Menuju konten utama

Di Tengah Bonus Demografi, RI Alami Percepatan Penuaan Penduduk

Indonesia sedang menikmati bonus demografi. Namun di satu sisi juga salah satu negara yang mencatatkan percepatan penuaan penduduk.

Di Tengah Bonus Demografi, RI Alami Percepatan Penuaan Penduduk
Header INSIDER Penuaan Penduduk Ancam Petani Indonesia Semakin Miskin. tirto.id/Fuad

tirto.id - Penduduk lanjut usia atau disingkat lansia adalah gelar bagi warga Indonesia yang telah berumur 60 tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlahnya naik 3% selama satu dekade terakhir. Yaitu dari 7,59% pada 2010 menjadi 10,82% pada 2021. Persentase ini menempatkan negara kita ke golongan ageing population countries.

Bila diterjemahkan ke Bahasa Indonesia, ageing population atau ageing society mengandung arti penuaan penduduk. Ia merupakan istilah demografi yang sering dipakai sejumlah lembaga internasional seperti United Nations (UN) dan World Health Organization (WHO) untuk mengklasifikasikan negara sesuai struktur usia rakyatnya.

Golongan ageing societycountry merujuk pada negara yang memiliki lansia setara 7-14% dari total penduduk. Jika jumlahnya mencapai 15-20%, maka ia tergolong aged society country. Selebihnya disebut super-aged society country. Dalam konteks global, lansia diartikan sebagai warga yang sudah berumur lebih 65 tahun.

Dalam World Social Report 2023, Department of Economic and Social Affairs UN memprediksi penduduk bumi yang berusia di atas 65 tahun akan meningkat dua kali lipat dalam tiga dekade mendatang. Jumlahnya diperkirakan tembus 1,6 miliar pada 2050 dengan persentase mencapai lebih dari 16% populasi global.

Saat ini, laju penuaan populasi paling cepat terjadi di Eropa dan Amerika Utara, Australia dan Selandia Baru, serta Asia Timur dan Asia Tenggara. Proporsi penduduk lansia negara-negara wilayah ini melebihi 10%. Bahkan ada yang mencapai 20%. Sebagian berada pada tahap awal transisi dan sebagian lagi sudah lebih dulu memasukinya.

Negara Jumlah Lansia Terbanyak

Negara Jumlah Lansia Terbanyak. (FOTO/www.un.org)

Merujuk laporan tersebut, UN mencatat Jepang sebagai negara dengan persentase jumlah lansia terbanyak pada 2021, yakni 29,8%. Di urutan berikutnya ada Italia 23,7%, lalu Finlandia 22,9% dan Portugal 22,6%. Susunan ini diperkirakan berubah drastis pada 2050 mendatang. Saat itu, Hongkong akan berada di posisi puncak dengan 40,6%.

Percepatan Penuaan Penduduk

Berdasarkan data World Bank, penduduk dunia berusia 65 tahun ke atas sudah setara 10% dari total populasi global pada 2022. Jumlahnya mengalami peningkatan 1% sejak 2020. Sementara menurut WHO, sebanyak 80% lansia akan tinggal di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah pada 2050 mendatang.

Laju penuaan populasi jauh lebih cepat dibandingkan masa lalu. Pada 2020, jumlah penduduk berusia di atas 60 tahun melebihi jumlah penduduk berusia kurang dari 5 tahun. Antara 2015-2050, proporsi penduduk dunia yang berusia di atas 60 tahun akan meningkat hampir dua kali lipat dari 12% menjadi 22%.

Hal ini bahkan terlihat lebih jelas di negara-negara berkembang, terutama kawasan Asia. Industrialisasi dan perubahan norma sosial berdampak pada penurunan tingkat kesuburan. Di lain pihak, teknologi dan peningkatan layanan kesehatan telah memperpanjang umur masyarakat. Kedua faktor tersebut mendorong terbentuknya ageing society.

Penuaan penduduk terjadi saat total tingkat kesuburan (totalfertility rate) menurun dan di saat yang sama angka harapan hidup (life expectancy) meningkat. Sayangnya, dibandingkan dengan negara-negara maju yang mengalami hal serupa beberapa dekade sebelumnya, negara-negara berkembang di Asia mengalami hal yang sama ketika perekonomian mereka belum mapan.

“Negara-negara yang menjadi tua sebelum menjadi kaya merupakan ancaman bagi kebangkitan Asia,” ungkap Donghyun Park, Penasihat Ekonomi di Asian Development Bank (ADB), dilansir dari The Economist.

Berdasarkan analisa ADB, pada tahun 2050 1 dari 4 orang di wilayah Asia dan Pasifik akan berusia di atas 60 tahun, mencapai hamper 1,3 miliar orang. Di beberapa negara seperti China, Sri Langka, Thailand, dan Vietnam, transisi ini akan terjadi dengan sangat cepat.

Sementara, negara seperti Indonesia akan mencatatkan transisi yang tidak secepat tetangganya, namun akan berakhir dengan populasi lansia yang sangat besar.

Indonesia memang sudah menunjukkan tanda transisi ke penuaan penduduk. Dalam 10 tahun terakhir, totalfertility rate negara kita turun 0,23 poin. Sedangkan life expectancy naik di atas 1,5 tahun.

BPS mencatat angka kelahiran di Indonesia mencapai 5.61 pada 1971. Artinya, setiap satu perempuan rata-rata melahirkan lima anak. Jumlah itu terus menyusut hingga akhirnya jadi 2.41 pada 2010 dan 2.18 pada 2020. Sebaliknya, angka harapan hidup naik dari yang semula 67-71 tahun pada 2010 menjadi 69-73 tahun pada 2020.

Ancam Sektor Pertanian

Bertambahnya jumlah lansia merupakan indikator keberhasilan pembangunan. Namun di sisi lain ia juga menciptakan tantangan. Hasil studi membuktikan penuaan penduduk berpotensi mengancam sektor pertanian. Sektor ini diketahui memainkan peran penting dalam perekonomian negara-negara agraris seperti Indonesia.

Menurut Chenchen Ren dalam penelitian berjudul Ageing Threatens Sustainability of Smallholder Farming in China (2023), penuaan demografis yang cepat sangat mempengaruhi pembangunan sosio-ekonomi dan menghadirkan tantangan besar bagi ketahanan pangan dan keberlanjutan pertanian. Namun sejauh ini belum dipahami dengan baik.

Melalui penelitian tersebut, Chenchen Ren dan sejawat melakukan survei terhadap lebih dari 15.000 rumah tangga yang bercocok tanam tetapi tidak memiliki ternak di seluruh Tiongkok. Hasilnya, penuaan populasi mengurangi luas lahan pertanian sebesar 4% melalui pengalihan kepemilikan dan penelantaran lahan pada 2019.

Adanya penyusutan otomatis menyebabkan input berkurang, termasuk pupuk. Akibatnya, produktivitas pertanian maupun tenaga kerja masing-masing turun 5% dan 4% pada 2019. Secara keseluruhan, pendapatan para petani anjlok 15%. Bukan hanya itu, peningkatan fertilizer loss sekitar 3% juga ikut mengakibatkan emisi polutan menjadi lebih tinggi.

Merujuk hasil sensus populasi nasional, warga Tiongkok berusia di atas 60 tahun berjumlah 264,02 juta jiwa, setara 18,70% dari total penduduk pada 2020. Sedangkan warga yang berumur 65 tahun ke atas mencapai 190,64 juta jiwa atau 13,50%. Indonesia diperkirakan bakal menyamai persentase ini pada 2035-2045 mendatang.

Berdasarkan hasil Sensus Pertanian 2013, total luas lahan tanaman pangan Indonesia sekitar 131 miliar meter persegi atau 13 juta hektare. Jumlahnya terdiri atas lahan padi 9,4 juta hektare dan palawija 3,6 juta hektare. Seandainya susut 4% seperti di Tiongkok, maka negara kita berpotensi kehilangan 520.000 hektare.

Ancaman tidak sebatas lahan dan produktivitas pertanian. Mengacu hasil Survei Pertanian Terintegrasi 2021, sebanyak 72,19% petani di Indonesia tergolong skala kecil. Pendapatannya Rp215,6 rupiah per hari atau Rp5,2 juta per tahun. Bila sampai anjlok 15%, maka penghasilan mereka berkurang Rp780.000 sehingga hanya Rp4,4 juta per tahun.

Penyusutan itu merupakan mimpi buruk bagi para petani. Penghasilan Rp4,4 juta per tahun akan mendorong mereka lebih jauh ke dalam lubang kemiskinan. Berdasarkan data BPS, garis kemiskinan pada Maret 2023 tercatat Rp550.458 per kapita per bulan. Artinya, warga dengan penghasilan di bawah Rp6,6 juta per tahun tergolong penduduk miskin.

Dalam penelitian di atas, Chenchen Ren memberikan beberapa rekomendasi. Dengan mendorong peralihan ke model pertanian baru, dampak laju penuaan penduduk dapat dibalik. Model pertanian baru adalah sistem pertanian kooperatif dengan lahan pertanian yang cenderung lebih luas dan dioperasikan oleh para petani muda.

Berkat tingkat pendidikan yang lebih tinggi, mereka berpotensi meningkatkan pengelolaan pertanian. Penelitian membuktikan bahwa cara ini berguna mendongkrak input, luas lahan dan pendapatan petani. Masing-masing akan meningkat sekitar 14%, 20% dan 26%. Sementara itu, fertilizer loss akan berkurang 4% pada 2100.

Dalam studi berjudul Ageing Population dan Bonus Demografi Kedua di Indonesia (2015), Heryanah menjelaskan bahwa program Keluarga Berencana atau KB yang gencar dipromosikan sejak Orde Baru merupakan faktor penurunan tingkat fertilitas di Indonesia. Menurutnya, Pemerintah RI harus mewaspadai perubahan komposisi ini.

Beberapa puluh tahun lagi, penduduk usia produktif akan memasuki usia pensiun. Jika dipersiapkan sejak dini, situasi itu tidak akan menjadi masalah berarti dan justru memberikan bonus bonus demografi kedua bagi Indonesia. Sebab para lansia bisa produktif lebih lama sehingga tetap memberikan kontribusi bagi perekonomian negara.

Baca juga artikel terkait INSIDER atau tulisan lainnya dari Nanda Fahriza Batubara

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Nanda Fahriza Batubara
Editor: Dwi Ayuningtyas