tirto.id -
Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup (DKLH) Provinsi Bali mencatat total timbulan sampah akibat bencana banjir pada Rabu (10/09/2025) hingga Kamis (11/09/2025) mencapai 154,65 ton.
Sampah tersebut terdiri atas potongan kayu, pohon tumbang, sampah organik lainnya; sampah anorganik seperti beton, lumpur; serta sedikit limbah B3 yang berasal dari barang hanyut dan bangunan yang runtuh.
"Saat banjir kemarin, yang paling dominan terlihat adalah sampah plastik. Ini menjadi peringatan bagi kita semua. Kita berharap, ke depan ada kesadaran bersama bahwa ancaman sampah plastik sangat nyata," ucap Kepala DKLH Provinsi Bali, I Made Rentin, dalam keterangannya, Sabtu (13/09/2025).
Saat ini, Rentin mengatakan fokus DKLH Provinsi Bali adalah untuk menangani timbulan sampah yang terbawa arus banjir, khususnya yang mengarah ke kawasan mangrove. Pihaknya melibatkan 300 personel gabungan yang terdiri atas gabungan pemerintah daerah, komunitas, dan nelayan untuk membersihkan kawasan mangrove.
"Sedikitnya ada 80 kano dari DKLH dengan target mengumpulkan puluhan ton sampah dalam beberapa hari ke depan. Targetnya seluruh kawasan mangrove dapat kembali bersih dari sampah dalam tiga sampai empat hari ke depan," ujarnya.
Proses pembersihan aliran air dari sampah setelah banjir Bali, Sabtu (13/09/2025). Foto/ Dok. Humas Pemerintah Provinsi BaliRentin menambahkan, pembersihan sampah yang difokuskan ke kawasan mangrove tersebut ditujukan untuk melindungi ekosistem mangrove dari kerusakan. Dia menegaskan, apabila tidak segera ditangani, tumpukan sampah tersebut dapat mencemari, bahkan mengakibatkan kematian tanaman mangrove.
Kondisi drainase dan sungai di Bali yang penuh tumpukan sampah juga mendapat sorotan dari Menteri Lingkungan Hidup (LH), Hanif Faisol Nurofiq. Menurutnya, drainase yang banyak tumpukan sampah tersebut memperparah kondisi akibat banjir.
"Kami mau evaluasi dengan Gubernur dan Wali Kota untuk mengambil langkah segera, terutama dalam rangka penanganan sampah. Beberapa bulan lalu, kita telah berhasil menyelesaikan sampah laut. Mudah-mudahan, musibah ini menjadi titik balik kita untuk memperkuat tata lingkungan kita di Bali," kata Hanif setelah meninjau kios dan los di Pasar Kumbasari yang terdampak banjir, Sabtu (13/09/2025).
Selain itu, Hanif mengungkap Kementerian LH sedang memonitor beberapa kebijakan provinsi, seperti pelarangan air kemasan, kemudian pengurangan sampah dari hulunya, membatasi penggunaan plastik sekali pakai.
"Ini berbagai macam. Kalau tidak didukung oleh kita semua, tidak akan selesai," tutupnya.
tirto.id - Flash News
Reporter: Sandra Gisela
Penulis: Sandra Gisela
Editor: Alfons Yoshio Hartanto