Menuju konten utama
Pemilu Serentak 2024

Digantung PDIP, Dilirik Nasdem: Bagaimana Nasib Ganjar di 2024?

Hanta Yuda menilai latar belakang Ganjar yang bukan ketua umum parpol menjadi daya tarik partai lain untuk mengikuti jejak Nasdem.

Digantung PDIP, Dilirik Nasdem: Bagaimana Nasib Ganjar di 2024?
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (kanan) berbincang dengan Menteri Sosial (Mensos) Tri Rismaharini (kiri) saat berkunjung di kawasan Makam Presiden Soekarno, Kota Blitar, Jawa Timur, Minggu (24/10/2021). ANTARA FOTO/Irfan Anshori/foc.

tirto.id - Bursa pencalonan presiden untuk Pemilu 2024 kian memanas. Partai Nasdem mengumumkan tiga nama untuk menjadi bakal capres yang akan diusungnya. Mereka adalah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa. Dari ketiga nama itu, Ganjar yang paling menjadi sorotan. Sebab, gubernur Jawa Tengah itu satu-satunya yang memiliki latar belakang partai yaitu PDIP.

Saat pembacaan nama-nama tersebut, Ketua Umum DPP Partai Nasdem, Surya Paloh mengingatkan bahwa ketiganya adalah usulan dari peserta Rakernas yang melalui proses dari bawah. Penjaringan dimulai dari sidang pleno yang diikuti oleh 32 DPW dan kemudian dijaring oleh steering committee.

Pada saat pengusulan, Anies memperoleh 32 dukungan dan menduduki posisi pertama. Kemudian disusul oleh Ganjar Pranowo dengan perolehan 29 suara. Adapun Andika Perkasa berada di angka yang cukup jauh yaitu sebesar 13 suara.

Meski tidak berdasarkan pada urutan suara terbesar, Andika tetap menjadi pilihan bagi steering committee untuk mengajukan namanya ke Surya Paloh. Sehingga nantinya akan menjadi hasil akhir sebagai bakal capres atas nama Partai Nasdem.

“Tiga nama ini adalah pilihan saudara-saudara, pilihan Rakernas, saya harus mengingatkan tidak ada yang kurang satu sama lain di antara ketiganya. Tidak ada yang kurang, nilainya sama di mata saya sebagai ketua umum partai," kata Paloh dalam pidatonya di penutupan Rakernas Nasdem di Jakarta Convention Center pada Jumat (17/6/2022).

“Urutannya boleh 1, 2, 3, tapi itu adalah berdasarkan urutan saja, kualifikasinya sama, dan itulah komitmen saya dan penghargaan saya kepada saudara di Rakernas ini," imbuhnya.

Nantinya ketiga nama itu akan diputuskan secara pribadi oleh Surya Paloh dan menjadi final kandidat capres. Kemudian akan ditawarkan kepada partai lain untuk menjalin koalisi.

“Dari tiga nama tadi, kursi presiden hanya ada 1. kursi hanya 1, seandainya kursi presiden ada dua, ketum tidak perlu memikirkan apa-apa lagi, undang-undang memilih juga satu," terangnya.

“Insyaallah kita akan tetapkan 1, waktu dan tempatnya kita cari hari baik. Bulan baik. Bagi kita tidak ada satupun hal yang amat membuat kita terdesak. Karena apa? Saya nyatakan apa pun keputusan kita, kita ingin mencalonkan yang terbaik untuk kepentingan bangsa ini,” kata Paloh.

Bukan Tanpa Risiko

Munculnya nama Ganjar sebagai salah satu kader PDIP untuk menjadi bakal capres bukan tanpa risiko. Nasdem telah membaca sejumlah potensi gesekan yang terjadi bila mereka kukuh mengusung gubernur Jawa Tengah tersebut. Ketua DPP Partai Nasdem, Willy Aditya mengatakan, pihaknya bersiap bila ada kendala yang harus dihadapi terkait usulan mereka kepada Ganjar.

“Bos mobil lain di parkir saja sering gesekan! Apalagi yang jalan di tol. Dan itu adalah sebuah keniscayaan bila ada gesekan dalam sebuah gerakan. Seperti yang disampaikan oleh Pak Surya bahwa itu adalah sebuah keniscayaan, dan Nasdem kalau dipukul sama orang kita punya stok senyum yang banyak," kata Willy.

Willy menuturkan bahwa Nasdem ingin mewakili masyarakat yang mendukung Ganjar sebagai presiden. Menurutnya aspirasi tersebut perlu diberi ruang yang tepat.

“Beginilah dalam relasi sosiologis, besarnya nama figur juga menjadi suatu pilihan. Kita bisa melihat hal tersebut. Dan kita juga menghormati suara rakyat. Selain itu juga melihat beliau sebagai warga negara yang bisa dimajukan dan ini adalah aspirasi,” kata Willy.

Meski demikian, pihaknya akan menghormati proses yang harus dilakukan. Termasuk komunikasi dengan PDIP sebagai basis dari Ganjar Pranowo. Namun Willy tetap mementingkan komunikasi dengan Ganjar secara pribadi.

“Mengenai aspirasi ini adalah tugas Partai Nasdem yang mencoba menangkap aspirasi publik. Dan bahwasanya beliau adalah kader partai juga kita hormati hal itu. Namun juga kita akan menanyakan sikap personalnya seperti apa," ungkapnya.

Willy berkeyakinan Ganjar tidak akan menolak usulan Nasdem. Karena pihaknya akan melakukan komunikasi kepada masing-masing calon secara personal.

“Keputusan Rakernas akan diserahkan kepada masing-masing yang bersangkutan. Dan nanti akan ada komunikasi emosional yang akan dibangun kepada masing-masing. Kami langsung melakukan komunikasi antara party to person bukan party to party," jelasnya.

Dia juga tidak menutup kemungkinan bahwa ada penolakan atas hasil Rakernas yang dibacakan langsung oleh ketua umum Partai Nasdem tersebut.

“Ini akan menjadi tantangan dalam komunikasi. Dalam benak kami kalau ada penolakan, ya sudah berarti kandidatnya berkurang, bukan berarti posisinya berganti. Kalau Pak Ganjar menolak, ya tinggal dua pilihannya. Tentunya harus berbesar hati, ini adalah demokrasi dan konsekuensi dari pilihan yang terbuka," ungkapnya.

Hasil akhir bakal capres dari Partai Nasdem yang ditentukan oleh Surya Paloh, nantinya akan diajukan kepada partai lain untuk membangun koalisi.

“Pada prinsipnya kami mencari capres terlebih dahulu, baru membangun koalisi. Capres yang dimiliki akan menjadi daya tarik bagi partai lain untuk bergabung. Kami Partai Nasdem juga menyadari bahwa kami masih separuh tiket dan akan melakukan komunikasi dengan partai lain dengan daya tawar kami," imbuhnya.

Ganjar di Antara Pilihan PDIP dan Nasdem

Sebelum menjadi usulan yang disampaikan oleh Rakernas, Ganjar telah menyatakan ikrarnya bahwa dia adalah kader PDIP. Hal itu disampaikan saat melaksanakan rapat koordinasi kepala dan wakil kepala daerah terkait konsolidasi partai menjelang Pemilu 2024.

"Saya terima kasih mendapatkan kehormatan itu, tapi saya PDI Perjuangan," kata Ganjar dilansir dari Antara.

Dari setiap pertanyaan yang disampaikan oleh awak media, jawaban Ganjar selalu sama. Bahwasanya dia adalah bagian dari PDIP. “Saya itu PDI Perjuangan," ulangnya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal DPP PDIP, Hasto Kristiyanto mengungkapkan bahwa pihaknya tidak akan ikut campur dengan hasil Rakernas Partai Nasdem yang memunculkan nama Ganjar Pranowo.

“Bagi PDI Perjuangan tentu saja kami tidak campur tangan rumah tangga partai lain,” kata Hasto.

Hasto menyinggung bahwa prinsip partainya mendidik setiap pemimpin yang dikaderkan dari keanggotaan. “Karena itulah, Rakernas PDI Perjuangan nanti diadakan di sekolah partai sebagai suatu pengingat bahwa kepemimpinan itu lahir melalui proses sekolah partai dan kemudian penugasan-penugasan kader partai," jelasnya.

Hasto menambahkan, “Pak Ganjar tadi sudah menegaskan bahwa dia adalah PDI Perjuangan, tegak lurus pada disiplin partai, dan terkait dengan calon presiden dan wakil presiden itu kewenangan ketua umum.”

Efek Ganjar Pendulang Suara Partai Nasdem

Direktur Eksekutif Poltracking, Hanta Yuda mengatakan, nama Ganjar yang dijadikan salah satu kandidat capres oleh Nasdem membawa efek positif bagi mereka secara elektoral partai. Kekuatan tersebut semakin mendominasi bilamana PDIP sebagai partai basis Ganjar tidak mendukungnya di Pemilu 2024 mendatang.

“Kalau Ganjar tidak didukung oleh PDIP, bisa memberikan dampak kuat ke Nasdem. Kalau tidak didukung PDIP, maka secara coattail effect [efek ekor jas] bakal berdampak besar ke Nasdem,” kata Hanta.

Menurut Hanta, latar belakang Ganjar yang bukan berasal dari ketua umum partai juga menjadi daya tarik partai lain untuk mengikuti jejak Nasdem. Terlebih elektabilitas Ganjar dari hasil survei berbagai lembaga selalu di tiga teratas bersandingan dengan Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.

“Saya kira Nasdem berpotensi menjadikan Pak Surya sebagai king maker dan Nasdem mengadu poros koalisi dengan partai lain," terangnya.

Baca juga artikel terkait PEMILU 2024 atau tulisan lainnya dari Irfan Amin

tirto.id - Politik
Reporter: Irfan Amin
Penulis: Irfan Amin
Editor: Abdul Aziz