Menuju konten utama

Dinamika di Balik Rotasi Danjen Kopassus TNI Era Andika Perkasa

Rotasi di era Jenderal Andika Perkasa kali ini berbeda, karena terjadi 3 kali dalam 4 bulan dan menjadi sorotan publik.

Dinamika di Balik Rotasi Danjen Kopassus TNI Era Andika Perkasa
Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa memberikan keterangan kepada wartawan usai dilantik menjadi Panglima TNI di area Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (17/11/2021). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/rwa.

tirto.id - Rotasi jabatan kembali terjadi di tubuh TNI. Kali ini di era Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, rotasi jabatan di korps baret merah Komando Pasukan Khusus (Kopassus) yang mendapat sorotan publik.

Semua berawal ketika beredar dokumen rotasi dan mutasi pejabat TNI sesuai surat keputusan Kep/271/III/2022 tentang Pemberhentian dari dan Pengangkatan dalam Jabatan di Lingkungan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Dalam keputusan tersebut, Andika telah menunjuk Wakil Asisten Latihan Kepala Staf Angkatan Darat (Waaslat KSAD) bidang Kerja Sama Militer Brigjen TNI Iwan Setiawan menjadi Danjen Kopassus. Iwan akan menggantikan Mayjen TNI Widi Prasetijono.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen Tatang Subarna membenarkan mutasi tersebut sebagai hal yang wajar. Dan rotasi kali ini belum dilakukan serah terima jabatan.

“Terkait mutasi jabatan perwira tinggi di lingkungan TNI Angkatan Darat termasuk di antaranya Danjen Kopassus memang benar adanya. Namun, hal tersebut merupakan hal wajar, karena diperlukan regenerasi dan pola pembinaan karier prajurit TNI AD,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AD (Kadispenad) Brigjen TNI Tatang Subarna, di Jakarta, Selasa ( 29/3/2022), sebagaimana diberitakan Antara.

Namun, rotasi Danjen Kopassus kali ini dinilai tidak sekedar pergantian kursi strategis. Menurut Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Khairul Fahmi, ia mengakui bahwa kursi Danjen Kopassus adalah kursi strategis. Kursi ini kerap diisi prajurit yang berprestasi atau berkarier moncer. Fahmi menilai rotasi bukan bukti kursi tersebut semakin seksi, tetapi lebih pada nuansa politis.

"Saya tidak melihat pergantian cepat itu sebagai penanda makin sentralnya jabatan Danjen Kopassus. Tidak ada perubahan peran dan fungsi Kopassus yang menunjukkan hal itu. Justru yang terlihat adalah jabatan ini dalam empat bulan terakhir seolah menjadi 'transit cepat' bagi perwira dengan kata kunci 'istana', 'solo', 'diponegoro' dan 'maruli'," kata Fahmi dalam keterangan, Rabu (30/3/2022).

Fahmi mengatakan, sorotan di tubuh baret merah berawal ketika Mayjen Teguh Muji Angkasa ditunjuk menggantikan Mayjen Mohammad Hasan yang menjadi Pangdam Iskandar Muda. Hasan menggantikan Mayjen Achmad Marzuki yang digeser menjadi Aster Kasad.

Baru 1,5 bulan menjabat, Teguh langsung ditunjuk menjadi Pangdam Cendrawasih menggantikan Letjen Ignatius Yogo Triono yang dipromosikan menjadi Dankodiklat TNI AD. Dia digantikan oleh Mayjen Widi Prasetijono yang sebelumnya juga pernah menggantikan posisi Teguh sebagai Kasdam Diponegoro. Dua bulan menjabat, Widi ditunjuk menjadi Pangdam Diponegoro menggantikan Letjen Rudianto yang dipromosikan menjadi Irjen TNI AD.

"Tiga Danjen Kopassus dalam empat bulan terakhir saat ini menjabat Pangdam Iskandar Muda, Cendrawasih dan Diponegoro. Menariknya, jika Teguh dan Widi ditunjuk karena pejabat sebelumnya mendapat promosi, Hasan tidak. Marzuki, pejabat yang digantikannya, justru hanya mutasi ke Mabesad. Artinya, tidak naik pangkat. Bahkan menurut saya, pergeseran Marzuki itulah langkah pembuka dari 'pergerakan cepat' di tubuh Kopassus," kata Fahmi.

Fahmi lantas menerangkan, Hasan dan Widi sama-sama alumni Akmil 1993. Kedua prajurit TNI AD ini ternyata sama-sama pernah bertugas di lingkungan kepresidenan. Hasan sebagai Komandan Grup A Paspampres menggantikan Maruli Simanjuntak sementara Widi adalah ajudan pertama Presiden Jokowi. Kedua prajurit ini juga sama-sama pernah bertugas di wilayah Surakarta. Hasan adalah Wakil Komandan Grup 2 Kartasura, ketika Maruli menjabat Komandan Grup.

Hal ini berbeda dengan Teguh. Teguh adalah senior Hasan dan Widi. Teguh adalah Akmil 1989. Ia kerap bertugas di lingkungan kopassus dan intelijen. Dalam catatan pula, Teguh dua kali digantikan oleh Widi. Dulu sebagai Kasdam Diponegoro (menggantikan Maruli) dan Januari lalu sebagai Danjen Kopassus.

Menurut Fahmi, rotasi cepat memang tidak mengganggu organisasi. Namun, ia khawatir rotasi tersebut justru membuat mereka akan menduduki kursi strategis di masa depan.

Fahmi beralasan ada sejumlah kursi akan kosong karena pejabat saat ini memasuki masa pensiun seperti Koorsahli Kasad, Ka BAIS TNI, Wamenhan RI, dan Sesmenko Polhukam yang merupakan jabatan bintang 3.

"Pergantian cepat itu memang tidak berdampak signifikan bagi pelaksanaan peran dan fungsi Kopassus. Namun berdampak signifikan bagi perjalanan karir tiga pejabatnya. Jika tak ada 'kecelakaan' boleh diduga mereka diproyeksikan untuk mengisi jabatan bintang tiga," kata Fahmi.

"Bisa jadi para mantan Danjen ini ada di antaranya. Apalagi Widi dan Hasan ini terbilang generasi muda di jajaran perwira bintang dua TNI AD," kata Fahmi.

Fahmi juga melihat rotasi kali ini tetap akan berada di lingkaran Solo, Istana, Diponegoro maupun orang-orang Maruli. Ia berharap rotasi kali ini bisa berbasis kemampuan.

"Kita hanya bisa berharap, konsistensi itu tidak didasarkan pada loyalitas semata, melainkan juga dengan pertimbangan yang komprehensif. Agar publik tidak berprasangka negatif. Agar para perwira TNI tetap berdedikasi tinggi di manapun posisinya. Agar Kopassus tak dianggap tempat transit," kata Fahmi.

Kritik juga disampaikan oleh Head of Center for Intermestic and Diplomatic Engagement (CIDE) Anton Aliabbas. Menurut Anton, mutasi Widi menandakan bahwa perwira berlatar belakang Kopassus mulai mendapat apresiasi. Ia melihat komposisi rotasi dan mutasi perwira berlatar belakang Kopasuss semakin banyak. Namun, ia meminta rotasi tidak berbasis latar belakang korps agar tidak memicu kecemburuan di internal TNI.

"Tentu saja promosi karier prajurit TNI tidak boleh hanya didasarkan preferensi korps atau satuan tertentu, tetapi juga melihat rekam jejak selama bertugas di institusi militer. Hal ini penting guna menghindari adanya kecemburuan dan dapat mengganggu soliditas dan moralitas prajurit," kata Anton dalam keterangan.

Anton mengaku tidak heran Widi dirotasi menjadi Pangdam Diponegoro. Widi kerap bertugas di Surakarta dalam berbagai satuan baik satuan tempur maupun teritorial. Widi juga pernah bertugas sebagai pejabat di Kodam Diponegoro.

Namun, Anton menyarankan Panglima TNI Andika dan tim Dewan Jabatan dan Kepangkatan Tinggi (Wanjakti) untuk mempertimbangkan aspek durasi dalam rotasi atau mutasi jabatan Danjen Kopassus. Ia ingin Danjen Kopassus bisa bekerja dengan baik.

"Sebaiknya seorang perwira tinggi menjabat posisi Danjen Kopassus minimal 9 bulan baru kemudian dimutasi atau dirotasi. Benar bahwa tidak ada ketentuan tertulis di TNI terkait durasi minimal seorang prajurit harus memegang sebuah jabatan. Akan tetapi, pengaturan durasi jabatan penting dilakukan agar setiap pimpinan korps baret merah dapar memiliki kesempatan untuk beradaptasi dan menjalankan program di organisasi tersebut," kata Anton.

"Sering bergantinya pemimpin pucuk organisasi tentu saja akan sedikit banyak berdampak pada performa institusi serta tidak berjalannya program serta konsolidasi internal secara optimal," tegas Anton.

Respons DPR soal Rotasi Jabatan TNI

Anggota Komisi I DPR RI Fraksi Partai NasDem Muhammad Farhan menyebut Kopassus memiliki cukup banyak perwira tinggi yang berkualitas dan sangat mumpuni untuk mengisi jabatan-jabatan strategis di TNI AD.

Hal ini menanggapi terkait pergantian tiga Danjen Kopassus dalam rentang waktu empat bulan terakhir pada era Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa.

Meski demikian, Farhan mengatakan tampaknya perlu diperhatikan pengembangan dan penelitian manajemen SDM di Kopassus, sehingga dapat diduplikasikan untuk pengembangan SDM unggul seperti yang disebut dalam Nawa Cita.

“Kopassus tidak hanya pasukan elite, tetapi juga Kawah Chandradimuka alias tempat pendidikan dan pengembangan terbaik bagi prajurit terbaik di TNI AD,” ujar Farhan kepada Tirto, Rabu (30/3/2022) malam.

Sementara itu, anggota Komisi I DPR RI Fraksi PKS Sukamta mengatakan pergantian Danjen Kopassus di era Andika Perkasa merupakan fenomena yang luar biasa.

“Menunjukkan betapa hebatnya Kopassus, terbukti Danjen Kopassus laris direkrut menjadi Pangdam [Panglima Kodam],” tutur Sukamta.

Track record-nya memang menunjukkan para Danjen menjadi Panglima Kodam yang mumpuni,” imbuh Sukamta.

Sukamta mengatakan Kopassus bukan hanya menjadi penggemblengan bagi prajurit-prajurit komando, tetapi juga Kawah Chandradimuka bagi Komandan Jenderalnya. “Kita berharap semoga pergantian yang terlalu cepat tidak mengurangi profesionalitas lembaga dan kapasitas prajurit,” ujar Sukamta.

Tirto pun berupaya mengonfirmasikan kepada Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa, Kapuspen TNI Mayor Jenderal TNI Prantara Santosa dan Kadispenad Brigjen Tatang Subarna soal alasan Danjen Kopassus dirotasi sebanyak 3 kali dalam 4 bulan. Namun, mereka belum merespons soal rotasi jabatan ini.

Baca juga artikel terkait ROTASI JABATAN atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher & Farid Nurhakim
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Maya Saputri