dari Energi Baru Terbarukan (EBT) dan teknologi penyimpanan energi.
Untuk mewujudkan target tersebut, dibutuhkan investasi jumbo hingga Rp 3.000 triliun. Guna menarik minat investor, PLN terus memperbaiki profil risikonya.
“Risiko kita sudah turun dari 30,7 ke 27,4 atau kategori medium risk. Dengan perbaikan ini, peluang mendapatkan investor akan semakin terbuka,” kata Evy.
Dengan menitikberatkan pada penciptaan permintaan dan pendanaan, RUPTL 2025-2034 menurutnya tidak sekadar menjadi peta jalan energi, tetapi instrumen untuk mencapai target ekonomi 8 persen.
“RUPTL kali ini tidak hanya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan listrik, tetapi juga meng-create demand, terutama di wilayah dengan potensi besar yang selama ini belum terwakili, seperti kawasan Indonesia Timur,” ucapnya.
Penulis: Nanda Aria
Editor: Dwi Aditya Putra
Masuk tirto.id







































