Menuju konten utama

Ekspor Rumput Laut USD 300 Juta per Tahun, Mayoritas Bahan Mentah

Ekspor rumput laut, berdasar catatan Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI), masih didominasi oleh bahan mentah.

Ekspor Rumput Laut USD 300 Juta per Tahun, Mayoritas Bahan Mentah
Petambak memanen rumput laut Glacilaria di areal tambak ikan bandeng Desa Pabean Udik, Indramayu, Jawa Barat, Senin (15/1/2018). ANTARA FOTO/Dedhez Anggara.

tirto.id - Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Rokhmin Dahuri mencatat nilai ekspor rumput laut dari Indonesia mencapai rata-rata 300 juta dolar AS per tahun. Rumput laut saat ini juga menjadi komoditas ekspor hasil laut terbesar ketiga setelah udang dan tuna cakalang.

Namun, Rokhmin menyayangkan 80 persen ekspor rumput laut didominasi oleh produk bahan mentah atau berupa rumput laut kering. Padahal, rumput laut bisa diolah menjadi 500 jenis produk berbeda.

"Sampai kapan dominan ekspor mentahnya? Mudah-mudahan setiap tahun terdapat penurunan 10 persen. Jadi tahun ini bisa turun menjadi 70 persen saja ekspor [bahan] mentahnya, sampai akhirnya kita punya kekuatan industri sendiri," ujar Rokhmin di Menara Kadin, Jakarta, pada Senin (30/4/2018).

Rokhmin menambahkan potensi produksi rumput laut Indonesia juga belum tergarap maksimal. Sebab, tercatat Indonesia memiliki 2 juta hektar perairan laut dangkal yang cocok untuk budidaya rumput laut.

Menurut Rokhmin, jika setiap hektare bisa menghasilkan 17 ton per tahun, maka 2 juta hektar perairan laut dangkal di Indonesia berpotensi memproduksi rumput laut 34 juta ton rumput laut setiap tahun.

"Kalau harga rumput laut 1 dolar AS atau Rp13-an ribu per kilogram, berarti [nilai jual mencapai] 34 miliar dolar AS," kata Rokhmin.

Dia berpendapat optimalisasi industri rumput laut perlu segera didorong dengan membangun sektor hulu hingga hilir dengan didukung pusat pengembangan dan penelitian (RnD) yang kuat.

Rokhmin mencontohkan Korea Selatan mengembangkan kegunaan rumput laut untuk menjadi bahan pelapis pesawat terbang paling kuat. Inovasi tersebut sudah dikembangkan sejak 2012.

Indonesia saat ini juga sedang menikmati bonus demografi. Karena itu, Darmin optimistis tenaga kerja banyak tersedia untuk mendukung pengembangan industri rumput laut dari hulu hingga hilir. Langkah ini sekaligus bisa mengatasi tingginya angka pegangguran di Indonesia.

"Angkatan kerja yang menganggur ada 47 juta, baik yang menganggur penuh maupun pengangguran terselubung, yaitu yang kerja kurang dari 8 jam seminggu," ujar dia.

Rokhmin menjelaskan semua instansi pemerintah maupun swasta di sektor perikanan dan kelautan perlu berkolaborasi untuk mengembangkan inovasi di insdutri rumput laut.

“Kedua, membangun kerja sama antara pembudidaya dengan industriawan. Nanti pemerintah tinggal membuat regulasi," kata dia.

"Kalau kita ingin merealisasikan ini, rumput laut harus kayak sawit, jadi komoditas unggulan dan strategis," Rokhmin menambahkan.

Baca juga artikel terkait RUMPUT LAUT atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Addi M Idhom